Beri Tahu kepada Anak 5 Hadis Tentang Berbakti kepada Orangtua
Ma, jangan lupa beri tahu anak Mama 5 hadis ini ya
9 September 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Berbakti kepada kedua orangtua berarti menaati norma susila dan norma kesopanan. Namun, dalam agama islam bukan hanya sekadar menaati kedua norma tersebut, tetapi juga menaati perintaah Allah SWT dan Rasul-Nya, Nabi Muhammad saw.
Berbakti kepada kedua orangtua telah tercantum pada QS.An Nisa: 36
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orangtua”
Selain tercantum dalam Al-Quran, perintah untuk berbakti kepada orangtua juga tercantum pada beberapa hadis.
Berikut ini, Popmama.com memberikan rangkuman beberapa hadis tentang berbakti kepada orangtua.
1. Berbakti kepada Kedua Orangtua
Selain dalam Al-Quran, perintah untuk berbakti kepada kedua orangtua juga tercantum pada hadis, salah satunya Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim.
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya oleh Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu:
أيُّ العَمَلِ أحَبُّ إلى اللَّهِ؟ قالَ: الصَّلاةُ علَى وقْتِها، قالَ: ثُمَّ أيٌّ؟ قالَ: ثُمَّ برُّ الوالِدَيْنِ قالَ: ثُمَّ أيٌّ؟ قالَ: الجِهادُ في سَبيلِ اللَّهِ قالَ: حدَّثَني بهِنَّ، ولَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزادَنِي
“Amal apa yang paling dicintai Allah ‘Azza Wa Jalla?”. Nabi bersabda: “Shalat pada waktunya”. Ibnu Mas’ud bertanya lagi: “Lalu apa lagi?”.Nabi menjawab: “Lalu birrul walidain”. Ibnu Mas’ud bertanya lagi: “Lalu apa lagi?”. Nabi menjawab: “Jihad fi sabilillah”. Demikian yang beliau katakan, andai aku bertanya lagi, nampaknya beliau akan menambahkan lagi.
Editors' Pick
2. Berbakti kepada Ibu Lebih Utama
Berbakti kepada kedua orangtua adalah perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. Diantara kedua orangtua, kedudukan untuk berbakti kepada ibu lebih utama.
Dari Mu’awiyah bin Haidah Al Qusyairi radhiallahu’ahu, beliau bertanya kepada Nabi:
يا رسولَ اللهِ ! مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ : قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أباك ، ثُمَّ الأَقْرَبَ فَالأَقْرَبَ
“wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya” (HR. Al Bukhari dalam Adabul Mufrad, sanadnya hasan).
Fadhlullah Al Jilani, ulama India, menanggapi hadist ini, "Ibu lebih diutamakan daripada ayah secara ijma dalam perbuatan baik, karena dalam hadits ini bagi ibu ada 3x kali bagian dari yang didapatkan ayah. Hal ini karena kesulitan yang dirasakan ibu ketika hamil, bahkan terkadang ia bisa meninggal ketika itu. Dan penderitaannya tidak berkurang ketika ia melahirkan. Kemudian cobaan yang ia alami mulai dari masa menyusui hingga anaknya besar dan bisa mengurus diri sendiri. Ini hanya dirasakan oleh ibu."