Komisioner KPAI Ungkap Persiapan Orangtua saat Anak Masuk Sekolah
Jika sekolah nantinya akan masuk 4 jam sehari tanpa jam istirahat, orangtua harus punya persiapan
6 Juni 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Rencana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang akan membuka tahun ajaran baru 2020/2021 pada Juli 2020 di fase new normal mendapatkan banyak pertentangan. Tidak hanya dari pihak orangtua saja, namun Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ikut menentang.
DR. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K) FAAP selaku Ketua Umum IDAI mengatakan cukup khawatir jika terjadi peningkatan pasien anak-anak yang positif Covid-19.
Bahkan Aman mengatakan bisa jadi akan ada satu juta anak bisa meninggal dunia, jika mereka sudah mulai masuk sekolah dalam waktu dekat.
Hal tersebut sempat disampaikan Aman dalam acara Kabar Siang yang disiarkan oleh TVOne, Selasa (2/6/2020). Demi keselamatan anak-anak Indonesia, Aman mendesak pemerintah untuk tidak mengeluarkan kebijakan terkait membuka sekolah terlalu cepat setidaknya hingga akhir 2020.
"Kita didiklah anak kita di rumah dulu, paling tidak kita tunggu sampai 2020. Bersabarlah kita dulu, sampai nanti pemeriksaannya cukup dan kami lihat kurva anak meninggal menurun," ucap Aman.
Penolakan pun terjadi pada 129.937 orangtua yang tidak menyetujui kalau anak-anaknya akan masuk kembali ke sekolah dalam waktu dekat. Angka ini berdasarkan hasil survei yang dibuka oleh KPAI kepada orangtua seluruh Indonesia melalui online.
Tahun ajaran baru memang menjadi dilema untuk berbagai pihak termasuk orangtua, guru dan anak-anak yang terlibat.
Retno Listyarti, M. Si selaku Komisioner KPAI pun membahas ini ketika melakukan sesi Popmama Talk dengan tema "Tahun Pelajaran Baru dan Hasil Survey pada Orangtua" pada Jumat (5/6/2020). Apalagi peran orangtua sangat dibutuhkan serta dipersiapkan ketika anak-anak nantinya harus kembali masuk sekolah di fase new normal.
Jika Mama sedang mengikut berbagai perkembangan mengenai informasi ini, Popmama.com telah merangkum pembahasan menarik saat Popmama Talk.
Yuk Ma, disimak!
Editors' Pick
1. Orangtua masih sangat khawatir kalau anak-anak harus kembali ke sekolah
Dilansir dari IDN Times, Akademisi dari Nanyang Technological University Singapura, Prof Sulfikar Amir menyatakan bahwa DKI Jakarta belum siap memasuki era new normal atau normal baru walau para warga merasa cukup memiliki informasi, pengetahuan, wawasan, modal sosial serta kecenderungan kuat untuk berhati-hati agar tidak terpapar virus corona.
Pernyataan Sulfikar didasari hasil survei yang digelar Koalisi Warga Lapor Covid-19 yang digelar sejak 29 Mei - 2 Juni 2020 bahwa ada 3.160 responden, ada 1-5 tingkatan dan hasilnya 3,46 yang artinya belum sepenuhnya warga Jakarta siap memasuki fase normal baru.
Terkait kesiapan masyarakat untuk memasuki fase normal baru, orangtua juga tidak setuju kalau sekolah akan kembali dibuka pada 13 Juli 2020.
Pada bulan Mei 2020 lalu, KPAI berinisiatif mengadakan survei yang dibagikan secara umum melalui cara online kepada para orangtua, guru dan siswa. Tujuannya untuk mengetahui pendapat mereka terkait kegiatan sekolah tahun pelajaran 2020/2021.
Dalam hitungan 32 jam hingga penutupan angket, ada cukup banyak pastisipasi yang ikut bersuara yakni:
- siswa sebanyak 9.643 orang,
- guru sebanyak 18.111 orang,
- orangtua mencapai 196.546 orang.
Dari 196.546 responden orangtua tidak setuju (menolak) jika sekolah dibuka pada 13 Juli 2020 mencapai 66 persen (129.937) dan yang setuju sekolah dibuka pada tahun ajaran baru sebanyak 34 persen (66.609).
Ada banyak alasan yang dinyatakan oleh para orangtua saat tidak setuju ketika sekolah dibuka pada bulan Juli. Di antara mereka menganggap kalau kasus yang terinfeksi Covid-19 masih sangat tinggi.
