10 Pahlawan Nasional Indonesia yang Perlu Diketahui Anak
Indonesia memiliki banyak sekali Pahlawan Nasional, tapi banyak di antaranya yang jarang kita dengar
8 Juni 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pahlawan nasional merupakan gelar penghargaan tertinggi di Indonesia. Gelar ini diberikan secara resmi oleh pemerintah kepada seseorang atas tindakan yang dianggap berpengaruh dan menjadi teladan bagi masyarakat.
Kementerian Sosial Indonesia telah menetapkan 7 kriteria agar seseorang bisa mendapat gelar Pahlawan Nasional, yaitu:
- Merupakan Warga Negara Indonesia yang telah meninggal dunia dan semasa hidupnya telah:
- Memimpin dan melakukan perjuangan bersenjata atau perjuangan politik/perjuangan dalam bidang lain mencapai/merebut/mempertahankan/mengisi kemerdekaan serta mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.
- Melahirkan gagasan atau pemikiran besar yang dapat menunjang pembangunan bangsa dan negara.
- Menghasilkan karya besar yang mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat luas atau meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia.
- Pengabdian dan perjuangan yang dilakukan orang tersebut berlangsung hampir sepanjang hidupnya (tidak sesaat) dan melebihi tugas yang diembannya.
- Perjuangan yang dilakukan mempunyai jangkauan luas dan berdampak nasional
- Memiliki konsistensi jiwa dan semangat kebangsaan/nasionalisme yang tinggi
- Memiliki akhlak dan moral yang tinggi
- Tidak menyerah pada lawan/musuh dalam perjuangannya
- Dalam riwayat hidupnya, tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dapat merusak nilai perjuangannya.
Indonesia memiliki banyak sekali Pahlawan Nasional lho, Ma. Ada yang sering disebut dalam pelajaran Sejarah dan PKn, tapi banyak juga yang jarang kita dengar kisahnya.
Untuk membantu anak mama belajar, berikut ini Popmama.com telah rangkum cerita mengenai 10 Pahlawan Nasional Indonesia yang perlu anak mama tahu.
1. K. H. Abdul Halim
K. H. Abdul Halim atau yang lebih dikenal dengan K. H. Abdul Halim Majalengka lahir pada tanggal 26 Juni 1887 di Majalengka, Jawa Barat.
Ia adalah seorang tokoh pergerakan nasional dan organisasi Islam. Ia juga terkenal sebagai seorang ulama yang toleran terhadap perbedaan pendapat antara ulama tradisional dan pembaharu.
Ketika Indonesia diduduki Jepang, K. H. Abdul Halim diangkat menjadi anggota Chuo Sangi-in atau Badan Pertimbangan Pusat. Chuo Sangi-in mirip dengan parlemen atau dewan perwakilan yang berfungsi untuk mengawasi kerja pemerintah.
Lalu, ia diangkat menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada bulan Mei 1945. Kedudukannya adalah sebagai anggota Panitia Pembelaan Negara.
Setelah Republik Indonesia berhasil didirikan, ia diangkat menjadi anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Daerah Cirebon.
K. H. Abdul Halim merupakan salah satu tokoh yang aktif membantu perjuangan Indonesia mempertahankan kemerdekaan. Saat agresi militer kedua (dimulai pada 19 Desember 1948), ia aktif membantu kebutuhan logistik untuk pasukan TNI dan para gerilyawan.
Setelah perang kemerdekaan berakhir, ia aktif dalam organisasi keagamaan dan membina Santi Asromo. Ia menentang gerakan Darul Islam yang dipimpin oleh Kartosuwiryo ketika gerakan ini muncul. Ia juga menjadi salah satu tokoh yang menuntut pembubaran Negara Pasundan yang diciptakan Belanda.
K. H. Abdul Halim wafat pada tanggal 7 Mei 1962 dengan usia 74 tahun. Ia dikebumikan di tanah kelahirannya, Majalengka.
2. Adam Malik
H. Adam Malik Batubara atau yang dikenal dengan nama Adam Malik lahir di Pematangsiantar, Sumatra Utara pada 22 Juli 1917. Ia adalah seorang jurnalis dan politikus yang kemudian diangkat menjadi Wakil Presiden ketiga.
Ketika masa penjajahan Jepang, ia aktif bergerak dalam gerakan pemuda untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Ia berjasa dalam membawa Soekarno dan Muhammad Hatta ke Rengasdengklok untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Ia melakukannya bersama Sukarni, Chaerul Saleh, dan Wikana.
Ia juga yang menggerakkan rakyat untuk berkumpul di lapangan Ikada, Jakarta, untuk mendukung kepemimpinan Soekarno-Hatta.
