10 Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosional Anak Sejak Dini
Tak hanya kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional anak juga tak kalah penting
22 Februari 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sebagai orangtua, Mama memiliki tanggung jawab untuk mendorong anak dalam mengembangkan kecerdasannya. Banyak orangtua yang berfokus pada kecerdasan akademis atau kecerdasan intelektual (IQ). Meskipun tentu saja harus dilakukan, itu bukan satu-satunya jenis kecerdasan yang penting.
Kecerdasan emosional (EQ) didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengekspresikan dan mengelola perasaan secara tepat, sambil menghormati perasaan orang lain. Ini adalah seperangkat keterampilan yang dapat mulai dipelajari anak-anak pada usia berapa pun.
Untungnya, ada beberapa cara yang bisa Mama lakukan untuk meningkatkan EQ anak. Kali ini Popmama.com telah merangkum beberapa cara meningkatkan kecerdasan emosional anak sejak dini. Yuk simak!
1. Memberikan label pada berbagai jenis perasaan
Seorang anak perlu tahu bagaimana mengenali perasaanya. Mama dapat membantu anak dengan memberi nama pada emosinya, setidaknya emosi yang Mama curigai sedang dirasakan oleh anak.
Saat anak kesal karena kalah dalam permainan, Mama bisa mengatakan, “Sepertinya kamu sangat marah sekarang. Apakah itu benar?" Jika mereka terlihat sedih, Mama dapat berkata, “Apakah kamu merasa kecewa karena kita tidak akan mengunjungi Nenek dan Kakek hari ini?”
Kata-kata emosional seperti "marah", "kesal", "pemalu" dan "menyakitkan" semuanya dapat membangun kosakata untuk mengungkapkan perasaan. Jangan lupa untuk membagikan kata-kata untuk emosi positif juga, seperti “gembira”, “bersemangat”, “bersyukur", dan “berharap”.
2. Memvalidasi dan berempati pada perasaan anak
Saat anak merasa kesal, terutama ketika emosinya tampak intens, bisa jadi Mama tergoda untuk meminimalkan perasaannya dengan mengatakan "Tidak, itu cuma perasaanmu saja". Namun komentar yang meremehkan akan mengajari anak bahwa perasaannya salah.
Pendekatan yang lebih baik adalah dengan memvalidasi perasaan anak dan menunjukkan empati, bahkan jika Mama tidak mengerti mengapa anak begitu kesal.
Jika anak menangis karena diberi tahu tidak boleh pergi bermain sampai ia membersihkan kamarnya, katakan sesuatu seperti, “Mama merasa sedih ketika Mama tidak dapat melakukan apa yang diinginkan juga. Terkadang sulit untuk terus bekerja ketika sedang tidak mau.”
Ketika anak melihat bahwa Mama memahami perasaannya, ia akan merasa dimengerti. Sehingga, daripada berteriak atau menangis untuk menunjukkan emosi kepada Mama, anak akan merasa lebih baik ketika Mama menjelaskan bahwa sudah memahami bahwa ia marah.
3. Tunjukkan cara yang tepat untuk mengekspresikan perasaan
Anak-anak perlu tahu bagaimana mengekspresikan emosi mereka dengan cara yang sesuai secara sosial. Cara terbaik untuk mengajari anak cara mengekspresikan perasaan adalah dengan mencontohkan keterampilan ini sendiri.
Gunakan kata-kata perasaan dalam percakapan sehari-hari dan berlatihlah membicarakannya. Katakan hal-hal seperti, "Mama merasa marah ketika melihat anak-anak menjadi saling menyakiti di taman bermain," atau "Mama merasa senang ketika teman-temanmu datang untuk makan malam."
Dilansir dari Very Well Family, orangtua yang cerdas secara emosional lebih mungkin untuk memiliki anak yang cerdas secara emosional. Jadi, pastikan Mama juga belajar bagaimana cara mengekspresikan perasaan, sehingga bisa menjadi panutan yang efektif untuk anak.
