8 Cara Mengajarkan Keterampilan Disiplin Diri pada Anak
Mengajarkan disiplin diri, membuat anak mampu memilih keputusan yang lebih baik juga lho!
14 Oktober 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sejak kecil, anak mungkin telah dibiasakan dengan peraturan. Apakah itu merapikan mainan sendiri setelah bermain, tidur tepat waktu jam sembilan malam, tak boleh menggunakan ponsel saat belajar, dan lain-lain.
Apa pun peraturan yang orangtua gunakan dengan anak, tujuan akhir dari strategi pengasuhan ini adalah mengajarkan disiplin diri kepada anak.
Sangat penting untuk memberi anak-anak keterampilan yang mereka butuhkan untuk mengembangkan disiplin diri serta kesempatan untuk berlatih membuat pilihan yang baik.
Apa itu disiplin diri dan bagaimana cara mengajarkannya pada anak-anak? Jangan tunggu nanti Ma, anak perlu dididik dari sekarang.
Simak informasi yang telah Popmama.com rangkum mengenai cara mengajarkan kedisiplinan pada anak di bawah ini ya, Ma!
Apa Itu Disiplin Diri?
Dilansir dari Mind Tools, self discipline atau disiplin diri adalah kemampuan untuk mendorong diri untuk maju, tetap termotivasi, dan mengambil tindakan, terlepas dari bagaimana perasaan, baik secara fisik atau emosional.
Disiplin diri dapat membantu anak-anak menunda kepuasan, menahan godaan yang tidak sehat, dan menoleransi ketidaknyamanan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan jangka panjang mereka.
Misalnya, memilih untuk mematikan televisi untuk mengerjakan pekerjaan rumah, hingga tidak mengambil permen tambahan saat tidak ada yang melihat, disiplin diri adalah kunci untuk membantu anak-anak menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab.
Jika Mama kesulitan mendisiplinkan anak atau baru mau mengembangkan disiplin diri ini, tak ada kata terlambat untuk mengajarkannya. Ada beberapa cara yang dapat membantu Mama mengajarkan disiplin diri pada anak.
1. Buatlah rutinitas
Pertama-tama, cobalah untuk membuat jadwal yang sama setiap hari, dan anak akan terbiasa dengan rutinitas tersebut. Ketika anak tahu apa yang seharusnya mereka lakukan, maka ia akan cenderung tidak terpengaruh oleh kegiatan lain.
Misalnya rutinitas pagi yang baik membantu anak-anak mengetahui kapan waktunya untuk sarapan, menyisir rambut, menyikat gigi, dan berpakaian.
Kemudian rutinitas setelah sekolah yang baik mengajarkan anak-anak bagaimana membagi waktu mereka antara tugas, pekerjaan rumah, dan kegiatan yang menyenangkan. Dan rutinitas waktu tidur yang konsisten akan membantu anak-anak tenang dan tertidur lebih cepat.
Buat rutinitas anak tetap sederhana. Dengan latihan sehari-hari, anak akan belajar menerapkan rutinitas tanpa bantuan.
2. Jelaskan alasan dibalik aturan yang diberikan
Saat Mama ingin membantu anak-anak belajar bagaimana membuat pilihan yang sehat, gunakanlah pendekatan otoritatif, yang membantu anak-anak memahami alasan mengapa Mama membuat peraturan tersebut.
Alih-alih mengatakan, "Kerjakan pekerjaan rumahmu sekarang!" jelaskan alasan yang mendasari aturan tersebut. Cobalah katakan, "Ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan pekerjaan rumahmu terlebih dahulu, dan ketika kamu mendapatkan waktu luang lebih cepat, kamu bisa menonton televisi."
Ini dapat membantu anak memahami alasan yang mendasari aturan. Alih-alih menyatakan bahwa Mama adalah orangtua yang berkuasa untuk mengatur anak, pendekatan otoritatid membuat anak akan memahami aturan itu memiliki tujuan.
Penting juga untuk tidak memberikan nasihan yang panjang, karena akan membuatn anak bosan. Tetapi penjelasan singkat tentang mengapa Mama menegakan aturan tertentu, dapat membantu anak memahami pilihan dengan lebih baik.
Editors' Pick
3. Berikan konsekuensi
Terkadang, konsekuensi alami dapat mengajarkan beberapa pelajaran terbesar dalam hidup. Seperti seorang anak yang terus-menerus lupa mengembalikan buku ke tempat semula, tidak akan belajar jika Mama selalu merapikannya sendiri.
Menghadapi konsekuensi alami dari perilaku anak, seperti kehilangan buku yang ia sukai, dapat membantunya mengingat untuk meletakkan buku di tempat semula di lain waktu.
Selain itu, anak-anak membutuhkan konsekuensi logis. Misalnya, ketika anak yang bermain terlalu kasar dengan komputer Mama, mungkin belajar untuk menjadi lebih lembut ketika ia kehilangan hak istimewa untuk menggunakan komputer.
Namun mengajarkan disiplin bukan berarti menunjukkan kekuasaan di rumah. Mencoba memaksa anak untuk melakukan sesuatu tidak akan mengajarkan disiplin diri. Jelaskan apa konsekuensi negatifnya jika anak membuat pilihan yang buruk. Kemudian, biarkan anak membuat pilihan.