Pada tahun 1945-1947, ia terpilih sebagai Ketua III Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Tugasnya adalah menyiapkan susunan pemerintahan.
Adam Malik pernah masuk menjadi anggota Badan Persatuan Perjuangan di Yogyakarta pada tahun 1945-1946. Lalu, ia juga pernah diangkat menjadi Ketua II KNIP sekaligus Badan Pekerja KNIP.
Pada tahun 1946, ia mendirikan Partai Rakyat. Setelah itu, Adam Malik terus bergerak di dunia politik hingga akhirnya diangkat menjadi Wakil Presiden Indonesia ketiga yang memimpin dari tahun 1978-1983 berkat kepiawaiannya dalam perhubungan antar negara.
Setelah mengabdikan diri untuk bangsa dan negara, Adam Malik wafat pada tanggal 5 September 1984 di Bandung karena kanker hati. Keluarganya kemudian mendirikan Museum Adam Malik untuk mengabadikan namanya.
3. Nyi Ageng Serang
Dilansir dari laman jogjabelajar.jogjaprov.go.id, Nyi Ageng Serang lahir pada tahun 1762 di Desa Serang. Ia lahir dengan nama Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi. Ia merupakan putri bungsu penguasa Serang, Pangeran Natapraja.
Walaupun seorang wanita, tapi Nyi Ageng Serang ikut berperang membantu putranya dalam Perang Jawa. Nyi Ageng Serang dikenal sebagai ahli siasat dan strategi ketika itu. Ia menggunakan taktik kamuflase daun keladi atau daun lumbu.
Setiap prajurit dan rakyat yang ikut berperang ia perintahkan untuk melindungi kepalanya dengan penyamaran menggunakan daun itu. Setelah pasukannya dekat dengan musuh, musuh baru dihancurkan. Karena taktiknya itu, pasukannya disebut sebagai Pasukan Hantu dan sangat ditakuti oleh tentara Belanda.
Setelah cucunya, Raden Mas Papak menyerah, Nyi Ageng Serang hidup dalam pengawasan Belanda. Ia wafat pada tanggal 10 Agustus 1828.
4. Ernest Douwes Dekker
Ernest Douwes Dekker lahir di Pasuruan pada tanggal 8 Oktober 1879. Ia merupakan cucu Eduard Douwes Dekker, sang penulis buku “Max Havelaar”. Buku ini berisi kritik tentang kesewenang-wenangan pemerintahan kolonial Belanda saat penjajahan.
Ernest Douwes Dekker awalnya bekerja di sebuah perkebunan kopi dan pabrik gula. Namun karena melihat rakyat Indonesia menderita selama bekerja, ia bertengkar dengan pemimpinnya sampai dipecat.
Lalu, ia bekerja menjadi seorang jurnalis. Selama menjadi jurnalis, ia membuat berbagai tulisan yang menjadi ancaman bagi pemerintah Belanda.
Seperti tulisan tentang Hindia Belanda (Indonesia) tidak akan bertahan kalau tidak memiliki pemerintahan sendiri dan tentang kekejaman-kekejaman tentara Belanda pada rakyat Indonesia.
Tak berhenti di situ, ia juga mendirikan organisasi Indische Partij bersama dr. Cipto Mangunkusumo. Organisasi ini didirikan dengan misi mendukung kesetaraan ras, melawan penjajah, dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Setelah terus berjuang bersama rakyat Indonesia, Ernest Douwes Dekker wafat pada tanggal 28 Agustus 1950 di Bandung.
Editors' Pick
5. Cut Nyak Dhien
Cut Nyak Dhien merupakan seorang pejuang pada masa Perang Aceh. Ia lahir di Lampadang, Aceh pada tahun 1848.
Cut Nyak Dhien memulai perjuangannya karena suami pertamanya, Ibrahim Lamnga, tewas saat bertempur untuk merebut kembali daerah VI Mukim dari tangan Belanda. Cut Nyak Dhien sangat marah dan bersumpah akan menghancurkan Belanda saat itu.
Kemudian, Cut Nyak Dhien menikah dengan Teuku Umar, seorang tokoh pejuang Aceh, karena dijanjikan akan diperbolehkan untuk ikut berperang melawan Belanda.
Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar bertempur bersama melawan Belanda. Tapi Teuku Umar gugur dan membuatnya meneruskan perjuangan sendirian bersama pasukan kecilnya di pedalaman Meulaboh.
Karena saat itu Cut Nyak Dhien sudah tua dan menderita encok serta rabun, anak buahnya yang bernama Pang Laot melaporkan lokasi markas mereka ke Belanda karena iba. Akibatnya, Cut Nyak Dhien berhasil ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh.
