Disiplin Positif: Mendisiplinkan Anak Tanpa Ancaman. Ini Caranya!
Mengancam bukan solusi mendisiplinkan anak, pakai cara yang lebih baik yuk, Ma!
16 Mei 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Salah satu harapan banyak orangtua adalah untuk membangun kedisiplinan pada anak. Banyak cara dilakukan demi menumbuhkan sikap disiplin, salah satu praktik yang sering terjadi adalah dengan mengancam merampas hak anak jika ia tidak mematuhi peraturan.
Namun, ternyata mengancam anak bukanlah solusi terbaik dalam membangun kedisiplinan lho, Ma.
Ada salah satu cara yang lebih baik dalam mengajarkan sikap disiplin pada anak, yaitu dengan menerapkan disiplin positif.
Simak penjelasan disiplin positif yang telah dirangkum Popmama.com berikut ini ya, Ma.
1. Apa sih disiplin positif itu?
Disiplin positif merupakan suatu cara penerapan disiplin tanpa kekerasan dan ancaman yang dalam praktiknya melibatkan komunikasi tentang perilaku yang efektif antara orangtua dan anak.
Dalam penerapan disiplin positif ini, anak diajarkan untuk memahami konsekuensi dari perilaku mereka. Selain itu, disiplin positif juga mengajarkan anak tanggung jawab serta rasa hormat dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Jadi, disiplin positif merupakan salah satu cara penerapan disiplin yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran serta memberdayakan anak untuk melakukan sesuatu tanpa sogokan, ancaman, maupun hukuman.
Disiplin positif membuat anak mengerti bahwa ketika ia merapikan kamar tidurnya, maka ia akan merasa nyaman, bukan karena akan dihukum oleh Mama jika tidak melakukannya atau karena ingin mendapatkan pujian.
Editors' Pick
2. Hal yang dibutuhkan dalam disiplin positif
Menurut Najelaa Shihab, salah satu praktisi pendidikan yang mengedepankan disiplin positif, penerapan disiplin positif membutuhkan kesepakatan dan peraturan yang dijalankan dengan konsisten serta pengendalian emosi yang baik.
Selain itu, disiplin positif juga membutuhkan rutinitas dalam bentuk jadwal, kebiasaan baik yang ditumbuhkan, serta teladan-teladan baik yang diberikan oleh orangtua.
Hal-hal tersebut bisa dimulai sejak usia dini sehingga anak mendapatkan pengalaman positif yang dicontohkan oleh orangtua.
Dengan contoh yang konsisten, anak-anak akan lebih mandiri dalam tahap perkembangan mereka berikutnya.
3. Hukuman tidak membantu anak menjadi disiplin
Hukuman bukanlah strategi disiplin yang membantu kita mencapai tujuan. Hukuman justru memiliki dampak jangka pendek ataupun jangka panjang yang berpengaruh terhadap kemandirian anak.
Hal yang melekat dalam benak anak ketika mendapatkan hukuman adalah rasa tidak nyaman dalam menjalani hukuman.
Dampaknya, anak bisa menjadi pemberontak,berbohong untuk menghindari kesalahan, lebih sering menyendiri dan enggan berkomunikasi, tumbuh dengan ketakutan dan rasa bersalah, serta tumbuh dengan meneruskan lingkaran kekerasan, dan hukuman ketika dewasa.
Disiplin positif menggunakan motivasi internal dalam diri untuk mencapai tujuan, bukan menggunakan motivasi eksternal seperti hukuman, ancaman, sogokan, maupun pujian dari orang lain.
4. Beri dukungan, bukan sekedar pujian
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang profesor dari Stanford University, Carol Dweck, Ph.D, menemukan bahwa pujian bukanlah sesuatu yang baik untuk anak.
Pujian mengakibatkan seorang anak menjadi “gila pujian” dan mengukur diri mereka sendiri berdasarkan pujian dari orang lain, ketimbang memiliki penghargaan terhadap diri sendiri.
Perbedaan pujian dan dukungan sebenarnya tidak terlalu mencolok, oleh sebab itu Mama perlu tahu apa saja yang membedakan keduanya.
- Pujian fokus pada pelaku, contohnya, “good boy” sementara dukungan fokus pada perilaku, “Mama sangat menghargai usahamu”
- Pujian hanya mengakui hasil yang sempurna, seperti “Kamu melakukannya dengan benar” dan dukungan mengakui usaha melalui ungkapan seperti, “Kamu sudah melakukan yang terbaik,” atau “Bagaimana perasaanmu dengan capaianmu saat ini?”
- Pujian mengajarkan anak untuk tergantung pada penilaian orang lain dan berubah demi orang lain, sementara dukungan mengajarkan anak mengevaluasi diri sendiri dan berubah demi kebaikan diri sendiri.
- Tujuan dari pujian adalah tentang persetujuan orang lain bahwa si Anak sudah melakukan hal yang benar. Sementara, dukungan bertujuan untuk menanamkan pemahaman tentang apa yang ia pikirkan, pelajari, rasakan.
5. Panduan disiplin positif
Jane Nelson dalam bukunya yang berjudul Positive Discipline memberikan beberapa panduan dalam menerapkan disiplin positif yang bisa Mama adaptasi di rumah berikut ini:
- Pertama, Mama perlu tahu bahwa anak yang seringkali mendapatkan label “nakal” adalah anak yang memiliki pemikiran yang kurang sesuai terhadap bagaimana mencapai tujuan mereka. Mama perlu mendiskusikan dan meluruskan pemikiran yang keliru tersebut untuk dapat menerapkan disiplin positif.
- Luangkan waktu spesial untuk “bersama” dengan si Anak supaya mereka merasa dianggap.
- Menjelang tidur, ajak si Kecil untuk menceritakan momen-momen senang dan sedih mereka pada hari tersebut dan diskusikan tanpa memberikan judgement.
- Gunakan bahasa yang positif seperti “Duduk di sofa dulu ya, tolong tunggu sampai lantainya kering karena nanti bisa terpeleset,” dibandingkan “Jangan lewat! Lantainya basah!”
- Terapkan “time out” positif. Saat anak kecewa, biarkan anak menggunakan barang yang dia suka seperti buku, mendengarkan musik, boneka untuk membantu si Anak merasa nyaman. Setelah ia merasa nyaman, diskusikan tentang perasaanmya.
- Ajarkan kepada anak bahwa kesalahanadalah kesempatan yang sangat baik untuk belajar. Mama bisa menerapkan 3R (recognize your mistake, reconcile (be willing to say sorry), resolve) dalam keseharian setelah melakukan kesalahan.
- Fokus pada solusi, bukan konsekuensi. Dalam mencari solusi terbaik, perhatikan aspek related, respectful, reasonable serta helpful.
- Pastikan pesan kasih sayang Mama tersampaikan. Mulailah dengan “Mama peduli terhadap kamu, dan Mama khawatir terhadap situasi ini. Boleh Mama bantu cari solusinya?”
Disiplin positif memang bukan sesuatu yang mudah dilakukan, namun bukan berarti mustahil. Mama hanya memerlukan penguasaan emosi yang baik serta konsisten menjalankannya dan menjadi model yang baik untuk si Anak. Harapannya, di masa mendatang anak akan menjadi lebih mandiri dan memiliki integritas dalam setiap hal yang dilakukannya.
Baca juga:
- Penting, Ini Keterampilan yang Dibutuhkan Anak untuk Masa Depannya
- 5 Kebiasaan Positif yang Bikin Anak Mama Bisa Membuat Dunia Lebih Baik
- 7 Cara Mengatasi Anak yang Suka Berkata Kasar