Mengajarkan Anak Berdamai dengan Penolakan

Memang sulit, tapi bukan berarti tak bisa dilakukan

9 Juli 2024

Mengajarkan Anak Berdamai Penolakan
Unsplash

Berdamai dengan penolakan tentu bukan hal mudah. Kadang, orang dewasa saja masih perlu belajar untuk bisa menerima penolakan yang diterima. Lalu, bagaimana mungkin mengajarkan anak-anak untuk bisa menerima penolakan yang begitu pahit dan menyakitkan?

Tenang, Ma. Jika dalam prosesnya orangtua belum bisa menerima penolakan, bukan berarti Mama dan Papa tidak bisa mengajarkan prosesnya kepada anak-anak. Orangtua tidak harus selalu bisa dan ahli dalam suatu hal, ada kalanya orangtua dan anak belajar tentang suatu hal bersama-sama.

Mengajarkan anak berdamai dengan penolakan sejak dini akan membuatnya lebih mudah memahami bahwa penolakan adalah hal yang wajar. Ini bisa menjadi bekal untuknya saat tumbuh dewasa dan saat berada dalam sebuah kelompok.

Bersama Popmama.com, berikut beberapa hal yang harus Mama lakukan saat mendapati anak mendapat penolakan dari teman-temannya.

Editors' Pick

Seorang Mama Menceritakan kisahnya di Instagram

Seorang Mama Menceritakan kisah Instagram
Pexels/Norma Mortenson

Dalam postingan akun Instagram.com/dailylifeparenting seorang Mama menceritakan kisah tentang anaknya yang mengalami penolakan dari teman sepermainannya.

Diceritakan anaknya yang berusia 5 tahun merasa lelah untuk meminta bergabung dalam sebuah grup yang sedang bermain bak pasir. Anak ini telah berulang kali bertanya “apa aku boleh ikut bermain dengan kalian?” namun tidak mendapatkan jawaban dari grup tersebut. Mereka tetap bermain pasir dan tidak menghiraukannya sama sekali.

Anak ini pun merasa frustasi dan ditolak, hingga akhirnya ia menyerang dan memukul salah satu anak dalam grup tersebut.

Respon Sang Mama Melihat Kelakuan Sang Anak

Respon Sang Mama Melihat Kelakuan Sang Anak
Pexels/Nicholas Githiri

Melihat anaknya menyerang dan memukul salah satu anak, sang Mama segera menghampiri dan melerai anaknya. Tak butuh waktu lama, sang Mama mengajak anaknya untuk berbicara dengan nada baik dan tidak menyudutkan.

“Sayang, Mama tau rasanya begitu sedih dan menyakitkan saat seseorang tidak mau bermain bersamamu. It’s okay, kamu boleh merasa marah, tapi pentig untuk bisa mengendalikan perasaanmu dengan benar. Bisa kita bicara sebentar, tentang apa yang bisa kamu lakukan dibanding menyerang anak itu?” tanya sang Mama kepada anaknya.

Dari sini, sang Mama mengajarkan beberapa hal penting kepada sang anak untuk mengendalikan perasaan sakit hati karena ditolak oleh teman-temannya.

3 Hal yang Diajarkan oleh Sang Mama Kepada Anaknya

3 Hal Diajarkan oleh Sang Mama Kepada Anaknya
Pexels/RODNAE Productions

Menariknya, ada tiga hal yang langsung diajarkan kepada anaknya pasca kejadian kurang menyenangkan itu. Antara lain:

  1. Bermain peran
    Sebelum masuk kepada inti bermain peran, Mama cerdas ini tak lupa memberikan prolog yang singkat, namun mudah dipahami oleh sang anak.

    “Saat kamu mengalami penolakan dan tidak ada yang mau bermain denganmu, ada baiknya kamu berhenti sejenak, menarik nafas panjang, dan berusaha untuk menerima penolakan itu. Jika sudah bisa menerimanya, carilah hal lain yang bisa kamu lakukan,” ucap sang Mama.

    Lalu, metode bermain peran pun dimulai. Sang Mama akan berpura-pura menjadi anak yang memberikan penolakan kepada anaknya, dan meminta sang anak untuk pergi dan menemukan kegiatan lain setelah menerima penolakan. Mereka akan melakukan pengulangan peran ini beberapa kali hingga sang anak memahami maksudnya dan merasa jauh lebih baik.
  2. Regulasi diri
    Regulasi diri dapat diartikan sebagai kemampuan manusia untuk mengendalikan diri, baik mengendalikan perasaan, pikiran, atau perilaku. Disinilah proses acceptance atau penerimaan terjadi.

    “Ketika kamu merasa marah, kamu bisa menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan. Yuk, kita coba praktikkan sekarang, ya!” ucap sang Mama.

    Mengendalikan diri tidak berarti anak harus mengubur perasaan sedihnya karena ditolak. Tentu, anak boleh menceritakan apa yang ia rasakan saat ditolak kepada Mama, nanti saat ia telah berhasil keluar dari kondisi yang kurang menyenangkan, serta berhasil mengendalikan diri untuk tidak melakukan hal yang salah dalam situasi tersebut.
  3. Kata-Kata Positif yang Bisa Menguatkannya
    Last but not least, orangtua harus bisa kembali menumbuhkan hati anak yang patah akibat penolakan yang diterimanya.

    “Mama bangga deh sama kamu, yang sudah bisa mempraktikkan bagaimana cara untuk pergi dari kondisi yang tidak ideal. Itu pilihan yang tepat!” ucap sang Mama.

    Sederhana, tapi bisa membuat anak merasa baik-baik saja dan mengerti bagaimana cara menerima penolakan. Hatinya tetap kuat, meski sempat dipatahkan oleh kejadian yang tidak diharapkan.

Hal-hal di atas tentu tidak mudah untuk dipraktikkan, apalagi jika mengajarkan hal ini kepada anak-anak. Namun, dengan terus dilatih dan kehadiran orangtua yang selalu mengingatkan hal ini, lama kelamaan anak akan terbiasa.

Satu lagi pengingat untuk kita semua adalah, agar kita tidak dengan mudah memberikan label buruk kepada anak dan menghakimi perilaku mereka yang kurang tepat. Anak sekecil itu, masih membutuhkan bimbingan orangtua untuk menjadi sosok yang bijak dan bisa menghadapi situasi tidak nyaman yang mereka terima. Semoga bermanfaat!

Baca juga:

The Latest