Ingatlah bahwa anak perlu belajar bagaimana membuat keputusan yang sehat sendiri, dengan mempertimbangkan konsekuensi dari perilakunya.
4. Bentuk perilaku anak sedikit demi sedikit
Dilansir dari Very Well Mind, disiplin diri adalah proses yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk diasah dan disempurnakan. Maka dari itu, penting untuk menggunakan strategi disiplin yang sesuai dengan usia untuk membentuk perilaku sedikit demi sedikit.
Alih-alih mengharapkan anak berusia enam tahun dapat melakukan seluruh rutinitas pagi tanpa pengingat, gunakan bagan di dinding yang memperlihatkan menyisir rambut, menyikat gigi, dan berpakaian. Mama bahkan dapat memotret anak melakukan aktivitas ini dan membuat bagan sendiri.
Akhirnya, anak akan membutuhkan lebih sedikit pengingat dan tidak memerhatikan bagannya sama sekali. Setiap kali anak mempelajari keterampilan baru atau mendapatkan lebih banyak kemandirian, bantu ia melakukannya satu langkah kecil setiap kali.
5. Pujilah perilaku baik
Berikan perhatian dan pujian positif setiap kali anak mama menunjukkan disiplin diri. Fokuskan pada perilaku baik yang ingin Mama lihat lebih sering.
Misalnya, alih-alih mengatakan, "Kerja bagus untuk tidak memukul adikmu saat kamu marah," katakan, "Kerja bagus untuk berkata yang baik saat menyelesaikan masalah."
Sayangnya, terkadang perilaku baik ini suka dilupakan dan tidak diperhatikan. Padahal, memberi pujian kepada anak-anak karena membuat pilihan yang baik dapat meningkatkan kemungkinan mereka akan mengulangi perilaku itu.
Berikan pujian saat anak melakukan sesuatu tanpa perlu diingatkan. Seperti, "Kerja bagus, kamu mengerjakan PR sebelum Mama menyuruhmu melakukannya!" atau “Mama sangat bangga karena kamu mampu membersihkan kamar ini dengan baik.”.
6. Ajarkan anak keterampilan pemecahan masalah
Ajarkan keterampilan pemecahan masalah dan bekerja sama untuk memperbaiki masalah spesifik yang berkaitan dengan disiplin diri. Terkadang, menanyakan solusi pada anak dapat menjadi pengalaman yang dapat mengarah pada solusi kreatif.
Misalnya, ketika anak selalu kesulitan berpakaian tepat waktu ke sekolah, mungkin ia ingin menyiapkan seragamnya pada malam sebelumnya.
Untuk masalah yang lebih rumit seperti malas mengerjakan tugas, Mama mungkin ingin mendengar apa saran solusi dari anak. Apakah ia ingin memiliki jeda 15 menit di tengah jam mengerjakan PR, atau ingin belajar di ruang yang lebih nyaman.
Teruslah mencoba berbagai solusi sampai Mama dan anak dapat menemukan sesuatu yang berhasil, sambil tetap melibatkan anak dalam prosesnya.
7. Memberikan teladan pada anak tenang disiplin diri yang baik
Bukan rahasia umum lagi jika anak-anak belajar paling baik dengan memerhatikan orangtuanya . Jika anak melihat Mama menunda-nunda atau memilih untuk menonton TV daripada menyiapkan makanan, maka anak akan mengikuti kebiasaan itu.
Sehingga buatlah prioritas untuk mencontohkan disiplin diri yang baik. Salah satu caranya adalah dengan menetapkan area di mana di rumah yang membuat Mama mungkin kesulitan dengan disiplin, seperti kamar tidur.
Lalu ketika Mama sedang kehilangan kesabaran saat marah, lampiaskan emosi ini pada area tersebut, dan jelaskan kepada anak bahwa Mama akan berusaha untuk melakukan yang lebih baik.
8. Memiliki sistem penghargaaan
Sama seperti memberikan pujian, sistem penghargaan juga dapat membantu Mama menargetkan masalah perilaku anak tertentu.
Jika Mama memiliki anak yang cenderung suka bermalas-malasan setelah pulang sekolah hingga malam hari, cobalah untuk membuat bagan stiker yang memotivasi anak untuk melakukan tugas rumah.
Jika anak telah mengumpulkan stiker hingga penuh, Mama bisa memberikan hadiah.
Namun perlu diingat bahwa sistem penghargaan ini harus bersifat jangka pendek. Hapus sistem ini saat anak mulai terbiasa disiplin diri.
Ingatlah bahwa ada banyak hadiah yang tidak membutuhkan uang.
Gunakan hak istimewa ekstra, seperti waktu penggunaan gadget, yang memotivasi anak untuk menjadi lebih bertanggung jawab.
Nah itulah beberapa cara untuk mengajarkan anak disiplin diri yang baik. Ketahuilah bahwa mengajarkan disiplin ini tak hanya membantu anak di masa sekolahnya. Mengembangkan disiplin diri yang baik sejak dini, bisa menjadi perilaku tetapnya hingga ia dewasa kelak.
Yuk mulai terapkan cara-cara di atas Ma!
Bacajuga:
- 5 Tips Dasar Mendisiplinkan Anak Balita dengan Efektif dan Ampuh
- 5 Cara Efektif Mendisiplinkan Anak dengan Melatih Emosinya
- Mendisiplinkan Anak vs. Menghukum, Kenali Perbedaannya Yuk!