5 Cara Mencegah Kebiasaan Mencuri pada Anak Sejak Usia Dini
Orangtua selalu dapat berusaha untuk mencegah atau mengakhiri kebiasaan mencuri pada anak sejak dini
12 Desember 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mama mungkin menyadari bahwa tak sedikit anak-anak yang suka. Apakah mencuri uang orangtua hingga mencuri dari toko. Namun, kebanyakan anak-anak tidak memiliki niat jahat saat mencuri dan tidak melakukannya dengan sungguh-sungguh sejak awal.
Pada usia muda, anak mungkin belum memahami konsep mencuri, dan orangtua perlu mengajarinya bahwa mencuri adalah perilaku buruk. Karena apapun alasannya, mencuri tetap merupakan tindakan kriminal, yang tidak dapat diterima.
Untuk mencegah anak mengembangkan perilaku suka mencuri, kali ini Popmama.com telah merangkum lima cara untuk mencegah kebiasaan mencuri pada anak sejak usia dini. Ini juga bisa menjadi cara untuk mengatasi masalah mencuri yang berkaitan dengan anak.
1. Menjaga agar komunikasi selalu terbuka satu sama lain
Salah satu cara untuk mencegah anak mencuri adalah dengan berkomunikasi secara efektif. Anak-anak biasanya mencuri tanpa memahami konsekuensi dari situasi tersebut.
Seorang anak mungkin mencuri hanya karena iseng, atau karena iri, atau hanya karena ikut-ikutan temannya. Atau mencuri bisa menjadi sesuatu yang lebih serius juga, seperti jika anak sangat membutuhkan sesuatu.
Kebiasaan mencuri dapat dicegah ketika anak dan Mama memiliki komunikasi yang terbuka satu sama lain. Mengajarkan anak tentang mencuri juga tidak perlu terlalu kaku, misalnya Mama bisa mengajaknya ke kedai es krim favorit, atau makanan favoritnya,
Mulailah berbicara secara normal dengan anak dan cobalah untuk tidak mengangkat topik sebelum anak merasa nyaman dan santai. Begitu anak sudah santai, coba bicarakan dengannya mengapa mencuri itu buruk dan apa yang Mama harapkan darinya.
Editors' Pick
2. Pentingnya mempraktikan kejujuran di rumah
Meskipun anak-anak sangat polos di usia muda, seluruh tindakan mencuri adalah penggambaran ketidakjujuran. Padahal, pada saat yang sama, orangtua tentu mengajarkan anak tentang pentingnya kejujuran.
Namun, anak-anak sangat jeli dan cepat menangkap hal-hal unik yang mereka lihat. Ketika anak melihat sang kakak mengambil barang milik Mama tanpa ijin, maka anak cenderung meniru hal yang sama. Untuk itu, setiap anggota keluarga juga harus menyadari bagaimana berperilaku jujur di rumah.
Selain itu, dorong anak untuk jujur tentang berbagai hal, bahkan jika ia telah melakukan kesalahan. Pertama, itu membebaskannya dari rasa bersalah ketika mengakui dan meminta maaf, ditambah itu juga mengembangkan hati nuraninya.
Akibatnya, pada saat anak berpikir untuk mencuri sesuatu dari toko, hati nuraninya akan mencegahnya melakukannya.
3. Mengajarkan anak apa konsekuensi dari mencuri
Sebagian besar waktu, ketika anak-anak mencuri, mereka tidak menyadari konsekuensi atau akibat dari mencuri karena kurangnya pengetahuan. Tentu saja, seorang anak tidak akan menyadari hukum yang disebabkan oleh pencurian.
Nah, itu adalah tanggung jawab orangtua untuk memperkenalkan anak konsekuensi dari mencuri. Namun, ini tidak berarti bahwa Mama menakut-nakuti anak dengan situasi mengerikan yang mungkin ia dihadapi saat mencuri, seperti ditangkap polisi atau masuk penjara.
Sedikit rasa takut yang sehat dalam pikiran akan berhasil, misalnya dengan memberi tahu anak apa yang terjadi ketika ia tertangkap. Seperti ada rasa malu hingga dilarang memasuki toko itu lagi.
Namun jika perilaku mencuri ini terulang, anak mungkin bahkan bisa dilaporkan ke polisi. Ketika ini terjadi, Mama dapat memanfaatkan rasa takut anak pada polisi untuk membantunya menghilangkan kebiasaan mencuri.
4. Mengajak anak untuk rajin beribadah
Seperti yang disebutkan di atas, anak-anak biasanya menangkap apa yang ia lihat di sekitarnya. Jadi, jika orangtua mengajak anak untuk rajin beribadah dan menjauhkan diri dari perilaku berdosa, ini akan bekerja sangat baik untuk keluarga.
Mengajak anak untuk rajin beribadah, dapat membuatnya memiliki rasa takut ketika berbuat dosa, akan membuat etika dan moralnya kuat, dan mereka ragu-ragu saat melakukan tindakan buruk.
Saat memberikan nasihat pada anak, Mama juga harus memberi tahunya bahwa Tuhan akan selalu mengawasinya sepanjang waktu. Selain menimbulkan rasa takut saat berbuat buruk, ini juga memberikannya perasaan aman, bahwa ia selalu diawasi saat berbuat baik.
Keyakinan ini dapat memengaruhi anak pada tingkat yang lebih dalam, dan memberikannya kompas moral. Dengan keyakinan ini berakar di kepala anak, ia akan menghindari mengambil jalan yang salah.
Termasuk ketika anak pernah mencuri sebelumnya, itu akan menghentikannya untuk melakukannya lagi di kemudian hari.
5. Tunjukkan rasa kekecewaan Mama terhadap kasus pencurian
Kekecewaan adalah cara yang bagus untuk menangani anak tentang masalah mencuri. Sebagai tindakan pencegahan, Mama bisa menunjukkan kekecewaan pada seseorang yang melakukan tindakan pencurian, dari berita televisi atau koran.
Mama bahkan dapat mengatakan seperti apa kira-kira perasaan korban pencurian hingga bagaimana proses penahanan pelaku pencurian.
Namun jika anak mama ketahuan melakukan tindakan pencurian, Mama juga dapat menggunakan kartu ini, dengan menunjukkan kekecewaan pada anak atau lebih sedikit berbicara. Ini dapat memunculkan sedikit rasa bersalah yang sehat pada anak.
Dan secara alami akan membuat anak untuk meminta maaf dan tidak mengulangi hal yang sama di masa depan.
Itulah beberapa cara mencegah kebiasaan mencuri pada anak sejak usia dini. Mencuri, bagaimanapun, tidak membuat seorang anak menjadi individu yang buruk. Beberapa faktor, seperti kebutuhan yang mendesak, pengaruh buruk,, dapat menginspirasi anak melakukan tindakan tersebut.
Namun pada usia dini, orangtua selalu dapat berusaha untuk mencegah atau mengakhirinya. Yang terpenting, Mama harus memastikan bahwa mencuri tidak akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan yang terbentuk pada usia dini, bisa bertahan hingga jangka waktu yang lama.