Popmama Talk: Putuskan Rantai Toxic Parenting kepada Anak

Toxic parenting menjadi pembahasan yang cukup sering diangkat dalam tema pola asuh keluarga

22 Juni 2023

Popmama Talk Putuskan Rantai Toxic Parenting kepada Anak
Freepik/stockboy
Ilustrasi

Popmama Talk merupakan salah satu program dari Popmama.com yang dikemas dalam bentuk perbincangan yang menarik bersama pakar yang ahli di bidangnya untuk mengulas atau mendiskusikan suatu topik yang sedang hangat diperbincangkan dan dibutuhkan oleh orangtua saat ini.

Popmama Talk dilakukan secara live di tiktok Popmama.com pada hari Rabu, 21 Juni 2023 dengan tema seputar toxic parenting.

Live tiktok yang berdurasi sekitar 36 menit itu menghadirkan seorang pembicara yang berprofesi dalam bidang akademisi (dosen) dan hipnoterapis bernama Tengku Nuranasmita yang akrab disapa Kak Tata.

Popmama Talk dimoderatori oleh Sania Chandra Nurfitriana selaku Creative Writer dari Popmama.com.

Tentu setiap anak ingin tumbuh dalam lingkungan keluarga yang suportif, terpenuhi kasih sayang, kenyamanan, keamanan, membangun komunikasi yang terbuka, saling menghormati dan menghargai antar sesama.

Namun, terdapat perilaku keliru yang kadang tidak disadari orangtua dalam pola asuh bagi sang anak yang memberikan pengaruh dalam jangka panjang. Perilaku tersebut biasa disebut sebagai toxic parenting.

Toxic parenting menjadi pembahasan yang cukup sering diangkat dalam tema pola asuh keluarga karena memiliki peran krusial terhadap tumbuh kembang anak di masa depan.

Berikut ini Popmama.com akan membagikan informasi mengenai toxic parenting yang menjadi pembahasan dalam Popmama Talk kali ini!

1. Apa itu toxic parenting

1. Apa itu toxic parenting
Freepik/ master1305
Ilustrasi

Toxic parenting mengacu kepada pola asuh keliru dan semena-mena yang tanpa sadar dilakukan orangtua terhadap sang anak. 

Perilaku toxic tidak hanya berlaku pada tindakan buruk secara fisik, namun tindakan yang dilakukan secara verbal juga dapat tergolong toxic parenting, seperti merendahkan, tidak mengapresiasi, dan berperilaku semena-mena.

Toxic parenting adalah istilah yang digunakan untuk menyebut dysfunctional family atau keluarga yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya atau tidak sehat. 

Orangtua tidak dapat memberikan keamanan, kenyamanan, dan tidak dapat menghargai perasaan serta pendapat anak.

2. Ciri-ciri toxic parenting

2. Ciri-ciri toxic parenting
Freepik/peoplecreations

Makna dari toxic parenting adalah orangtua yang tidak menghormati anak dan tidak memperlakukan anak dengan baik sebagai individu, terlalu menyetir, dan terlalu menuntut anak untuk menjadi seseorang yang diinginkan orangtua.

Ciri-ciri toxic parenting:

  • mendahulukan diri sendiri,
  • terlalu melindungi anak, hingga anak merasa terkekang,
  • mengungkit-ungkit kesalahan anak,
  • membebani anak dengan rasa bersalah, 
  • merendahkan anak, hingga anak merasa tidak percaya diri,
  • tidak ingin berkompromi dan pedas dalam mengkritik,
  • enggan untuk meminta maaf.

Editors' Pick

3. Faktor toxic parenting yang dilakukan orangtua

3. Faktor toxic parenting dilakukan orangtua
Freepik/Racool_studio

Kak Tata menyampaikan bahwa, “Budaya orangtua mengasuh anaknya akan sangat menentukan parenting yang akan dilakukan dan dicontoh sang anak kelak”. 

Seseorang yang menerapkan toxic parenting dalam keluarganya, pada umumnya di masa kecil mereka mengalami pola asuh yang sama dari orangtuanya dan tanpa sadar menerapkan kembali ke generasi berikutnya. 

Perilaku yang diserap dan diterapkan sang anak meliputi budaya pengasuhan, seperti cara untuk merespon, menolak, dan menyampaikan ketidaksukaan.

4. Dampak toxic parenting

4. Dampak toxic parenting
Freepik

Toxic parenting dapat mengganggu dan mempengaruhi mental anak dalam jangka panjang. Anak yang penurut akan menekan diri sendiri untuk dapat membahagiakan orangtuanya dan anak dengan tipe pemberontak akan menentang orangtuanya.

Perilaku anak yang memiliki toxic parent:

  • memiliki kekhawatiran yang tinggi,
  • merasa rendah diri atau insecure,
  • merasakan ketakutan dan perasaan tidak aman,
  • merasa kesepian dan merasa tidak ada yang mengerti,
  • muncul perasaan ingin menentang,
  • kesulitan beradaptasi,
  • kesulitan membuat keputusan,
  • merasa depresi atau cemas berlebihan,
  • selalu menyalahkan orangtua,
  • terlalu menutup diri dan tidak mengenal diri sendiri.

5. Cara mencegah toxic parenting

5. Cara mencegah toxic parenting
Freepik/Lifestylememory

Orangtua perlu menerapkan batasan kepada anak terhadap sesuatu, sebagai contoh batasan dalam pulang malam, batasan dalam menonton televisi, batasan dalam berbelanja.

Apabila orangtua tidak memberikan batasan, maka anak tidak memiliki aturan dan tidak memiliki batasan dalam pergaulan.

Batasan itu menjadi titik tengah antara kewajiban melindungi yang sebagai orangtua dan hak hiburan yang perlu anak dapatkan.

6. Menghentikan lingkaran toxic parenting

6. Menghentikan lingkaran toxic parenting
Freepik/beststudio

Toxic parenting dapat menjadi budaya dan kebiasaan yang tidak disadari. Anak akan merasa bahwa perilaku tersebut tidak salah, sehingga menerapkan pada keturunannya di masa mendatang. Untuk itu toxic parenting perlu dihentikan.

Cara menghentikan toxic parenting:

  • mengetahui dan menyadari apa yang membuat kita terluka,
  • menyelesaikan luka masa lalu yang dialami,
  • melihat sisi positif dan negatif dari pengasuhan orangtua,
  • mencari pola asuh yang ideal,
  • belajar mengenai pola asuh dan peran orangtua.

7. Tidak ada dampak positif

7. Tidak ada dampak positif
Freepik/Goodphoto

Toxic parenting tidak memberikan dampak positif sama sekali, perilaku tersebut dapat membekas bagi anak-anak di masa mendatang yang dapat melahirkan luka-luka lama.

Mengemban peran sebagai orangtua memang tidak semudah yang dipikirkan. Penting bagi kita untuk selalu belajar dalam mengasuh dan membesarkan anak-anak dengan pengasuhan yang tepat.

Sisihkan waktu untuk refreshing dan jalan bersama dengan pasangan untuk meminimalisir dan meluapkan perilaku yang tidak mengenakkan kepada anak.

Putuskan rantai toxic parenting dalam mendidik anak-anak!

Baca juga:

The Latest