Bahaya, Kebiasaan Parenting Ini Bisa Bikin Anak Materialistis!
Jangan-jangan, kebiasaan mendidik Mama bikin anak materialistis?
5 September 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
“Ma, temanku punya sepatu baru. Aku mau juga yang sama kaya dia!”
“Pa, aku pengin iPad terbaru buat main game. Boleh yaaa..”
Mama, pernah mengalami permintaan anak seperti di atas? Seringkali, ketika anak merengek meminta sesuatu, pertahanan Mama sebagai orang tua akan lemah.
Apalagi, jika anak merasa sedih dan malu jika tidak dibelikan barang-barang terkini seperti teman-temannya.
Ditambah lagi, jika secara keuangan Mama mampu memberikan apa saja yang anak minta, maka kemungkinan si Kecil mendapatkan barang impiannya akan semakin besar juga.
Namun, tahukah Mama bahwa kebiasaan parenting seperti ini berpotensi membuat anak menjadi materialistis?
Popmama.com telah merangkum beberapa kebiasaan parenting yang dapat memengaruhi gaya hidup si Kecil di bawah ini.
1. Memberikan reward pada si Kecil atas setiap capaiannya
Memberikan hadiah karena si Kecil mendapatkan nilai yang baik atau menjanjikan anak gadget yang diinginkannya jika ia mampu menjadi juara dalam sebuah kompetisi dapat diartikan oleh anak bahwa tujuan utama dalam hidup adalah untuk mendapatkan barang-barang bagus yang mereka inginkan.
Alih-alih mengiming-imingi si Kecil dengan hadiah, Mama bisa menyemangatinya dengan mengungkapkan konsekuensi positif yang didapat anak jika belajar dengan baik, seperti “Mama percaya kamu pasti bisa meraih cita-citamu jika kamu belajar dengan baik,”
2. Memberikan hadiah untuk menunjukkan kasih sayang
Membanjiri anak dengan banyak hadiah sebagai tanda kasih sayang dapat mengajarkan mereka bahwa dicintai berarti mendapatkan bermacam-macam hadiah.
Tentu Mama tidak ingin dianggap sebagai gudang hadiah, bukan?
Oleh sebab itu, berikan kasih sayang utuh pada si Kecil dengan bermain bersama, bercerita, belajar bersama dan selalu mendukungnya dalam susah maupun senang.
Editors' Pick
3. Menghukum anak dengan menyita barang mereka
Kebiasaan parenting yang lazim dilakukan banyak orangtua ini ternyata bisa berdampak buruk lho, Ma.
Dengan mengambil barang mereka seperti gawai atau barang favorit mereka lainnya, si Kecil dapat menangkap pesan bahwa mereka membutuhkan gawai atau barang favorit mereka untuk merasa nyaman.
Mama bisa mengganti kebiasaan ini dengan menerapkan disiplin positif. Ketika si Kecil melakukan kesalahan, Mama bisa mengajaknya berdiskusi dengan mengatakan konsekuensi apa yang mereka dapat jika melakukan kesalahan tersebut dan ajak untuk memperbaikinya bersama-sama tanpa menyudutkan perasaan anak.
4. Menjadi role model gaya hidup materialistis
Sadar atau tidak, sebagai orang dewasa yang dekat dengan mereka, kita sering menyosialisasikan kehidupan materialistis pada anak-anak.
Tak hanya orangtua dan orang dewasa terdekat, namun selebriti idola mereka juga bisa menjadi role model si Kecil untuk tumbuh menjadi pribadi yang materialistis.
Jika sebagai orangtua kita seringkali hidup dengan mewah, maka si Kecil pun akan tumbuh menjadi pribadi yang mementingkan kekayaan serta kemewahan dalam hidupnya.
Selain itu, terlalu sering menonton TV atau vlog juga bisa membuat si Kecil menjadi materialistis.
5. Perasaan insecure menumbuhkan sifat materialistis
Adanya perasaan insecure karena kebutuhan yang tidak terpenuhi bisa menjadi salah satu pemicu sifat materialistis.
Contohnya, anak-anak yang tidak terlahir dalam kemewahan lebih cenderung tumbuh menjadi remaja yang materialistis dibandingkan dengan mereka yang terlahir dengan privilege.
Dalam hal ini, sikap menginginkan dan suka membeli barang-barang bermerk dan mewah merupakan coping strategy yang digunakan oleh mereka untuk meringankan perasaan ragu terhadap diri sendiri ataupun menghilangkan imej kurang beruntung.
Tips Mengatasi Sikap Materialistis pada Anak
Mama bisa mulai membiasakan untuk berdiskusi mengenai konsekuensi logis dengan anak sehingga tidak ada lagi iming-iming atau hadiah untuk menyemangati si Kecil.
Pastikan untuk berdiskusi mengenai konsekuensi positif dengan anak ya, Ma.
Selain itu, Mama juga bisa mengajarkan si Kecil untuk selalu bersyukur atas segala yang ia punya, untuk menghindarkan si Kecil dari pikiran bahwa ia tak akan bisa bahagia jika tak memiliki barang-barang yang lebih bagus dan lebih banyak.
Fokus menciptakan quality time seperti berpartisipasi dalam suatu kegiatan bersama, berjalan kaki bersama, bermain di taman bersama, atau bermain board game bersama bisa memberikan pengalaman yang lebih melekat pada anak. Seperti kita tahu, anak banyak meniru dari orangtuanya.
Oleh sebab itu, jadilah contoh yang baik dalam hidup secara sederhana. Tunjukkan bahwa Mama adalah pribadi yang baik dengan suka berdonasi, menjadi volunteer, atau berdiskusi tentang aksi-aksi kebaikan.
Akan ada masa di mana anak akan bersikeras mendapatkan sepatu impiannya atau gawai terbaru yang canggih. Mama boleh mengatakan "tidak" saat hal itu terjadi untuk mengajarkan mereka perbedaan antara keinginan dan kebutuhan.
Salah satu trik untuk mengajarkan anak hidup sederhana sesuai kebutuhan bisa dilakukan juga dengan praktik baik seperti mendonasikan satu barang setiap kali si Kecil membeli barang baru.
Memang tidak mudah untuk membentuk anak menjadi sederhana dan penuh syukur, namun bukan berarti tidak mungkin.
Jangan lupa untuk selalu memuji si Kecil saat ia melakukan hal baik ya, Ma. Tekankan pula pentingnya menghargai orang lain, bukan barang.
Itulah 5 pola asuh yang bisa membuat anak jadi matrealistis. Lalu bagaimana cara mendidik anak agar tidak jadi seperti itu?
Baca juga:
- Begini Lho, Cara agar Anak Menjadi Humoris
- Keterampilan Sosial yang Wajib Dikuasai Anak Sejak Dini
- Ini 4 Tahap Pendidikan Seks untuk Anak. Bisa Cegah Seks Dini!