Apa yang Dirasakan Anak yang Sering Diejek? Bisa Sebabkan Kekerasan!

Ejekan bukan hanya sekadar candaan ringan, melainkan dapat memiliki dampak yang serius

17 Mei 2024

Apa Dirasakan Anak Sering Diejek Bisa Sebabkan Kekerasan
Freepik/master1305

Ejekan merupakan salah satu bentuk perilaku yang dapat memiliki dampak serius pada kesejahteraan anak-anak. Bagi sebagian anak, ejekan bukan hanya sekadar candaan atau godaan ringan, melainkan sebuah pengalaman yang menyakitkan dan merusak. 

Anak yang sering diejek mungkin mengalami berbagai perasaan yang kompleks dan menantang, yang tidak hanya memengaruhi kesehatan mental mereka, tetapi juga kesejahteraan fisik dan sosialnya. 

Berikut ini Popmama.com akan merangkum informasi tentang apa yang dirasakan anak yang sering diejek, dan bagaimana mereka dapat mengatasi dan menghadapinya dengan bijaksana.

1, Rasa percaya diri terkikis

1, Rasa percaya diri terkikis
Freepik

Rasa percaya diri yang terkikis merupakan salah satu dampak yang paling sering terjadi pada anak yang sering diejek. Ketika anak secara terus-menerus diperlakukan dengan ejekan atau dikritik, hal itu dapat secara bertahap menggerogoti keyakinan mereka terhadap diri sendiri. 

Anak yang merasa kurang dihargai atau tidak diterima oleh teman-teman sebayanya akan mulai meragukan nilai diri dan kemampuan mereka. Mereka mungkin mulai bertanya-tanya apakah mereka benar-benar layak atau berharga sebagai individu. 

Perasaan ini bisa termanifestasi dalam berbagai cara, seperti menjadi lebih pemalu, enggan untuk berbicara di depan umum, atau bahkan menghindari situasi-situasi sosial secara keseluruhan. 

Rasa percaya diri yang terkikis juga dapat memengaruhi kemampuan anak untuk mengejar impian dan mencapai potensi mereka secara penuh, karena mereka mungkin merasa tidak mampu atau tidak layak untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. 

Oleh karena itu, penting bagi orang dewasa di sekitar anak untuk mengakui dan merespons dengan sensitif terhadap perubahan-perubahan dalam tingkat kepercayaan diri mereka, serta memberikan dukungan yang dibutuhkan untuk membangun kembali keyakinan diri yang positif.

2. Mempengaruhi mood dan kesehatan mental

2. Mempengaruhi mood kesehatan mental
Freepik

Anak yang menjadi korban ejekan cenderung mengalami fluktuasi mood yang signifikan. Mereka mungkin merasa sedih, marah, frustasi, atau bahkan putus asa sebagai respons terhadap ejekan yang terus-menerus mereka alami. Perasaan-perasaan negatif ini dapat mempengaruhi keseharian mereka, mulai dari kesulitan berkonsentrasi di sekolah hingga kesulitan tidur di malam hari.

Tidak hanya itu, ejekan juga dapat menyebabkan tingkat stres yang tinggi pada anak. Tekanan untuk terus menerus menjaga diri dari ejekan atau merespons terhadapnya dapat menyebabkan tingkat stres yang konstan. Kecemasan juga sering kali menjadi dampaknya, karena anak merasa khawatir akan situasi-situasi di mana mereka mungkin akan diejek atau dikritik lagi.

Pada kasus yang lebih parah, ejekan bisa menjadi faktor pemicu depresi pada anak. Merasa terus-menerus tidak dihargai atau tidak diterima dapat menyebabkan perasaan sedih yang mendalam dan perasaan putus asa yang berkepanjangan. 

Anak-anak yang mengalami depresi sering kali mengalami kesulitan dalam menikmati kegiatan sehari-hari, kehilangan minat dalam hal-hal yang mereka sukai, dan bahkan mungkin mengalami pikiran-pikiran yang merugikan diri sendiri.

Editors' Pick

3. Memandang dirinya secara negatif

3. Memandang diri secara negatif
Freepik

Terus menerima ejekan atau kritik dari teman-teman atau orang lain dapat menyebabkan anak merasa kurang percaya diri dan tidak berharga. 

Anak-anak yang mengalami ejekan cenderung mulai membandingkan diri mereka dengan standar yang tidak realistis atau ideal yang ditetapkan oleh orang lain, terutama teman-teman mereka atau bahkan media sosial. Mereka mungkin merasa bahwa mereka tidak mencapai standar tersebut dan merasa tidak memadai.

