7 Alasan Mama Harus Membatasi Waktu Anak untuk Menonton TV
Anak Mama kecanduan nonton TV? Batasi mulai sekarang yuk!
14 Oktober 2018
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dampak tayangan televisi bagi tumbuh kembang anak sudah sejak lama menjadi perhatian para orangtua. Minimnya tayangan edukatif, efek kecanduan, dan informasi yang tidak pas untuk anak, menjadi hal utama yang membuat mereka khawatir.
Diet waktu menonton TV harus dilakukan semua anggota keluarga karena juga biasanya di rumah hanya ada satu televisi di ruang keluarga. Kalau Mama kecanduan sinetron, jangan heran juga kalau anak mama kemudian juga suka menonton TV.
Kenapa anak-anak sebaiknya dibatasi dari tayangan televisi? Tujuh alasan di bawah ini perlu Mama simak.
1. Menyebabkan kecanduan
Tayangan televisi itu bikin kecanduan kan, Ma? Tidak ingin ketinggalan satu episode sinetron, ingin menyimak iklan produk baru, melihat tren fashion mode para artis, dan lain-lain. Selalu ada hal menarik dari tayangan televisi yang membuat pemirsanya kecanduan.
Hal ini juga bisa terjadi pada si Anak.
Meskipun hanya mengikuti satu tayangan khusus anak, tapi karena tak mau ketinggalan ia akan menunggu dari beberapa menit sebelum acara dimulai. Nah, selama ia menunggu itu banyak iklan atau potongan tayangan sebelumnya.
Tidak menutup kemungkinan ia malah betah di depan TV meski acara favoritnya sudah selesai.
2. Mempengaruhi isi mimpi
Hampir semua orang mengalami mimpi saat tidur dan mimpi itu sendiri adalah hasil refleksi dari apa yang kita pikirkan sebelum tidur.
Ketika si Anak mulai kecanduan menonton televisi, ia akan terbayang-bayang tayangan yang telah ditontonnya. Bisa sebuah sinetron dewasa, talkshow misteri, atau apa saja.
Kalau yang terekam dengan baik di otaknya adalah tayangan bersifat mencekam atau menakutkan, itu bisa memicu mimpi buruk. Kualitas tidurnya jadi terganggu dan berdampak pada kesehatan.
Editors' Pick
3. Mengacaukan fokus dan konsentrasi
Kondisi otak anak belum siap menerima informasi dan ingatan berlebih. Maka dari itu sistem pendidikan membaginya menjadi beberapa tingkat. Di mana setiap naik tingkat akan bertambah pula materi pelajaran yang akan diterima masing-masing anak.
Ketika si Anak mulai doyan menonton TV, otaknya mendapat asupan informasi tambahan. Wajah artis, sosok tokoh animasi, atau gambar produk yang menggiurkan. Akibatnya, fokus dan daya konsentrasi anak akan menurun dengan sendirinya.
Saat ia belajar, bukan hanya materi pelajaran yang terngiang tapi juga tayangan yang tadi dilihatnya di TV.
4. Kurangnya waktu bermain
Kalau Mama berpikir si Anak lebih baik menonton TV ketimbang main keluyuran ke sana-ke mari, maka pertimbangkan lagi anggapan ini.
Justru aktivitas bermain lebih baik untuk perkembangan motorik dan daya kreatifnya. Ia berkesempatan mengeksplor hal baru dan berinteraksi dengan orang lain.
Beda dengan menonton TV yang menjadikannya pemirsa pasif. Duduk diam mengamati dan sesekali tertawa atau ikut marah melihat adegannya. Ia tidak berinteraksi dengan siapa-siapa dan mengandalkan TV sebagai sumber informasi.
5. Dewasa sebelum waktunya
Fenomena anak SD sudah mulai pacaran atau terlibat pertengkaran dengan teman rasanya makin akrab di telinga. Dari mana mereka mencontoh perbuatan itu?
Salah satunya adalah tayangan televisi. Anak-anak menjadi dewasa sebelum waktunya. Melakukan hal-hal yang semestinya hanya milik orang dewasa.
Saat si Anak mencuri-curi kesempatan di belakang Mama untuk menonton TV, ia bebas menyaksikan tayangan yang sedang diputar tanpa pengawasan. Buruknya filter dari pihak berwenang juga menambah parah fenomena ini. Anak-anak bebas melihat adegan pelukan, ciuman, balapan motor, bahkan perkelahian antar geng.
Baca juga: Bikin marah! Adegan anak SD ciuman sampai guling-guling malah viral di internet
6. Mempengaruhi kesehatan mata
Kalau anak sudah asyik di depan TV, kadang tanpa sadar ia terus memajukan posisi duduknya hingga tersisa beberapa senti saja dari layar. Barangkali ia penasaran dengan bentuk benda yang muncul dalam tayangan, atau ingin melihat lebih dekat tokoh animasi favoritnya.
Sudah tahu kan Ma, resiko dari menonton TV terlalu dekat itu apa?
Kesehatan mata si Anak ancamannya. Tak heran jika kini banyak anak SD yang sudah harus pakai kacamata.
7. Kurang bergerak
Selain merusak mata, dampak kesehatan lain yang mengancam anak pecandu televisi adalah obesitas. Kenapa? Karena asyik menonton membuatnya kurang bergerak. Lebih memilih duduk atau tiduran di depan TV sambil menyantap camilan.
Yuk Ma, batasi waktu anak menonton TV mulai dari sekarang! Sebelum gangguan-gangguan kesehatan baik fisik dan mental menimpanya.