Cara Menjaga Kesehatan Mental Anak Pasca Keluarganya Kecelakaan
Semua emosi negatif yang didasari kecemasan akan campur aduk, sehingga anak butuh pendampingan
13 Januari 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kehilangan seseorang yang dicintai tentu bukanlah sesuatu yang mudah, begitu juga dengan anak-anak yang orangtuanya meninggal pasca terjadi kecelakaan.
Dari kejadian tersebut, anak-anak pun bisa merasa terpuruk karena telah kehilangan panutan dan orang terpenting di dalam hidupnya.
"Kehilangan dan duka cita yang mendalam akan dirasakan oleh anak ketika mengetahui orangtuanya meninggal akibat kecelakaan. Pasti si Anak akan merasa kaget karena mendapat kabar yang begitu mendadak. Semua emosi yang didasari kecemasan dan panik.
Yang jelas perasaannya akan campur aduk," ucap Alexa sebagai seorang psikolog saat diwawancarai Popmama.com secara eksklusif.
Walau masih berada di fase berduka, namun si Anak pun perlu dijaga kesehatan mentalnya agar terhindar dari depresi atau adanya niat untuk bunuh diri.
Terkait cara menjaga dan mengatasi kesehatan mental anak pasca anggota keluarganya menjadi korban kecelakaan, kali ini Popmama.com telah mewawancarai Alexandra Gabriella A., M.Psi, C.Ht, C.ESt.
Disimak pembahasan kali ini yuk, Ma!
Editors' Pick
1. Biarkan anak merasakan emosinya dan mengalami fase berduka
Menerima perasaan duka memang tidaklah mudah karena membutuhkan waktu, apalagi ketika itu dirasakan oleh anak-anak. Ketika fase berduka, si Anak pun akan mengalami fase berduka sama seperti orang dewasa.
Menurut Dr. Elisabeth Kubler-Ross dalam bukunya On The Death and Dying (1969) menjabarkan akan ada sebuah 5 fase duka atau 5 stages of loss perlu dilalui. Lima fase duka yang dirasakan, antara lain:
- Fase denial menjadi permulaan terhadap berbagai penolakan
- Fase marah akan terjadi sebagai bentuk penolakan
- Fase tawar menawar terhadap situasi yang dialaminya mulai terjadi
- Fase depresi sebagai sebuah puncak selama sedang berduka
- Fase penerimaan menjadi momen seseorang mulai ikhlas dan menjalani hidup kembali
"Meskipun memang sulit untuk menerima keadaan diri sendiri saat sedang berduka, namun kelima tahapan berduka itu perlu dilewati sampai mencapai tahap menerima. Secara teori mungkin terasa make sense ketika akan melewati berbagai tahapannya, tetapi ketika menerapkannya akan sangat sulit," ucap Alexa.
2. Kerabat terdekat perlu melakukan pendampingan yang intensĀ
Anak-anak yang merasa sedih setelah orangtuanya menjadi korban kecelakaan tentu akan lebih murung dibanding sebelumnya. Perlu dipahami juga bahwa ia pun bisa memendam rasa sedih di hatinya, sehingga terlihat terpuruk atas kejadian tersebut.
Sebagai seorang psikolog, Alexa mengatakan bahwa kerabat terdekat perlu memberikan pendampingan yang intens untuk si Anak.
"Sama seperti mendampingi anak-anak lain yang mengalami duka cita karena alasan apapun. Kuatkan dan dampingi mereka, tetapi ijinkan juga mereka mengelola perasaan duka itu," jelas Alexa.
Alexa mengingatkan apabila si Anak merasa penasaran dan menanyakan informasi lebih lanjut mengenai kecelakaan yang menimpa orangtuanya, ada baiknya untuk menjawab semua pertanyaan dengan jujur dan tidak ditutupi. Hanya saja perlu menggunakan bahasa yang sederhana sesuai dengan usia mereka.
"Ingatkan mereka bahwa sedih itu wajar apalagi saat merasa kehilangan. Artinya kita perlu bersyukur pernah punya pengalaman yang begitu bahagia dengan almarhum," ucapnya.