Miris sekali saat si Anak pernah berbicara seperti ini ya, Ma. Perasaan Mama pasti akan campur aduk melihat perilaku si Anak yang bisa dikatakan di luar kendali. Pasti ada perasaan tidak terima saat kata-kata itu keluar dari bibirnya. Perasaan kecewa itu wajar kok, namun ada baiknya untuk tidak terlalu terpancing emosi.
Untuk mengatasi sikap si Anak yang seperti Mama perlu mengetahui apa penyebabnya dan bagaimana cara menyikapinya. Berikut tipsnya ya, Ma!
Mengapa Anak Membenci Mama?
Unsplash/Amadeo Muslimović
Saat si Anak tidak merasa ada nilai yang kurang di dalam hubungan dengan orangtuanya, seperti rasa kasih sayang maka dirinya akan mencoba memperbaikinya. Namun terkadang yang miris beberapa anak justru melakukan cara yang salah yaitu dengan cara yang kasar. Padahal ini justru akan merusak hubungan dirinya dengan orangtua.
Keluarnya kata-kata kasar yang diucapkan si Anak biasanya merupakan bentuk lain dari tindakan berdiam diri, menolak untuk melakukan apa yang Mama inginkan hingga mengasingkan diri dari kamar biasanya ini terjadi saat sudah memasuki usia remaja, hingga sebuah bentuk yang salah dari ingin mencari perhatian.
Maka, ini cara menanganinya, Ma!
Editors' Pick
1. Mulai intropeksi diri
Unsplash/Eddy Lackmann
Intropeksi diri sendiri memang perlu dilakukan lho, Ma. Apalagi kalau si Kecil sudah dengan beraninya mengatakan kalimat yang mungkin tidak pernah Mama sangka sebelumnya.
Sebenarnya dibalik kata-kata, “Aku membencimu Mama!” ada perasaan dan pertanyaan-pertanyaan di hati si Anak, Mungkin saja ada pertanyaan seperti, “Ada Mama tidak pernah mencintai aku?” Perlu diketahui nih Ma, jika kata-kata yang dikeluarkan si Anak bisa jadi merupakan bentuk sakit hati atau kekecewaan dirinya terhadap Mama.
Saat si Anak mengatakan hal seperti itu, memang ada baiknya Mama mulai mengintropeksi diri kembali. Mungkin saja tanpa Mama sadari ada perkataan atau perbuatan yang tidak disengaja menyakit perasaan dirinya. Untuk itu intropeksi bisa membuat Mama memahami kesalahan apa yang pernah diperbuat.
Buang jauh-jauh pemikiran tentang diri Mama selalu benar dan tidak akan mungkin pernah menyakiti si Anak. Meskipun tidak pernah melakukan kesalahan, cobalah untuk berdiskusi dengan si Anak. Dimulai dari berdiskusi, Mama akan lebih mengerti apa yang dirasakan dirinya tanpa perlu menebak-nebak lagi.
Meminta maaflah jika memang ada yang salah ya, Ma.
2. Lihatlah kesungguhan dibalik perilakunya
Unsplash/Sai De Silva
Saat si Anak mengatakan hal-hal yang kasar terhadap Mama atau mungkin sampai berteriak, ada baiknya untuk mengensampingkan rasa kecewa dan sakit di hati Mama ya. Rasa kecewa dan sakit hati memang wajar terjadi, namun kalau terus dipikirkan atau bahkan justru memarahi balik Ss Anak ini tidak akan mengubah semuanya.
Lihatlah maksud dibalik perilaku si Anak. Ketahuilah kalau ada banyak faktor yang menyebabkan ini bisa terjadi. Salah satunya rasa kecewa atau mungkin dirinya butuh diperhatikan.
Mama sebisa mungkin harus tetap bertindak baik dengan keteguhan hati dan belas kasih untuk mengurusnya. Dengan hal seperti ini si Anak akan melihat kalau meskipun dirinya berbuat salah dan sesuatu yang kasar, Mama masih tetap mencintainya
Tanpa memarahi, pelan-pelan ada baiknya untuk memberikan pengertian jika sikapnya itu salah. Beritahukan dan ajarkan sikap yang baik saat mengutarakan sesuatu hal. Dengan kerendahan hati Mama tanpa memarahi si Anak, ini membuktikan kalau Mama sudah mengambil satu langkah lagi untuk menuju kedewasaan.
3. Mengajarkan cara mengelola emosi
Unsplash/Jordan Whitt
Reaksi yang dilakukan si Anak, sehingga bisa mengeluarkan kata-kata kasar biasanya tidak menggunakan empati dan kurang mampu mengolah emosinya sendiri nih.
Perlu Mama ketahui kalau reaksi kemarahan yang diperlihatkan si Anak akan mempengaruhi kedewasaanya kelak. Sebagai orangtua, Mama harus bisa mengolah emosi dirinya agar lebih positif. Jika emosi si Anak bisa dibina dengan baik, sewaktu-waktu reaksi emosional yang dikeluarkannya bisa keluar tanpa harus menyakiti perasaan orang lain.
Dalam mengajarkan si Anak mengelola emosinya, Mama bisa sesekali mencontohkan cara mengekspresikan emosi yang benar. Pelan-pelan kenalkan mengenai empati dan yang paling penting bisa memahami emosinya sendiri. Saat emosinya tidak tertahankan, ajarkan dirinya untuk bisa rileks dan tenang. Tarik napas dalam-dalam juga bisa menjadi salah satu cara untuk menenangkan diri tanpa harus mengeluarkan emosi secara meledak-ledak.
Jane Nelsen dan Lynn Lott, penulis buku dari “Positive Discipline” merekomendasikan beberapa strategi yang bisa digunakan dalam membantu si Anak melalui momen seperti ini:
Hindari hukuman dan pembalasan. Pastikan tetap tenang sebelum Mama melakukan langkah selanjutnya.
Tanyakan kepada si Anak tentang apa yang sedang dirasakan dirinya.
Gunakan pendengaran secara reflektif. Jika Mama memang pernah melakukan kesalahan ke si Anak cobalah untuk mengakui, meminta maaf kemudian mencoba mencari solusi untuk menyelesaikan masalah yang ada.
Tunjukkan kepedulian Mama. Bisa dengan memberikan pelukan, bentuk perhatian atau mungkin bantuan dalam menyelesaikan masalah si Anak.