Di Banda Aceh, ia dirawat sampai penyakitnya mulai sembuh. Namun, keberadaannya dianggap masih memberikan pengaruh terhadap perlawanan rakyat Aceh. Ia lalu diasingkan ke Sumedang.
Cut Nyak Dhien akhirnya wafat pada tanggal 6 November 1908 dan dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang. Namanya diabadikan sebagai nama bandara di Meulaboh, Bandar Udara Cut Nyak Dhien Nagan Raya.
6. Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponegoro merupakan putra Hamengku Buwono III yang dilahirkan di Yogyakarta tanggal 11 November 1785. Ia dilahirkan dengan nama Bendara Raden Mas Mustahar, lalu diubah menjadi Bendara Raden Mas Antawirya.
Pangeran Diponegoro merupakan salah satu tokoh yang ikut andil dalam Perang Jawa atau Perang Diponegoro yang dimulai pada tahun 1825.
Awal mula perang tersebut pecah adalah karena tindakan Belanda yang memasang patok-patok di atas tanah Pangeran Diponegoro di Desa Tegalrejo tanpa izin untuk membuat jalan raya.
Selain itu, hal-hal seperti pajak yang tinggi, sikap Belanda yang tidak menghargai adat istiadat, dan eksploitasi oleh Belanda membuat masyarakat resah.
Akhirnya, perang terjadi selama 5 tahun, yaitu sampai tahun 1830. Perang ini terjadi di sebagian Pulau Jawa. Strategi perang gerilya yang selalu berpindah-pindah serta pasukannya yang terkenal cepat dan lincah membuat pasukan Belanda mengalami kekalahan besar berkali-kali.
Jenderal De Kock kemudian menanam mata-mata di kesatuan Diponegoro dan berhasil menangkap Pangeran Diponegoro bertepatan dengan Hari Idul Fitri tanggal 28 Maret 1830.
Pangeran Diponegoro diasingkan di Ungaran, Semarang, lalu dibawa ke Batavia menggunakan kapal Pollux.
Pada tanggal 30 April 1830, Pangeran Diponegoro diputuskan untuk diasingkan ke Manado bersama dengan istri keenamnya, Raden Ayu Ratna Ningsih. Rombongannya sampai di Manado pada tanggal 3 Mei 1830 dan ditawan di Benteng Amsterdam.
Pada tahun 1834, ia dipindah ke Benteng Rotterdam di Makassar. Akhirnya, ia wafat pada 8 Januari 1855 dan dimakamkan di Jalan Diponegoro, Makassar.
7. Hamengku Buwono IX
Hamengku Buwono IX merupakan anak kesembilan Hamengku Buwono VIII dengan istri kelimanya, Raden Ajeng Kustilah atau Kanjeng Ratu Alit. Lahir di Yogyakarta, 12 April 1912 dengan nama Gusti Raden Mas Dorojatun.
Di usia 4 tahun, ia dititipkan ke sebuah keluarga Belanda, keluarga Mulder yang merupakan seorang kepala sekolah NHJJS (Neutrale Hollands Javanesche Jongen School). Ia mendapat pendidikan Belanda sejak kecil. Kuliah pun ia dikirim ke Belanda.
Namun, di tengah-tengah studinya di Belanda, ia dipanggil pulang oleh sang ayah dan menjadi calon penerus tahta. Ia dinobatkan sebagai Sultan Yogyakarta pada tanggal 18 Maret 1940. Kalimatnya saat pelantikan begitu dikenang, “Saya memang berpendidikan Barat, tapi pertama-tama saya tetap orang Jawa.”
Sebelum dinobatkan, ia bernegosiasi dengan diplomat senior Belanda Dr. Lucien Adam selama 4 bulan. Ia menolak beberapa poin tentang keterlibatan Belanda dalam kepemimpinannya. Tapi kemudian ia menerimanya karena ada bisikan bahwa Belanda akan segera pergi.
Pada masa Jepang, Sri Sultan Hamengku Buwono IX melarang pengiriman romusa dengan mengadakan proyek lokal, yaitu saluran irigasi Selokan Mataram.
Sultan bersama Paku Alam IX merupakan penguasa pertama yang menggabungkan diri ke Republik Indonesia. Sultan pula yang mengundang Presiden untuk memimpin Indonesia dari Yogyakarta serta memberi dukungan finansial selama pemerintahan republik di Yogyakarta.
Sultan wafat pada tanggal 2 Oktober 1988 malam ketika berkunjung ke Amerika.
