Mendengar istilah disiplin positif mungkin akan sedikit membingungkan Mama. Apakah bisa hukuman benar-benar positif? Dan bukankah disiplin harus menyakitkan hingga memberi pelajaran kepada anak?
Sebelum mengambil kesimpulan apa pun, ketahuilah bahwa disiplin positif ini mungkin merupakan cara yang efektif untuk mengajari anak berbagai pelajaran hidup yang berharga.
Meskipun disiplin positif melibatkan pemberian konsekuensi negatif kepada anak ketika melakukan perilaku buruk, ini juga melibatkan mengambil langkah-langkah positif untuk mencegah masalah perilaku buruk di kemudian hari.
Seperti apa penerapan disiplin positif yang tepat? Yuk simak informasinya yang telah Popmama.com rangkum di bawah ini!
1. Bangun hubungan yang positif
Freepik/Prostooleh
Disiplin positif menggunakan pendekatan otoritatif, di mana perasaan anak sangat dipertimbangkan. Anak-anak didorong untuk berbagi perasaan mereka serta mendiskusikan kesalahan, ide, dan masalahnya secara terbuka.
Orangtua kemudian bekerja dengan anak untuk menyelesaikan masalah sambil mencontohkan komunikasi yang saling menghormati.
Untuk menggunakan teknik disiplin positif ini, penting untuk menghabiskan waktu berkualitas dengan anak setiap hari untuk membangun hubungan yang sehat. Waktu berkualitas dapat mencakup bermain, mengobrol, dan sekadar menikmati kebersamaan satu sama lain.
Juga, luangkan waktu untuk berbicara dengan anak tentang perasaan yang ia alami sepanjang hari. Misalnya, tanyakan pada anak kapan waktu ia merasa paling sedih dan kapan ia merasa paling bahagia. Kemudian, bagikan hal yang sama tentang apa yang Mama rasakan.
Ini memberikan kesempatan untuk belajar tentang satu sama lain dan membangun fondasi yang kuat untuk hubungan orangtua-anak sambil juga mengajarkan tentang perasaan.
2. Fokus untuk memberikan dorongan daripada memberi pujian
Freepik/photohobo
Disiplin positif berfokus pada dorongan daripada pujian. Alih-alih memuji anak-anak untuk pekerjaan yang dilakukan dengan baik, fokuslah pada upaya anak, bahkan jika hasilnya tidak berhasil.
Dorongan dapat membantu anak-anak mengenali potensi penuh mereka. Ini juga mengajarkan anak-anak untuk lebih mandiri karena mulai melihat apa yang mampu dilakukan sendiri.
Bantu anak merasa dihargai dan diakui, karena disiplin positif didasarkan pada keyakinan bahwa semua anak perlu merasakan rasa memiliki yang mendalam.
Memberi contoh bagaimana menangani kesalahan adalah bagian penting dari disiplin positif. Jadi ketika Mama melakukan kesalahan, pastikan untuk meminta maaf kepada anak.
Ini juga mengajarkan anak pentingnya mengambil tanggung jawab atas perilakunya sendiri dan menunjukkan pentingnya belajar dari kesalahan.
Editors' Pick
3. Memecahkan masalah bersama
Freepik/Master1305
Orangtua atau pengasuh didorong untuk sering melakukan diskusi sebagai cara memecahkan masalah yang muncul.
Ini mengajarkan anak keterampilan pemecahan masalah yang diperlukan, sambil memberikannya kesempatan untuk berbagi pendapat. Saling menghormati adalah bagian penting dari proses.
Ketika anak menunjukkan masalah perilaku, duduk bersama dan bicarakan. Katakan sesuatu seperti, "Kamu belum menyelesaikan tugasmu selama dua hari di minggu ini. Apa yang bisa kita lakukan untuk itu?"
Di sini Mama mungkin akan melihat anak yang belajar menciptakan solusi. Dan ketika Mama dan anak mampu saling bertukar pendapat dalam prosesnya, ia akan lebih termotivasi untuk melakukan yang lebih baik.
4. Memberikan pedoman dan harapan yang jelas
Freepik/Pch.vector
Mengajar adalah langkah penting dalam proses. Beri anak pedoman yang jelas dan jelaskan harapan Mama sebelumnya. Untuk anak yang lebih kecil, Mama dapat menunjukkan contoh-contoh yang bisa ia lakukan.
Misalnya dengan mengatakan kalimat seperti, "Karena usiamu sudah cukup besar saat ini, sudah waktunya untuk menjaga kamarmu sendiri agar tetap rapi dan bersih. Mulailah dengan merapikan tempat tidur di pagi hari, rapikan mainan setelah bermain, dan buang sampah di tempatnya"
Tetapkan tugas dan luangkan waktu untuk mengajari anak cara mengelap meja atau cara merapikan tempat tidurnya dengan benar. Ini akan menghilangkan kesalahpahaman tentang pekerjaan yang harus anak lakukan.
5. Kurangi bentuk hukuman apapun
Freepik/Master1305
Disiplin positif membuat perbedaan tajam antara disiplin dan hukuman. Konsekuensi tidak dimaksudkan untuk menghukum, tetapi sebaliknya, harus mengajarkan pelajaran hidup yang mempersiapkan anak-anak untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab.
Dalam disiplin positif, waktu introspeksi diri atau time out tidak lagi dianggap sebagai hukuman. Sebaliknya, itu harus disebut sebagai waktu istirahat yang positif dan harus dilakukan di tempat yang menyenangkan dan nyaman.
Time-out yang positif dirancang untuk mengajarkan anak beristirahat ketika ia perlu menenangkan diri, sehingga pada akhirnya anak mengerti bahwa emosi yang tinggi bisa diredakan dengan menenangkan diri.
Setelah mengetahui bagaimana cara menggunakan disiplin positif dengan benar. Mama tentu bertanya-tanya, sejak usia berapa kah seorang anak dapat memahami disiplin positif ini. Untuk mengetahui jawabannya, simak di bawah ini ya!
Kapan Waktu yang Tepat untuk Menerapkan Disiplin Positif pada Anak?
Freepik/Karlyukav
Menariknya, disiplin positif dapat bekerja dengan baik dengan anak-anak, baik dari usia prasekolah hingga remaja. Dilansir dari Very Well Family, banyak sekolah mendorong guru untuk menggunakan disiplin positif di kelas dengan menerapkan prinsip yang sama.
Hal ini karena disiplin positif cenderung efektif dengan pengasuh di mana pun dan dapat membantu memastikan bahwa anak-anak belajar dari kesalahan mereka. Strategi penguatan positif dapat mendorong anak untuk melakukan perilaku yang baik.
Misalnya dengan program hadiah dan bagan stiker, ini dapat sangat membantu mencegah perilaku buruk anak di rumah maupun di sekolah.
Nah itulah informasi seputar penerapan disiplin positif pada anak-anak yang perlu Mama ketahui.
Yuk Ma, mulai terapkan disiplin positif pada anak! Selain untuk meningkatkan perilaku baik pada anak, disiplin positif ini juga mencegah konflik orangtua-anak yang tentunya mampu mempererat hubungan.