5 Cara Mendidik Anak Hiperaktif, Libatkan Tubuh dan Pikiran Mereka
Anak-anak hiperaktif membutuhkan perhatian penuh. Apa saja itu?
12 Juli 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Punya anak yang ceria dan aktif adalah dambaan setiap orangtua. Namun ada beberapa anak berlebih dalam hal ini, yang biasanya disebut hiperaktif. Kebanyakan Mama akan menyangkan dengan tegas ketika si Anak terindikasi hiperaktif. Nah, di sini Popmama.com mengajak Mama untuk memahami kasus ini lebih jauh.
Kurang atau tidak stabilnya perhatian, membuat Mama lebih sulit menangani anak yang hiperaktif. Mereka akan selalu ingin melakukan satu kegiatan dan kegiatan lain lagi, bahkan tanpa jeda, seolah-olah energinya tak akan habis. Anak hiperaktif cenderung tidak bisa duduk diam untuk mendengarkan. Mereka juga lebih impulsif.
Mungkin Mama menganggap hiperaktif ini buruk bagi si Anak. Namun cobalah berpikir ulang. Anak hiperaktif hanya butuh lebih banyak perhatian dari Mama dan orang-orang di sekitarnya. Mama harus lebih bersabar dan mencari cara untuk menyalurkan energi mereka yang meluap. Untuk itu, butuh keterlibatan tubuh dan pikiran mereka.
1. Menyalurkan energi yang berlebih
Mencari cara untuk melampiaskan energi anak hiperaktif memang tidaklah mudah. Namun Mama bisa mencari kegiatan-kegiatan positif seperti berlari dan bermain yang membutuhkan aktivitas gerak tubuh. Mama bisa mendaftarkan si Anak ke kelas-kelas yang membantu mereka menghabiskan energi dan membuat pikiran mereka tenang, seperti kelas karate misalnya.
Mama bisa juga memberikan activity box, untuk membantu mereka fokus bermain dengan itu. Ini jauh lebih baik ketimbang gadget, karena activity box dapat membantu mengasah keterampilan dan meningkatkan daya ingat si Anak. Mama bisa membuat sendiri atau membeli mainan ini, yang tersedia untuk anak dari usia 2 hingga 12 tahun.
Editors' Pick
2. Bicara dengan anak secara sederhana
Perhatian Mama sangat dibutuhkan dalam menangani anak hiperaktif. Berikan perhatian sepenuhnya, dan dengarkan apa yang mereka ungkapkan. Mama juga harus mempelajari minat mereka, dan bahkan kehawatiran apa yang sedang mereka rasakan. Minta mereka membuat daftar tugas. Bicaralah secara sederhana, untuk memastikan si Anak paham uraian instruksi yang Mama berikan.