Perasaan tidak memadai ini bisa memicu spiral negatif di mana anak merasa semakin tidak berharga dan merendahkan diri mereka sendiri. Mereka mungkin menjadi sangat kritis terhadap penampilan fisik, kecerdasan, atau prestasi mereka sendiri, bahkan jika itu tidak sesuai dengan realitas. 

Hal tersebut bisa mengganggu perkembangan positif mereka dan menyebabkan penurunan motivasi untuk mencoba hal-hal baru atau mengambil risiko.

Mengajarkan anak untuk menghargai keunikan mereka sendiri dan memahami bahwa setiap individu memiliki kelebihan dan kelemahan adalah langkah penting dalam memperbaiki pandangan diri mereka. 

Selain itu, mendukung anak untuk menemukan minat dan bakat yang mereka sukai dan memperkuatnya juga bisa membantu mereka merasa lebih berharga dan percaya diri dalam kemampuan mereka.

4. Mengganggu kesehatan fisik

4. Mengganggu kesehatan fisik
Freepik

Stres yang terkait dengan ejekan dapat memiliki dampak yang merugikan pada tubuh anak secara keseluruhan. Salah satu dampak utamanya adalah gangguan tidur. 

Anak yang mengalami stres akibat ejekan mungkin mengalami kesulitan tidur, seperti sulit tidur, terbangun dalam tidur, atau tidur yang tidak nyenyak. Gangguan tidur ini dapat menyebabkan kelelahan yang kronis dan penurunan konsentrasi di sekolah atau aktivitas sehari-hari.

Selain itu, stres yang berkelanjutan juga dapat mengganggu pola makan anak. Beberapa anak mungkin kehilangan nafsu makan karena stres, yang bisa menyebabkan penurunan berat badan dan kekurangan nutrisi. 

Di sisi lain, beberapa anak mungkin mencari kenyamanan dalam makanan, yang bisa mengarah pada perilaku makan berlebihan atau konsumsi makanan yang tidak sehat, yang pada gilirannya dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti obesitas atau masalah pencernaan.

Selain gangguan tidur dan pola makan yang terganggu, stres yang disebabkan oleh ejekan juga dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan lainnya, seperti sakit kepala, sakit perut, atau gangguan sistem kekebalan tubuh. Stres yang terus-menerus dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh anak, membuat mereka lebih rentan terhadap penyakit infeksi.

Mendengarkan dan merespons sensitif terhadap perasaan anak serta membantu mereka mengembangkan strategi pemecahan masalah yang sehat dan efektif dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan fisik mereka.

5. Mempercayai apa yang diejekkan

5. Mempercayai apa diejekkan
Freepik

Mempertimbangkan dan menerima apa yang diejekkan merupakan dampak yang serius dari ejekan yang terus-menerus dialami oleh anak. Saat anak terus-menerus diejek, kata-kata negatif yang ditujukan kepada mereka bisa menjadi seperti "catatan bawah tanah" yang meresap ke dalam pikiran dan perasaan mereka. 

Meskipun awalnya mungkin hanya dianggap sebagai lelucon atau ejekan ringan, namun seiring waktu, anak bisa mulai mempercayai apa yang dikatakan kepadanya.

Misalnya, jika seorang anak terus-menerus diejek tentang penampilannya, dia mungkin mulai melihat dirinya dengan mata yang sama seperti ejekan tersebut, meskipun tidak ada yang salah dengan penampilannya. 

Hal ini bisa menyebabkan perasaan tidak nyaman terhadap tubuhnya sendiri, bahkan mungkin berkembang menjadi masalah body dysmorphic disorder (gangguan bentuk tubuh). 

Begitu juga dengan prestasi akademik atau sosial, jika anak terus-menerus diejek tentang kegagalan mereka, mereka bisa mulai mempercayai bahwa mereka benar-benar tidak berharga atau tidak mampu.

Ketika anak mulai mempercayai apa yang diejekkan, ini bisa merusak persepsi diri mereka secara keseluruhan. Mereka mungkin mulai meragukan kemampuan dan nilai diri mereka, serta merasa tidak layak atau tidak berharga. 

Hal ini bisa berdampak negatif pada kepercayaan diri dan motivasi mereka untuk mencoba hal-hal baru atau mengatasi tantangan. Selain itu, mempercayai apa yang diejekkan juga dapat memperkuat sikap negatif terhadap diri sendiri, menyebabkan peningkatan stres, kecemasan, atau bahkan depresi.

