Cara Mengajak Anak Belajar Kimia yang Aman dan Menyenangkan
Kimia itu bermanfaat bila digunakan dengan sesuai lho, Ma!
12 Agustus 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mungkin sejak awal Mama menganggap bahwa kimia itu adalah hal yang berbahaya, lalu kenapa harus diperkenalkan kepada anak sejak dini?
Walaupun "berbahaya" namun, setiap hari dari usia dini hingga saat ini. Secara tidak sadar kita selalu memiliki kontak dengan sesuatu yang memiliki kimia di dalamnya. Contohnya, setelah bangun tidur kita mandi dan gosok gigi.
Sabun yang digunakan mengandung bahan kimia yang membunuh bakteri di kulit kita. Begitupun juga pasta gigi, bahan kimia yang membuat gigi putih dan memiliki wangi yang segar. Apa yang Mama berikan pada anak mama saat masih bayi juga memiliki zat kimia di dalamnya.
Namun apakah itu berbahaya? sebenarnya zat kimia itu memang berbahaya, namun bila digunakan dengan dosis yang tepat, zat kimia justru akan membantu kegiatan kita sehari-harinya. Mama dapat membantu anak agar mengerti kimia dengan melakukan beberapa eksperimen dibawah ini!
Eksperimen ini berdasarkan acara BASF yang berkolaborasi dengan Universitas Indonesia untuk mempersembahkan Kids's Lab bagi anak-anak Indonesia yang menghadirkan sekitar 800 siswa-siswi sekolah dasar.
Acara ini dibuka oleh Dr. rer. nat. Budiawan sebagai Ketua Departemen Kimia UI. Kemudian, Dr. rer. nat. Abdul Haris sebagai Dekan FMIPA UI dan Agus Ciputra sebagai Presiden Direktur BASF Indonesia. Kegiatan ini, bertujuan untuk menginspirasi anak-anak untuk menjelajahi dunia kimia dalam kehidupan sehari-hari.
"Acara ini mengajak anak-anak mengeksplorasi kimia dengan metode interaktif dan menyenangkan, sehingga menumbuhkan ketertarikan terhadap sains dan mengapresiasi kimia dalam kehidupan sehari-hari sejak usia dini," ujar Agus Ciputra.
Kali ini Popmama.com akan memberikan 5 cara yang dapat Mama lakukan untuk membuat anak tertarik dan mengerti tentang proses kimia yang tidak selalu berbahaya.
1. Pilih waktu yang tepat untuk memperkenalkan kimia
Mungkin Mama merasa bahwa pendidikan sains khususnya kimia akan anak-anak dapatkan pada saat Sekolah Menengah Pertama atau Sekolah Menengah Atas. Namun, pendekatan yang baik untuk memperkenalkan anak adalah saat berusia 6-10 tahun.
Hal ini karena, saat dari usia dini anak-anak terbiasa melihat bahwa banyak barang-barang berbahaya contohnya mainan dan makanan yang mengandung zat-zat tertentu sehingga ia merasa kalau kimia adalah hal yang berbahaya.
"Target kita adalah anak usia 6-10 tahun karena kita ingin dari usia dini anak menyukai sains, khususnya kimia. Anak-anak sudah mengenal sains yang awalnya mereka anggap hal yang berbahaya," kata Agus.
Lalu ia memberikan contoh api di kehidupan sehari-hari. Ketika ia bertanya kepada anak-anak SD yang hadir pada acara tersebut, apakah api sesuatu yang berbahaya. Anak-anak menjawab api berbahaya. Namun jika tidak ada api, bagaimana caranya untuk memasak.
2. Cari pendekatan yang tepat agar anak tertarik dengan kimia
Kita tidak bisa secara langsung menunjukan bahan-bahan kimia kepada anak, karena pada usia 6-10 tahun mereka justru akan cenderung bingung dengan bahasa-bahasa kimia yang sulit untuk dijelaskan.
Menurut Prof. Budiawan, Pendekatan yang tepat adalah memberikan pengertian kepada anak dengan membuat seakan bahan kimia itu tidak berbahaya. Bahan kimia itu dapat berbahaya jika terdapat kontak fisik secara langsung dan tergantung dari banyaknya konsentrasi kadar di dalamnya.
Perkenalkan dan implementasikan pendekatan bahan kimia dari bahan alami yang berbeda-beda dengan dosis yang kecil, lalu Mama dapat kaitkan dengan kegiatan sehari-hari juga dapat membantu anak untuk tertarik dan akhirnya penasaran terhadap proses kimia yang terjadi.
"Pertama kita nggak mencoba untuk memaksa seorang anak untuk suka. Tapi bagaimana membuat anak tertarik dengan membuat anak penasaran. Dengan membuat eksperimen sendiri dirumah. Bagaimana orangtua justru untuk tidak menakuti-nakuti anak dengan bahan kimia yang berbahaya," ujar Agus.