Sependapat dengan orangtua yang masih merasa khawatir terkait angka kasus Covid-19 saat ini, Retno pun tidak ingin kalau sekolah nantinya justru menjadi klaster baru penyebaran virus ke para murid.
"Memang perlu dipastikan bahwa ada pernyataan tentang zero kasus. Kalau tidak zero kasus, maka sekolah berpotensi menjadi kluster baru nantinya," ucap Retno.
2. Selama di rumah, orangtua perlu membiasakan hidup sehat dan bersih kepada anak-anakĀ
Ketika menerapkan new normal di sekolah yang masih dirumuskan, ada salah satu kebijakan untuk mengurangi jam belajar dengan masih 4 jam sehari tanpa jam istirahat.
Itu berarti jam pelajaran akan diperpendek, sehingga akan menghilangkan jam istirahat. Bahkan aturan terkait memberlakukan physical distancing juga masuk dirumuskan agar lebih maksimal.
Dalam Popmama Talk, Retno Listyasti masih ragu kalau murid-murid khususnya Sekolah Dasar bisa disiplin untuk melakukan physical distancing sesuai anjuran pemerintah, termasuk menggunakan masker.
Demi menjaga kesehatan anak-anak ketika nantinya harus kembali bersekolah secara tatap muka kembali, orangtua harus berperan agar anak semakin terbiasa. Retno Listyasti pun meminta agar anak-anak bisa terus dituntun dan diingatkan agar konsisten menjaga kesehatan.
Dalam hal ini, Mama harus bisa membiasakan segala rutinitas sehat mulai dari rajin mencuci tangan serta menggunakan masker saat berada di luar rumah.
Terkait penggunaan masker agar anak tetap betah, Popmama.com memiliki beberapa tips yang bisa membantu antara lain:
- Berikan pengertian sesuai dengan usia anak, sehingga dirinya bisa memahami bahwa penggunaan masker menjadi sesuatu yang harus dilakukan demi kesehatan.
- Orangtua harus bisa memberikan contoh dalam menggunakan masker agar anak ikut termotivasi.
- Biarkan anak memilih masker favorit yang akan digunakannya, mulai dari warna atau bahkan motif tertentu. Cara ini setidaknya membantu agar anak tertarik menggunakan masker.
Demi membentuk kebiasaan anak menggunakan masker tanpa melepasnya selama berada di luar rumah, orangtua memang perlu memberikan pengertian secara jelas dan tepat.
"Hal-hal ini penting sekali untuk dibangun dari rumah bersama orangtua," kata Retno.
Sekali lagi perlu diingat bahwa budaya sehat dan bersih harus dibangun sejak dari rumah ya, Ma.
3. Perlu ada evaluasi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) karena masih terkesan bias kelas
Ketika Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) tetap berlangsung hingga proses belajar tatap muka akan dimulai pada Januari 2021, maka perlu ada evaluasi agar kegiatan belajar mengajar dari rumah tetap bermanfaat.
Dalam Popmama Talk, Retno Listyarti mengatakan pendidikan di Indonesia ketika menerapkan PJJ masih bias kelas selama berlangsung ketika masa darurat pandemi Covid-19.
"PJJ ini tidak melayani semua murid dengan maksimal karena banyak sekali keterbatasan. Ini kami menyebutnya sebagai bias kelas," ucap Retno.
Bias kelas yang dimaksud ketika siswa dari keluarga menengah ke atas relatif terlayani serta tidak diberatkan atas akses internet selama menjalankan proses PJJ, sementara keluarga menegah ke bawah berbantik terbalik.
Retno pun mengatakan bahwa berdasarkan survei yang telah dilakukan oleh KPAI, murid dan guru sama-sama saling berpendapat kalau PJJ begitu menjenuhkan.
"Akar permasalahannya sudah ditemukan karena banyak guru di sekolah terus memberikan tugas, tanpa ada interaksi. Hal ini membuat anak-anak sebagai murid merasa terbebani," kata Retno.
Retno berharap ketika kurikulum ini dibuat lebih sederhana dan dievaluasi kembali, sehingga membantu segala beban terkait PJJ bisa segera diatasi.
Itulah beberapa pembahasan yang dibagikan oleh Retno Listyarti selama sesi Popmama Talk kali ini.
Semoga informasi ini bisa bermanfaat ya, Ma!
Baca juga:
- KPAI: 129.937 Orangtua Tidak Setuju Sekolah Kembali Dibuka 13 Juli
- 7 Pengaduan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Terbanyak yang Masuk ke KPAI
- KPAI: Pemerintah Mesti Tunda Pembelajaran Tatap Muka di Pesantren