SD Negeri Bugel Pindah Sementara Akibat Pembangunan Jalan
Selawat perpisahan dilantunkan sebagai simbol perpisahan siswa dengan gedung sekolah
25 April 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Suasana haru menyelimuti SD Negeri Bugel, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, saat para siswa dan guru berkumpul untuk momen perpisahan dengan bangunan sekolah yang telah menjadi rumah bagi mereka selama ini.
Lantunan selawat mengiringi langkah mereka keluar dari gedung sekolah yang terdampak pelebaran Jalan Jalur Lintas Selatan (JJLS) dan pembangunan jaringan SPAM Kamijoro-Bandara YIA.
Berikut ini Popmama.com telah merangkum informasi mengenai SD Negeri Bugel pindah sementara akibat pembangunan jalan. Berikut informasinya.
1. Perpisahan haru di SD Negeri Bugel
Suasana haru mengiringi perpisahan siswa dan guru SD Negeri Bugel, Kulon Progo, DIY, saat mereka berkumpul untuk terakhir kalinya sebelum memindahkan kegiatan belajar-mengajar mereka.
Lantunan selawat menjadi tanda perpisahan dengan bangunan sekolah yang terdampak pelebaran JJLS dan pembangunan jaringan SPAM Kamijoro-Bandara YIA pada Senin (22/4/2024) sekitar pukul 08.20 WIB.
Suara lantunan tersebut datang dari rombongan 107 siswa dan 9 guru yang sedang meninggalkan bangunan sekolah.
Editors' Pick
2. Pindah sementara ke rumah warga
Sebagai langkah sementara, SDN Bugel memutuskan untuk meminjam rumah warga sebagai tempat belajar hingga terbangunnya gedung baru.
Para siswa menapaki jalan tanah sekitar 20-50 meter menuju dua rumah kayu bersebelahan. Siswa kelas 1 dan 2 menempati rumah terdekat, sementara siswa kelas 3-6 menempati rumah yang sedikit lebih jauh.
Lantunan selawat berhenti ketika guru dan siswa memasuki rumah, seolah-olah menjadi lambang perpisahan dengan gedung sekolah yang terpengaruh oleh proyek pelebaran JJLS.
“Kami pindah resmi hari ini pada KBM (kegiatan belajar mengajar) kelanjutan semester dua ini. Kami masuk rumah milik person (warga setempat), dua bangunan. Kami sudah berkoordinasi dengan dinas,” ujar Ngadikin, sebagaimana dilansir dari Kompas.com.
Menurutnya, meskipun sekolah telah mendapat persetujuan untuk menggunakan tanah kas desa yang berada di sebelah sekolah, izin resmi untuk memanfaatkannya masih tertunda.
Padahal, harapannya adalah gedung baru sudah selesai dibangun ketika guru dan siswa memindahkan kegiatan belajar-mengajar mereka. Dengan demikian, proses pembelajaran dapat kembali berjalan secara normal.
3. Kepindahan sementara telah disampaikan oleh kepala sekolah
Pada acara halalbihalal, Kepala Sekolah SDN Bugel, Ngadikin, mengumumkan rencana pindah ke sekolah sementara dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh para siswa. Meskipun siswa terlihat gembira dengan rencana tersebut, guru-guru memendam perasaan haru.
“Yang penting semangatmu. Ruang misal tidak seluas sekarang, tapi semangatmu harus lebih luas. Ruang seindah tempat ini, tapi semangatmu, hatimu, harus semakin indah. Kita syukuri daripada sekolah di bawah tenda. Dulu ketika gempa Bantul ada sekolah di bawah tenda,” ujar Ngadikin.
4. Tantangan dalam proses belajar
Pengaturan proses pembelajaran di rumah warga memang menghadapi sejumlah tantangan, terutama karena kelas satu dan kelas dua hanya dipisahkan oleh sekat yang masih memungkinkan suara tembus. Baik kelas satu maupun kelas dua memiliki sekitar 20 siswa masing-masing.
Kedua kelas tersebut dipisahkan oleh partisi kayu di dalam ruangan yang memiliki langit-langit yang sama. Akibatnya, suara guru yang sedang mengajar dan suara riuh siswa terdengar dengan jelas dari ruangan kelas yang berdekatan.
“Kami memberi sekat, tidak permanen, terbatas. Dampaknya jelas, idealnya antar kelas terhindar dari keterbisingan. Bapak Ibu guru harus berstrategi cara mengatasi. Kebisingan tidak bisa dihindari,” ucapnya.
Kondisi serupa juga dialami oleh kelas 3 sampai dengan 6 di bangunan sebelah. Bangunan tersebut memiliki karakter semi permanen dan terbagi menjadi beberapa ruangan. Ruang kelas menjadi sempit, membuat siswa merasa tertekan di antara meja dan kursi. Selain itu, kondisi udara di dalam ruangan terasa panas dan kurang nyaman.
“Tidak (bisa konsentrasi). Bising. (Ingin) tidak berisik,” ungkap Kasih, siswa kelas 6.
5. Harapan orangtua siswa
Ketidaklayakan ruang kelas juga disampaikan oleh salah satu orangtua siswa kelas 1, Purwaningsih, yang menyatakan bahwa kegiatan belajar mengajar memang tidak layak, namun tidak ada pilihan lain.
“Memang kurang layak (ruang kelas). Ya begitulah. Dari pada belajar di rumah malah tidak bisa, bapak ibunya tidak bisa mengajar,” ujarnya.
Menurutnya, lokasi alternatif lain sangatlah jauh yang menyebabkan akses warga yang akan kesulitan apabila harus mengantar anak ke lokasi tersebut.
“Kami mengharapkan dibangunkan sekolah baru. Yang layak. Yang bagus untuk sekolah. (Apalagi) katanya (baru ada bangunan baru) dua tahun (ke depan) kalau tidak salah,” kata Purwaningsih.
Sebagai orangtua, ia berharap bahwa siswa tetap bersemangat meskipun harus melakukan kegiatan belajar mengajar di tengah kesulitan. Menurutnya masih banyak sekolah yang mengalami kendala yang serupa namun tetap melahirkan pelajar yang cemerlang.
Demikian informasi mengenai SD Negeri Bugel pindah sementara akibat pembangunan jalan. Dengan langkah-langkah yang diambil oleh SDN Bugel dan dukungan dari seluruh pihak, diharapkan bahwa proses belajar mengajar tetap berjalan lancar hingga terwujudnya gedung baru yang lebih representatif.
Baca juga:
- Miris, Anak 7 Tahun Dibunuh Tante Sendiri di Tangerang
- 22 Arti Mimpi Makan pada Anak, Bisa Jadi Pertanda Baik Ataupun Buruk
- Perbedaan Anak Pemalu dengan Punya Social Anxiety