Bukan Pemalu, 10 Ciri Kecemasan Sosial pada Anak yang Perlu Diwaspadai
Kecemasan sosial seringkali disalahartikan sebagai anak yang "pemalu"
3 April 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Seorang anak yang memiliki kepribadian sebagai "pemalu" seringkali mengalami kesulitan berbicara di sekolah, berbicara dengan orang dewasa yang tidak dikenal, dan bahkan berteman dengan teman sebayanya.
Namun ada sebuah kondisi di mana seorang anak lebih dari pemalu, bahkan ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain menjadi begitu ekstrim, sehingga mengganggu cara anak bersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari.
Kecemasan sosial adalah sebuah gangguan yang seringkali terlihat sangat mirip dengan rasa malu, dan sulit untuk mendeteksinya pada anak yang sangat pemalu.
Sehingga penting bagi Mama untuk mengetahui gejala atau tanda anak yang menderita kecemasan sosial atau social anxiety.
Untuk membantu Mama mengetahui ciri-cirinya, Popmama.com akan membahas 10 tanda kecemasan sosial pada anak yang perlu Mama perhatikan, berikut informasinya di bawah ini!
1. Takut mempermalukan diri sendiri
Seorang anak dengan kecemasan sosial mengalami ketakutan yang nyata ketika ia dihadapkan dengan sebuah situasi sosial, baik itu pertemuan di pesta, sekolah, atau ketika sedang menghabiskan waktu di taman bermain
Anak mungkin takut ketika orang lain akan memandangnya secara kritis, dan anak merasa takut akan mempermalukan diri sendiri di depan banyak orang. Anak yang menderita gangguan kecemasan sosial ketika berada dalam lingkungan sosial, bisa terasa seperti sedang dipajang atau tampil.
2. Intensitas ketakutan yang memengaruhi fisiknya
Rasa takut akan situasi sosial dapat menyerang anak dengan kecemasan sosial dengan keras, anak mungkin mengalami gejala fisik seperti jantung berdebar kencang, mulut kering, telapak tangan berkeringat, gemetar, dan suara gemetar. Pikiran dan tubuh anak saling terkait ketika ia mengalami kecemasan.
3. Mengalamin kecemasan atau serangan panik
Perasaan takut tentang suatu situasi sosial anak dapat meningkat secara drastis, bahkan tak jarang hingga anak mengalami serangan kecemasan atau serangan panik. Serangan semacam ini bisa mengejutkan dan menakutkan.
Anak dapat melibatkan gejala fisik yang intens seperti jantung berdebar-debar, nyeri dada, sesak napas, dan mual. Banyak orang yang mengalami serangan panik merasa seolah-olah sedang mengalami serangan jantung.
4. Kesadaran akan rasa takut yang belum tentu terjadi menjadi pemicunya
Anak dengan kecemasan mungkin sepenuhnya menyadari perasaan takutnya ketika pergi ke sebuah pertemuan sosial, seperti pesta ulang tahun, ke pusat perbelanjaan, ke restoran, dan tempat umum lainnya.
Walaupun ia menyadari perasaan tersebut, anak juga sepenuhnya mengetahui bahwa sebenarnya mungkin tidak akan terjadi apa-apa, tetapi ia tetap tidak dapat mengendalikan rasa takut dan cemasnya tersebut.
Editors' Pick
5. Menghindari situasi yang menyebabkan ketakutan
Anak dengan kecemasan sosial yang ekstrim sering menghindari situasi yang menyebabkan ia ketakutan. Sekolah sering kali merupakan tempat yang menimbulkan ketakutan pada anak yang gelisah, karena di sekolah anak dituntut untuk tampil dan terlibat dengan banyak orang, tanpa hadirnya Mama disekitarnya, hal ini bisa menyebabkan rasa ketakutan yang luar biasa.
6. Terganggu dengan kehidupan normal
Bagi anak-anak lain, bersekolah adalah bagian dari kehidupan sehari-hari, di mana bertemu dengan teman-teman dan guru.
Namun, jika kecemasan yang parah menghalangi seorang anak untuk bersekolah, anak tidak dapat mengakses pendidikan atau bersosialisasi dengan teman sebayanya, padahal keduanya merupakan aspek penting dari apa yang disebut kehidupan "normal".
Hal ini bisa mengganggu nilai akademik dan prestasinya di sekolah. Tak hanya itu saja, anak menjadi kesulitan bersosialisasi dan kurang waktu bermain dengan teman-teman seusianya.
7. Menghindari diri dari aktivitas sosial
Umumnya anak-anak senang bermain bersama teman seusianya, seperti main bola, bermain petak umpet, hingga pergi ke sekolah bersama. Namun tak jarang anak yang mengalami gangguan ini justru menghindari aktivitas sosial seperti pergi ke sekolah.
Selain bolos sekolah, mengikuti kegiatan sosial pada masa kanak-kanak yang khas seperti pentas seni, teman bermain, dan kegiatan ekstrakurikuler seperti klub dan olahraga dapat membuat anak justru menjadi gelisah.
Bahkan tak jarang membuat anak merasa sendirian dan frustrasi karena ketidakmampuan untuknya terhubung dengan orang lain.
8. Muncul gejala selama enam bulan atau lebih
Agar kecemasan sosial dapat didiagnosis, Mama perlu mengetahui gejala kecemasan ini harus ada dan telah mengganggu fungsi anak selama enam bulan atau lebih.
Kerangka waktu ini menunjukkan bahwa kecemasan lebih “tertanam” dalam diri anak, bukan hanya sekedar menghindari situasi tertentu yang tidak nyaman.
Kecemasan sosial lebih menyebar dan terus-menerus, dibandingkan dengan serangan rasa tidak aman atau rasa malu yang bersifat sementara.
9. Tidak ada alasan medis lain yang menyebabkan ketakutan dan penghindaran
Jika Mama merasa kecemasan anak berasal dari obat atau penyakit lain yang terjadi pada anak, seorang dokter yang mendiagnosa kecemasan sosial dapat mengesampingkan dampak obat yang mungkin diminum anak, atau kondisi lain yang terjadi bersamaan. Namun dokter lebih mengarahkan pada perilaku anak dalam kehidupan sosialnya.
10. Naluri Mama memberi tahu bahwa ini lebih dari sekadar rasa malu
Orangtua adalah seseorang yang paling dekat dengan anak, sehingga intuisi Mama mungkin memberi tahu jauh sebelum gejala menjadi semakin terlihat pada enam bulan, dan perilaku anak juga dipengaruhi oleh suatu kondisi yang lebih intens dan menyebar daripada rasa malu.
Maka percayakan insting atau naluri yang Mama miliki, jika anak mama tampaknya terhalang untuk bersosialisasi dengan dunia, tanyakan kepada dokter anak.
Nah itulah beberapa tanda-tanda yang perlu Mama perhatikan jika merasa anak lebih dari sekedar pemalu. Kecemasan sosial merupakan gangguan yang telah diakui secara resmi.
Gejala gangguan kecemasan sosial yang dialami anak harus diperhatikan selama enam bulan atau lebih agar dokter dapat mendiagnosis gangguan ini, dan perlu segera mendapatkan bantuan dari penyedia kesehatan mental profesional.
Baca juga:
- Gejala dan Cara Mengatasi Gangguan Kecemasan Sosial pada Anak
- Sering Merasa Cemas, Ini Manfaat Yoga untuk Anak
- 7 Pertanyaan yang Perlu Ditanyakan saat Anak Merasa Cemas karena Covid