Editors' Pick
Pemilihan Topik Eksperimen Berbahan Kimia yang Aman
Pandangan saat ini di mata banyak orang dan anak-anak terhadap kimia itu berprinsip pada kimia adalah sesuatu yang berbahaya. Kimia, memang punya sisi yang bersifat hazard atau bahaya. Namun, di sisi lain, kimia juga dapat bermanfaat.
Contoh bahan kimia sehari-hari di sekitar kita adalah oksigen. Jika tidak ada oksigen, tentunya manusia tidak dapat bernafas. Lalu contoh-contoh lainnya yang dapat Mama berikan kepada anak bahwa selama kita hidup, kita dikelilingi oleh kimia.
Karena mengajak anak untuk tertarik dan penasaran terhadap perubahan proses kimia, eksperimen yang dapat dilakukan kali ini bertujuan untuk memperkenalkan eksperimen yang sangat simpel, mudah, dan anak-anak dapat melakukan di rumah dan menunjukannya kepada Mama.
Berikut adalah eksperimen kimia yang tidak berbahaya yang tentunya dapat Mama lakukan dengan si Anak di rumah.
1. Red Cabbage Indicator
Pada eksperimen kali ini, bernama indikator warna pada kubis merah. Warna pada buah dan sayuran berasal dari pigmen alami. Pada eksperimen kali ini anak akan belajar mengenai zat kimia Anthocyanin, yaitu pigmen pada sayuran kubis merah dan mengamati perubahan warna yang terjadi dalam kondisi pH yang berbeda-beda.
Bahan dan alat yang perlu disiapkan:
- Larutan kubis (kol) merah ke dalam wadah yang terpisah menjadi 5 bagian.
- Siapkan beberapa cairan seperti air, soda kue yang dicairkan, cuka, dan deterjen yang dicairkan.
Cara melakukan percobaan:
- Tambahkan 10-15 tetes air, soda kue, cuka, dan deterjen pada masing-masing wadah.
- Aduk setiap wadah hingga berubah warna.
- Mama dan Si Anak dapat melihat perubahan-perubahan warna pada setiap wadah yang ditetesi air berbeda dan membandingkannya dengan larutan kubis yang tidak tercampur cairan apapun.
2. Where is the Vitamin C
Where is the Vitamin C merupakan percobaan tentang membandingkan kandungan Vitamin C yang terletak pada jus jeruk kemasan dan jus jeruk asli dari buah. Disini, anak akan belajar bahwa jus buah yang berbeda mungkin memiliki konsentrasi vitamin penting yang berbeda.
Bahan dan alat yang perlu disiapkan:
- 2 gelas yang berisi 25 ml air.
- zat Iodine (yang berada pada antiseptik penyembuh luka).
- Air lemon.
- Jus jeruk kemasan.
Cara melakukan percobaan:
- Masukan 3 hingga 4 tetes iodine ke dalam masing-masing gelas yang berisi air dan aduk hingga merata.
- Tambahkan lemon ke dalam gelas yang pertama, tambahkan hingga larutan menjadi tidak berwarna.
- Lakukan hal yang sama kepada jus jeruk kemasan.
- Kemudian, Mama dan Si Anak akan melihat bahwa larutan lemon lebih cepat tidak berwarna. Hal ini membuktikan kandungan Vitamin C pada lemon lebih tinggi daripada jus jeruk kemasan.
3. Paper Chromatography
Pada eksperimen ini anak akan mempelajari proses kromatografi sederhana untuk memisahkan komponen yang terdapat pada tinta spidol menggunakan air dan kertas filter.
Bahan dan alat yang perlu disiapkan:
- Kertas saring yang sudah diberi lubang pada bagian tengah.
- Kertas saring yang utuh (tidak dilubangi).
- Spidol warna-warni.
- gelas yang berisi air.
Cara melakukan percobaan:
- Gunakan spidol warna untuk melingkari lubang kertas.
- Ambil kertas saring lain dan gulung.
- Masukan gulungan kertas pada bagian yang dilubangi kertas saring pertama. Potongan tersebut akan membuat gabungan kertas terlihat seperti payung.
- Tutup gelas dengan kertas saringan. Pastikan ujung bawah kertas saringan yang digulung dapat terendam air.
- Disini Mama dan Si Anak akan melihat perubahan warna tinta spidol karena air yang menyerap ke bagian kertas saring.
Nah tadi adalah cara-cara dan eksperimen yang Mama dapat ajak anak lakukan agar lebih tertarik mempelajari dunia kimia yang berperan banyak dalam membantu kehidupan kita.
Eksperimen mana yang ingin Mama dan si Anak coba di rumah?