Belajar Jarak Jauh Menyulitkan Siswa, Guru Buat Metode Baru
Joko dan para guru lainnya membuat metode estafet
20 Juli 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pelaksaan Pembelajaran Jarak Jauh akibat wabah virus corona pada tahun akademik 2020/2021 menjadi tantangan baru. Pembelajaran secara online yang menimbulkan kesan bagi murid, orangtua, serta guru-guru
Berbagai kesan dan pengalaman yang dirasakan dalam tiga bulan terakhir sejak Maret 2020, tak pernah terbayangkan oleh Joko, seorang guru di SDN 3 Bojong Koneng, Bogor, Jawa Barat. Meskipun berstatus guru honorer, ia tetap memastikan kegiatan belajar mengajar tak berhenti selama penyebaran wabah.
Alhasil Joko dan enam guru lainnya menciptakan metode pembelajaran baru bagi anak-anak yang tak memiliki sarana pembelajaran secara online.
Untuk mengetahui kisah Joko dalam mengajar anak muridnya, berikut Popmama.com berikan informasi selengkapnya di bawah ini:
1. Minimnya teknologi dan internet menjadi kendala utama belajar jarak jauh
Namun belajar sistem online bukan tanpa masalah, tidak semua dari 300 siswa sekolah dasar tersebut nyaman mengikuti pembelajaran sistem online. Minimnya sarana teknologi dan internet menjadi kendala utama pelaksanaan pembelajaran jarak jauh.
Tidak semua orangtua mampu membelikan gadget bagi anaknya untuk belajar. Selain tidak memiliki akses internet, masyarakat yang hidup di pedesaan berada di bawah garis kemiskinan. Terlebih saat pandemi, yang berdampak pada ekonomi masyarakat.
Hal ini juga membuat Joko terkadang lupa istirahat demi memastikan muridnya bisa mengikuti belajar jarak jauh dengan baik sesuai perintah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Editors' Pick
2. Mengunjungi murid dan memberikan tugas secara estafet
Akhirnya, Joko dan para guru lainnya mengembangkan metode pembelajaran baru, meskipun kondisi geografis juga membuat para guru melintasi perbukitan untuk mengembangkan model pengajaran baru tersebut.
Metode yang melibatkan enam guru ini, dilakukan dengan mengunjungi rumah murid secara door-to-door, lalu meluangkan waktu untuk memberi penugasan secara estafet pada setiap siswa.
"Modelnya dititip-titip ke temannya dari satu rumah ke rumah lain, estafet. Dititip tugas itu buat temannya yang kenal, karena kan ada ratusan anak, bahaya juga kalau kita datangin semua," ucap Joko.
Dengan metode tersebut para guru ingin tetap menjaga kesehatan anak-anak dari ancaman wabah Covid-19 yang masih terus mengintai.
3. Menghadapi dilema takut tertular virus corona namun tak ingin selalu menerapkan belajar jarak jauh
Menurut Joko, pembelajaran dengan tatap muka juga mengkhawatirkan untuk psikologis orangtua, guru, dan siswa. Untuk itu, para guru yang berkeliling ke rumah siswa agar mengurangi intensitas pertemuan dengan sistem estafet.
"Iya mau tidak mau mengajar ke rumah lagi atuh Pak. Susah sinyal di sini, itu juga SDM masyarakatnya begitu, HP tidak semuanya punya. Kalau di kota, mungkin masih bisa diusahakan. Kalau kampung begini sulitlah. Sudah gitu rumahnya juga seperti apa, boro-boro beli android, buat makan saja susah," kata Joko.
Ia pun menambahkan, kalau para guru juga menghadapi dilema, karena takut tertular virus corona. Namun, para guru juga memikirkan bahwa tak mungkin selalu menerapkan pembelajaran jarak jauh karena dinilai kurang efektif bagi perkembangan pendidikan anak SD.
4. Hanya bisa pasrah menunggu hasil rapat menghadapi tahun ajaran baru
Joko dan guru lainnya hanya bisa pasrah menunggu hasil rapat menghadapi tahun ajaran baru setelah masa PSBB transisi selesai pada 16 Juli 2020. Apabila sekolah masih diliburkan, maka sistem pembelajaran jarak jauh akan tetap berlanjut.
Sementara itu, Wakil Bupati Bogor, Iwan Setiawan mengaku bahwa pelaksanaan pembelajaran jarak jauh tidak bisa dipukul rata. Kondisi sekolah dan siswa-siswi di Kabupaten Bogor yang cenderung heterogen.
"Untuk yang di luar jangkauan alat dan fasilitas online, kita akan upayakan bisa secara offline. Namun, dengan pengetatan jumlah anak di ruangan, karena apa bedanya dengan mengajar di rumah 4-5 orang anak dan di sekolah? Lebih aman di sekolah, asalkan protokol kesehatannya dipatuhi dan diperketat," ujar Iwan.
Oleh karena itu, pemberlakuan belajar di rumah dengan sistem online tidak bisa diterapkan di semua wilayah.
5. Wakil Bupati Bogor berupaya untuk merumuskan konsep agar tak ada pihak yang dirugikan
Ia pun menambahkan pihaknya akan berupaya untuk merumuskan konsep paten agar tidak ada pihak yang dirugikan dari penerapan adaptasi kebiasaan baru (AKB).
Tidak hanya bagi para murid, namun juga menguntungkan para guru secara keamanan, kesehatan, dan kepastian kesejahteraan.
Menurut Iwan, kebijakan yang diambil tidak boleh bertentangan dengan Gugus Tugas dan aspirasi para guru serta elemen pendidikan lainnya.