4. Ajarkan keterampilan koping atau mengelola emosi dengan sehat
Begitu anak-anak memahami emosi, mereka perlu belajar bagaimana menangani emosi-emosi itu dengan cara yang sehat. Mengetahui cara menenangkan diri, menghibur diri, atau menghadapi ketakutan, bisa jadi rumit bagi anak di awalnya.
Sehingga, ajarkan keterampilan khusus. Misalnya, anak mungkin mendapat manfaat dari mempelajari cara menarik napas dalam-dalam beberapa kali saat marah untuk menenangkan tubuhnya.
Cara yang ramah anak untuk mengajarkan ini melibatkan menyuruh mereka mengambil "napas gelembung" di mana mereka bernapas melalui hidung dan meniup melalui mulut, seolah-olah sedang meniup gelembung.
Mama juga dapat membantu anak membuat perangkat yang membantunya mengatur perasaan. Buku mewarnai, buku lelucon favorit, musik yang menenangkan, dan losion yang wangi, adalah beberapa hal yang dapat membantu melibatkan indra dan menenangkan emosi.
Letakkan barang-barang tersebut di dalam kotak khusus yang anak hias sendiri. Kemudian, ketika anak sedang kesal, ingatkan anak untuk mengambil beberapa peralatan untuk menenangkan diri dan berlatih menggunakan alat tersebut untuk mengelola emosinya.
Editors' Pick
5. Kembangkan keterampilan pemecahan masalah
Bagian dari membangun kecerdasan emosional melibatkan belajar bagaimana memecahkan masalah. Setelah perasaan diberi label dan ditangani, saatnya untuk mencari cara untuk memperbaiki masalah itu sendiri.
Mungkin anak marah karena adiknya atau sepupunya terus mengganggu saat ia bermain video game. Bantu anak mengidentifikasi setidaknya lima cara untuk memecahkan masalah ini. Solusi tidak harus berupa ide yang bagus. Tujuan awalnya hanya untuk bertukar pikiran.
Setelah anak mengidentifikasi setidaknya lima solusi yang mungkin, bantu anak menilai pro dan kontra dari masing-masing solusi. Kemudian, dorong untuk memilih opsi terbaik.
Cobalah untuk bertindak sebagai pelatih, bukan pemecah masalah yang sebenarnya. Berikan bimbingan bila perlu tetapi berusahalah untuk membantu anak melihat bahwa ia memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah secara damai dan efektif sendiri.
6. Pastikan kecerdasan emosional sebagai tujuan yang berkelanjutan
Seberapa cerdas emosional anak, selalu ada ruang untuk perbaikan. Dan kemungkinan akan ada beberapa pasang surut di sepanjang masa kanak-kanak dan remaja.
Seiring bertambahnya usia, anak cenderung menghadapi rintangan yang akan menantang keterampilannya. Jadi, buatlah tujuan untuk memasukkan pengembangan keterampilan ke dalam kehidupan sehari-hari. Ini bisa dilakukan dengan cara yang sederhana dan menyenangkan.
Misalnya, bicarakan tentang emosi yang mungkin dirasakan karakter dalam buku atau film favorit anak. Kemudian diskusikan cara yang lebih baik untuk memecahkan masalah atau strategi yang dapat digunakan karakter tersebut untuk memperlakukan orang lain dengan lebih baik.
Seiring bertambahnya usia anak, bicarakan situasi kehidupan nyata, apakah itu hal-hal yang ia hadapi dalam kehidupan sehari-hari atau masalah yang Mama baca di berita. Buatlah percakapan yang berkelanjutan.
Selain itu, gunakan kesalahan anak sebagai peluang untuk tumbuh lebih baik. Saat anak berperilaku buruk seperti karena marah atau menyakiti perasaan seseorang, luangkan waktu untuk berbicara tentang bagaimana anak bisa berbuat lebih baik di masa depan.
Dengan dukungan dan bimbingan yang berkelanjutan, anak dapat mengembangkan kecerdasan emosional dan kekuatan mental yang diperlukan untuk berhasil dalam hidup.
7. Mendorong pola pikir positif
Pilar besar untuk rasa kesejahteraan emosional yang kuat adalah ruang kepala yang positif. Pola pikir positif ini akan memungkinkan anak-anak untuk membangun ketahanan, berpikir kritis dan meningkatkan harga diri mereka.