6. Memicu kemarahan dan kekerasan untuk melawan

6. Memicu kemarahan kekerasan melawan
Freepik

Reaksi kemarahan dan kekerasan sebagai respons terhadap ejekan adalah pola perilaku yang seringkali muncul pada anak yang merasa terus-menerus diserang atau diejek. Ketika anak merasa terpojok atau tidak memiliki cara lain untuk melawan ejekan, mereka mungkin merespons dengan kemarahan yang meluap-luap. 

Kemarahan ini bisa diekspresikan secara verbal, dengan mengeluarkan kata-kata kasar atau mengancam, atau bahkan secara fisik dengan melakukan tindakan agresif terhadap orang yang melakukan ejekan.

Reaksi ini muncul karena anak merasa frustasi dan tidak memiliki cara lain untuk melindungi diri atau membela diri dari ejekan yang terus-menerus mereka alami. Mereka mungkin merasa bahwa melalui kemarahan dan kekerasan, mereka dapat menunjukkan bahwa mereka tidak akan menjadi korban dan bahwa mereka mampu melawan balik. 

Namun, seringkali, reaksi ini hanya akan memperburuk situasi, karena dapat mengakibatkan konflik yang lebih besar dan bahkan cedera fisik atau emosional bagi kedua belah pihak.

Selain itu, merespons ejekan dengan kemarahan dan kekerasan juga bisa merugikan anak secara pribadi. Hal ini bisa membuat mereka terjebak dalam siklus negatif di mana mereka menggunakan kemarahan sebagai satu-satunya cara untuk menangani konflik atau tekanan, tanpa mempelajari keterampilan yang lebih sehat untuk mengatasi masalah. 

Selain itu, reaksi ini juga bisa merugikan hubungan sosial anak dengan teman-teman atau orang lain di sekitarnya, karena orang-orang mungkin menjadi takut atau menjauh dari anak yang sering menunjukkan perilaku agresif.

7. Bagaimana sebaiknya anak merespon ejekan dari teman atau orang lain?

7. Bagaimana sebaik anak merespon ejekan dari teman atau orang lain
Freepik

Anak yang dihadapkan dengan ejekan perlu diajari cara menghadapinya dengan bijaksana dan konstruktif. Pertama-tama, anak perlu memahami bahwa ejekan tidak selalu berarti sesuatu tentang diri mereka secara pribadi. 

Mereka dapat belajar untuk tidak mengambil ejekan secara pribadi dan menyadari bahwa seringkali ejekan lebih mencerminkan masalah atau ketidakamanan dari orang yang melakukan ejekan, bukan dari mereka.

Namun, itu tidak berarti bahwa anak harus mengabaikan ejekan tersebut. Sebaliknya, anak perlu belajar untuk menghadapinya dengan cara yang tepat. 

Mereka dapat belajar untuk mengungkapkan perasaan mereka dengan jelas dan tanpa kekerasan kepada orang yang melakukan ejekan, dengan menekankan efek negatifnya tanpa membalas dengan ejekan atau kekerasan yang sama. Dengan cara ini, mereka dapat membangun kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dan menyelesaikan konflik dengan damai.

Selain itu, penting bagi anak untuk merasa nyaman dan aman untuk berbicara tentang pengalaman mereka kepada orang dewasa yang dipercayai, seperti orangtua atau guru. Mendengarkan dan mengungkapkan perasaan mereka kepada orang dewasa ini dapat memberikan dukungan emosional dan membantu mereka menemukan cara-cara yang lebih baik untuk mengatasi ejekan.

Selanjutnya, membangun rasa percaya diri juga merupakan langkah penting dalam membantu anak menghadapi ejekan. 

Melalui penguatan positif dan pengakuan terhadap kelebihan dan prestasi mereka, anak dapat mengembangkan kepercayaan diri yang kuat sehingga mereka tidak mudah terpengaruh oleh ejekan orang lain. Ini juga dapat membantu mereka menanggapi ejekan dengan sikap yang lebih tenang dan percaya diri.

Demikian informasi tentang apa yang dirasakan anak yang sering diejek, dan bagaimana mereka dapat mengatasi dan menghadapinya dengan bijaksana. Melindungi anak-anak dari ejekan adalah tanggung jawab bersama, baik oleh orangtua, pendidik, maupun masyarakat. Dengan memahami perasaan yang dialami oleh anak yang sering diejek, kita dapat memberikan dukungan yang lebih baik dan membantu mereka mengatasi tantangan ini.

Baca juga:

The Latest