Orangtua mungkin bertanya-tanya mengapa anaknya berperilaku jauh lebih baik di sekolah daripada di rumah.
Selain karena anak merasa lebih nyaman di rumah dan menjadi lengah, strategi dan penguatan positif yang digunakan guru di sekolah seringkali memastikan anak tetap nyaman belajar namun mampu menjaga kedisiplinan dan mengikuti aturan.
Inilah yang membuat sekolah bisa menjadi tempat yang baik untuk mendapatkan inspirasi bagaimana strategi dalam memberikan disiplin positif pada anak.
Namun perlu diingat juga bahwa teknik disiplin ini dilihat secara garis besar alias tidak spesifik untuk setiap kelas.
Berikut Popmama.com telah merangkum 7 disiplin positif di sekolah yang bisa diterapkan di rumah. Yuk simak!
1. Cegah kesalahan sebelum terjadi
Pexels/ketut-subiyanto
Agar anak menjadi sukses di masa depan, ia perlu diatur untuk sukses. Sebaliknya, ketika anak ditempatkan pada posisi di mana ia cenderung gagal, maka kesalahan akan terjadi.
Jika anak tidak tahu apa yang diharapkan darinya dan apa aturannya, maka kemungkinan besar ia akan melanggar aturan tanpa menyadarinya.
Oleh karena itu, pastikan untuk menetapkan batasan atau aturan, dan menjelaskan pada anak apa harapan yang orangtua inginkan darinya melalui batasan ini.
Ketika menetapkan aturan, kesalahan apa pun dapat dicegah sebelum terjadi.
2. Penguatan positif membantu menguatkan perilaku baik
Freepik/yanalya
Mama mungkin mengingat masa-masa di kelas di mana guru umumnya akan memberikan pujian di depan kelas pada anak yang menunjukkan perkembangan dan prestasi. Yup, bukan rahasia umum lagi bila anak-anak berkembang karena pujian.
Karena itu, berusahalah lebih keras untuk mengakui ketika anak telah melakukan sesuatu dengan benar, ini akan membuatnya lebih cenderung melakukan apa yang diharapkan darinya.
Dilansir dari Young Scholars Academy, hal ini karena penguatan positif dapat meningkatkan harga diri anak. Semakin baik perasaan anak tentang dirinya sendiri, maka semakin sukses ia nantinya.
Sebaliknya, semakin sering hal-hal negatif ditunjukkan pada anak, maka akan semakin sedikit keinginannya untuk melakukan apa yang diminta. Dan akhirnya, anak akan berhenti sama sekali melakukannya.
Editors' Pick
3. Tetapkan peraturan yang konsisten
Pexels/August de richelieu
Membicarakan tentang peraturan sekolah, Mama mungkin akan mengingat bahwa peraturan sekolah sangat konsisten dan tak pernah berubah selama perjalanan pendidikan di jenjang tertentu.
Artinya dengan demikian, memberikan arahan dan instruksi yang jelas adalah hal yang membantu anak untuk berhasil. Jika peraturan berubahm anak akan selalu mendaki gunung yang tidak akan pernah bisa dicapai puncaknya.
Tentu saja, ini akan menyebabkan kurangnya motivasi untuk menaati peraturan, karena tidak pernah jelas apa yang diminta.
Oleh karena itu, berterus teranglah dengan harapan dan jangan goyah pada aturan yang telah dibuat. Dengan cara ini orangtua dan anak berada di halaman yang sama pada setiap saat.
4. Cari tahu penyebab perilaku negatif
Freepik/Bearfotos
Ketika perilaku negatif ditunjukkan oleh anak-anak, bukan berarti penyebab perilaku tersebut adalah hanya karena "mereka anak-anak".
Karena itu, memahami perilaku negatif anak adalah kunci untuk membantunya berubah menjadi positif.
Dilansir dari Child Mind Institute, ketika anak-anak memiliki perilaku negatif yang konsisten, orangtua mungkin awalnya percaya bahwa anak hanya bersikap menentang.
Namun, banyak yang tak menyadari adanya hal-hal seperti kecemasan, ketidakmampuan belajar, gangguan perilaku, autisme, trauma, dan banyak lagi, yang mungkin yang berperan sebagai gantinya.
Karena itu, meluangkan waktu untuk duduk dan berbicara dengan anak tentang perilakunya, adalah kunci untuk membantu mengatasinya dan tidak terulang lagi di masa depan.
5. Teladani perilaku yang sesuai
Freepik/tirachardz
Agar anak dapat mengetahui perilaku apa yang harus ditunjukkan, ia membutuhkan teladan yang baik untuk dipelajari.
Selain di sekolah, guru pertama seorang anak adalah orangtuanya. Karena itu, sifat perilaku apa pun, baik atau buruk, akan ditiru oleh anak-anak. Inilah sebabnya mengapa Mama dan Papa perlu memerhatikan perilaku masing-masing.
Penting untuk melihat apakah itu adalah perilaku yang ingin ditunjukkan kepada anak, atau apakah ada usaha yang perlu dilakukan untuk meningkatkan diri sendiri. Dalam prosesnya, ini juga dapat meningkatkan hubungan dengan anak.
6. Hindari menuduh dan jadilah netral
Freepik/master1305
Di sekolah, Mama tentu mengetahui bagaimana guru yang bertanggung jawab untuk melerai ketika ada siswanya yang bertengkar. Inilah juga yang perlu Mama terapkan di rumah.
Ketika Mama tidak mengetahui fakta dari apa yang terjadi, namun kemudian menuduh dan membuat anak merasa bersalah bahkan ketika ia tak melakukannya, ini dapat membuat anak tak merasa didengarkan.
Dengan mengambil sikap netral, penting bagi Mama untuk memberikan kesempatan bagi anak untuk menjelaskan pendapatnya. Kemudian tetapkan konsekuensi apa yang diberikan sesuai penjelasan dari anak.
7. Dengarkan dengan penuh perhatian apa yang anak katakan
Pexels/Ron Lach
Terkait dengan memberikan anak kesempatan untuk berpendapat, penting juga bagi anak untuk merasa didengarkan.
Karena itu, ketika Mama memilih untuk bersikap reaktif dan menyingkirkan segala gangguan, lalu membiarkan anak untuk mengatakan pendapatnya atau membuat keputusan, ini mengajarinya bahwa Mama selalu tersedia untuk diajak bicara.
Seperti yang disebutkan di atas, mendengarkan juga menjadi cara yang ampuh untuk mengatasi masalah perilaku anak.Karena tak menutup kemungkinan ada informasi penting yang bisa hilang jika anak-anak tidak diizinkan berbicara dengan bebas.
Nah itulah 7 disiplin positif di sekolah yang bisa diterapkan di rumah. Ketika Mama menggunakan strategi disiplin positif yang umum diterapkan di sekolah, kecil kemungkinannya bagi anak untuk mengulangi perilaku yang tidak diinginkan, sambil membuatnya tetap nyaman di lingkungan keluarga.