Salah satu cara yang bisa Mama lakukan adalah dengan membuat "My Heart Map". Ini adalah cara yang menyenangkan dan kreatif untuk membuat anak merenungkan apa yang membuatnya bahagia. Ketika anak merasa sedih, lakukan satu per satu hal-hal yang dicantumkan dalam peta tersebut.
Ini juga merupakan alat yang sederhana dan kuat untuk memungkinkan anak terhubung dengan diri sendiri pada tingkat yang lebih dalam.
8. Mengajarkan pada anak bagaimana berurusan dengan rasa kecemasan
1 dari 6 anak muda (berusia 16-24) memiliki gejala gangguan mental yang umum seperti depresi atau gangguan kecemasan. Mengajarkan anak kecerdasan emosional, meningkatkan kemampuannya untuk menangani situasi sulit baik di dalam dan di luar rumah.
Ada beberapa latihan yang bisa membantu mengatasi anak agar mencegah kecemasan berkembang. Misalnya beri tahu anak hal-hal apa yang bisa ia kendalikan dan tidak, memiliki batu atau benda tertentu yang meningkatkan suasana hati atau "menyerap kekhawatiran", hingga gerakan tubuh tertentu.
9. Memiliki diary emosi untuk menumbuhkan kebanggaan, kasih sayang, dan rasa syukur
Kegiatan ini mengajarkan anak mama untuk fokus pada tiga emosi penting: rasa syukur, kasih sayang, dan kebanggaan.
Dalam bukunya "Emotional Success: The Power of Gratitude, Compassion, and Pride," David DeSteno menjelaskan bagaimana ketiga emosi ini mengembangkan pengendalian diri kognitif dan emosional pada anak-anak dan orang dewasa.
Mendorong kasih sayang, kebanggaan, dan rasa syukur pada anak akan membantunya mencapai tujuan, membangun motivasi batin, dan meningkatkan rasa keinginan. Minta anak untuk menjawab tiga pertanyaan yang sama dalam buku hariannya setiap hari, yaitu:
- Apa yang aku syukuri?
- Apa yang aku banggakan?
- Apa yang harus dimaafkan dari diriku sendiri?
Teknik seperti itu bekerja paling baik ketika jawaban ditulis secara konsisten setiap hari. Ingat, otak bekerja dengan kebiasaan yang dilakukan, yang berarti bahwa jika anak setiap hari memikirkan ketiga emosi ini, ia akan lebih sering merasakan dan mengenalinya dalam dirinya dan orang lain.
10. Melakukan meditasi mindfulness
Terakhir namun tak kalah penting adalah melakukan meditasi mindfulness. Mama mungkin bertanya-tanya apakah anak perlu melakukan meditasi?
Yup, mempelajari cara bermeditasi penting bagi anak-anak saat ini, terlebih lagi kita berada ditengah-tengah pandemi yang penuh ketidakpastian dan banyak perubahan terjadi. Jangan sampai ketidakpastian dan perubahan ini dapat membuat anak mama jadi cemas ya!
Dilansir dari Smart Parenting Guide, meditasi mindfulness atau kesadaran dapat membantu anak menjadi lebih berbelas kasih dan sadar diri. Ini juga membantu anak menghadapi situasi stres dan merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri.
Nah itulah beberapa cara meningkatkan kecerdasan emosional anak sejak dini. Kecerdasan emosional memungkinkan seorang anak untuk dengan cepat membangun kepercayaan dengan orang lain, yang menjadi dasar hubungan yang baik.
Hal ini karena anak mama dapat memahami perasaan dan berempati dengan mereka. Sehingga kecerdasan ini sangat luar biasa bagi anak-anak untuk belajar bekerja dalam sebuah kelompok. Semoga tipsnya bermanfaat ya!
Baca juga:
- 5 Cara Mudah untuk Mengajarkan Anak Meditasi Mindfulness
- 7 Hal Mengapa Keamanan Emosional Penting bagi Kehidupan Anak
- 8 Makanan yang Meningkatkan Kesehatan Mental Anak