5 Cara Terbaik Merespon Anak yang Berkata Kasar pada Orangtua
Tidak apa-apa jika ingin mundur sejenak dan meluangkan waktu untuk menyendiri
27 Februari 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tak peduli berapa usianya, ketika anak mengatakan hal-hal yang menyakitkan kepada Mama, itu bisa sangat menyakitkan. Beberapa anak menyerang dengan "Aku benci Mama" atau mengatakan "Mama adalah orangtua terburuk yang pernah ada!".
Wajar jika ingin menyerang atau bahkan menangis sebagai tanggapan. Tetapi sebagai orang dewasa dalam hubungan, Mama harus menggunakan pengendalian diri.
Ada alasan mengapa anak-anak mengatakan hal-hal yang menyakitkan, dan jika merespons alih-alih bereaksi, Mama tidak hanya menghindari pertengkaran yang lebih besar, tetapi dapat membantu anak menangani emosinya dengan cara yang sehat dan membangun hubungan yang lebih kuat.
Untuk membantu Mama mengatasinya, berikut Popmama.com telah merangkum cara terbaik merespon anak yang berkata kasar pada orangtua. Baca terus ya, Ma!
1. Cobalah untuk tidak menganggapnya pribadi
Ketika Mama akan mengatasi emosi anak, tetapi ia berkata, "Aku benci Mama," mungkin sulit untuk tidak merasa tersinggung secara pribadi.
Mama mungkin tergoda untuk menjawab, “Setelah semua yang telah Mama lakukan untukmu, kamu mengatakan bahwa kamu membenci Mama?”
Ketika anak mengatakan hal-hal yang menyakitkan pada Mama, itu biasanya merupakan bentuk ekspresi frustrasi atau kehilangan kendali.
Orangtua sering lupa bahwa anak berkomunikasi dengan otak yang belum terbentuk sempurna. Sehingga, kata-kata kasar adalah menjadi cara anak untuk mengungkapkan perasaan frustasi daripada menggambarkan perasaan yang sebenarnya tentang Mama.
Editors' Pick
2. Mundur sejenak dan meluangkan waktu menyendiri
Ketika kata-kata itu menusuk hati Mama, menjauh akan membantu menghindari menyerang atau merespons dengan cara yang semakin memicu emosi anak.
Jangan salah mengira bahwa mundur sejenak adalah cara untuk menghindari konflik. Karena jika dilakukan dengan benar, meluangkan waktu menyendiri sebenarnya bisa menjadi kesempatan bagi Mama untuk terhubung lebih dalam dengan anak.
Jika anak mama yang berusia enam tahun berkata, "Aku harap Mama pergi," Mama dapat merespons dengan mengatakan, "Mama bisa melihatmu marah dan Mama ingin mengerti apa yang kamu rasakan, tapi saat ini, kita berdua butuh waktu sejenak untuk mendinginkan kepala."
Kata-kata tersebut menunjukkan kepada anak Mama bersedia mendengarkan dan peduli dengan perasaannya. Ingat, mengatasi konflik dengan anak adalah kesempatan mengajar dan mengikat, dan ini tidak boleh dihindari.
3. Beri tahu anak ketika ia telah menyakiti perasaan Mama
Anak-anak yang usianya masih kecil masih kesulitan untuk mengkonseptualisasikan atau mengungkapkan perasaannya secara verbal.
Meskipun Mama selalu diingatkan agar mengakui atau memvalidasi perasaan anak, memvalidasi perasaan anak tidak berarti Mama harus menerima kata-katanya yang menyakitkan.
Sehingga, akan adil untuk memberi tahu anak, “Mama mengerti bahwa kamu marah, tetapi kita perlu mencari cara yang lebih baik bagi agar kamu bisa mengungkapkannya dengan benar daripada dengan kekejaman. Bukan itu cara kita menangani hal-hal dalam keluarga ini.”
4. Fokus pada apa yang muncul setelah kata-kata yang menyakitkan
Ketika anak mengatakan hal-hal yang menyakitkan pada Mama, apa pun kata-kata yang mengikutinya mungkin tidak akan Mama dengar, tetapi di situlah terkadang yang menjadi masalah sebenarnya. Jadi cobalah untuk mendengarkan lebih lanjut.
Jika anak berkata, “Aku membenci Mama. Mama tidak pernah membiarkanku melakukan sesuatu yang menyenangkan,” Mama mungkin tergoda untuk bereaksi: “Oh, jadi kamu membenci Mama sekarang? Tunggu sampai kamu melihat betapa menyenangkannya Mama nanti!”
Daripada mengatakan hal tersebut, cobalah untuk mengatakan, "Kata-kata itu kasar dan Mama tidak akan mengizinkan kamu berbicara seperti itu pada Mama. Tapi Mama mau mendengarkan mengapa kamu merasa Mama tidak mengizinkanmu melakukan hal-hal yang menyenangkan."
Kemudian, ketika Mama tidak terlalu lelah, renungkan apa yang telah anak katakan. Itu bisa menjadi poin yang valid. Namun jika anak tidak menyertakan alasan atau keluhan tertentu, Mama dapat melihat pola dalam perilakunya.
Misalnya, setiap hari dalam perjalanan ke sekolah, anak mengungkapkan kekejaman, pertimbangkan bahwa ini terjadi akibat anak yang mungkin mengalami stres di sekolah. Sehingga ini sudah waktunya untuk berbicara tentang bagaimana menangani kemarahan atau frustrasi.
5. Pastikan anak tahu bahwa Mama masih mencintainya
Ingat, di balik kata-kata pedas, anak sebenarnya mengatakan bahwa ia membutuhkan Mama. Memasang tembok karena Mama merasa tersinggung adalah kebalikan dari apa yang anak butuhkan.
Jika anak mengatakan "Aku berharap memiliki Mama yang berbeda", Mama bisa meresponnya kembali dengan mengatakan "Mama mencintaimu, sayang". Pastikan untuk mengatakan ini ketika Mama dan anak sudah tenang.
Tujuannya agar tidak terdengar sarkastik, namun lebih terdengar tulus dan penuh cinta.
Nah itulah cara terbaik merespon anak yang berkata kasar pada orangtua. Ketika anak menyakiti atau mendorong Mama agar menjauh, penting untuk memastikan anak tahu bahwa ia tetap dicintai. Sebagai orangtua, Mama perlu mencontoh kasih sayang dan pengampunan.
Ingatlah bahwa kasih sayang orangtua tidak akan hilang hanya karena pelanggaran.
Baca juga:
- 6 Kesalahpahaman Umum yang Terjadi Saat Anak Agresif atau Berulah
- 9 Cara Menghentikan Anak yang Memiliki Perilaku Agresif
- 7 Cara Terbaik Mendisiplinkan Anak yang Sering Berkata Kasar