8. Marthen Indey
Marthen Indey lahir di Doromena, Papua tanggal 14 Maret 1912. Ia merupakan salah satu pejuang dari tanah Papua.
Awalnya ia bekerja sebagai polisi Belanda yang bertugas mengawasi para pejuang Indonesia yang diasingkan di Tanah Merah (Digul), Irian Barat. Kemudian, rasa nasionalismenya tumbuh karena sering berhubungan dengan para pejuang.
Yang paling memengaruhinya adalah mantan pemuka Taman Siswa Soegoro Atmoprasodjo dan beberapa pemuda Papua lainnya.
Sejak itu, ia memperjuangkan Papua untuk merdeka bersama Indonesia dan menyebarkan semangat kemerdekaan kepada seluruh masyarakat Irian Barat.
Pada akhir Desember 1945, kelompok Indey menyiapkan pemberontakan melawan Belanda di Irian Barat. Ia lalu menjadi anggota Komite Indonesia Merdeka pada Oktober 1946.
Tahun 1962, ia merumuskan kekuatan gerilya dan membantu menyelamatkan anggota RPKAD di Irian Barat selama TRIKORA. Pada Desember di tahun itu, ia pergi ke New York sebagai delegasi Indonesia. Papua akhirnya menjadi bagian dari Indonesia.
Marthen Indey wafat pada tanggal 17 Juli 1986 di tanah kelahirannya, Doromena.
9. Mohammad Hatta
Dr. (H. C.) Drs. H. Mohammad Hatta yang terkenal dengan sebutan Bung Hatta lahir pada 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatra Barat, dengan nama Mohammad Athar.
Kalau berbicara tentang pahlawan nasional, pasti nama Moh. Hatta menjadi salah satu yang muncul di pikiran anak. Sebab, ia memiliki peran yang besar dalam pendirian dan perkembangan Indonesia selama hidupnya.
Moh. Hatta turun menyusun naskah proklamasi bersama Soekarno dan Ahmad Soebardjo. Ialah yang menyumbang kalimat pertama pada teks proklamasi.
Moh. Hatta juga turut mendampingi Soekarno dalam upacara Proklamasi. Setelah itu, ia dilantik sebagai Wakil Presiden Indonesia pertama mendampingi Soekarno.
Ketika itu, Belanda masih saja tidak mau mengakui kedaulatan Indonesia walaupun sudah resmi merdeka. Belanda melakukan agresi militer dan perjanjian internasional untuk merebut Indonesia kembali.
Namun, Moh. Hatta berhasil mendesak Belanda lewat Konferensi Meja Bundar. Dari situ, Indonesia mendapat pengakuan, baik dari Belanda maupun dunia.
Moh. Hatta juga dikenal dengan komitmennya pada demokrasi. Ia mengeluarkan Maklmumat X yang menjadi tonggak awal demokrasi.
Ia pun memiliki peran penting dalam bidang ekonomi. Pemikiran dan sumbangsihnya membuat koperasi berkembang. Karena itulah ia dijuluki Bapak Koperasi.
Moh. Hatta wafat pada 14 Maret 1980 di Jakarta dan dimakamkan di Tanah Kusir, Jakarta. Ini sudah menjadi wasiatnya bahwa ia ingin dimakamkan di pemakaman biasa. Ia tidak ingin dipisahkan dengan rakyat Indonesia.
10. Soekarno
Jika membicarakan tentang Mohammad Hatta, pasti tak lepas juga dari sosok Soekarno. Dr. (H. C.) Ir. H. Soekarno atau Bung Karno lahir di Surabaya tanggal 6 Juni 1901 dengan nama Koesno Sosrodihardjo.
Soekarno berperan penting dalam kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda. Ia merupakan Proklamator Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 bersama Mohammad Hatta dan kemudian dilantik menjadi Presiden Indonesia pertama.
Soekarno jugalah yang mencetuskan konsep Pancasila sebagai dasar negara Indonesia sekaligus menamainya.
Setelah pengabdian panjang pada negara, Soekarno wafat pada 21 Juni 1970 di Jakarta.
Itulah 10 Pahlawan Nasional Indonesia yang perlu diketahui anak mama. Semoga dengan mengetahui kisah hidup semua tokoh di atas, anak mama bisa menambah pengetahuan dan menumbuhkan rasa cinta tanah air.
Baca juga:
- 4 Sifat Mustahil Rasul yang Perlu Diketahui Anak
- Indah Dipandang, Ini 5 Fakta Menarik Pelangi yang Perlu Diketahui Anak
- Ceritakan Sejarah Indonesia ke Anak, Ini 6 Negara Penjajah Indonesia