11 Kalimat yang Dapat Merusak Kepercayaan Anak pada Orangtua
Hindari memberikan janji-janji yang tak mungkin direalisasikan ya Ma!
27 April 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Cinta dan rasa saling menghormati memang hal yang perlu ditanamkan dalam hubungan orangtua dan anak, namun ada hal lain yang perlu ditanamkan dan tidak boleh dilewatkan, yaitu kepercayaan.
Kepercayaan adalah bagian penting dari hubungan apa pun, karena dengan memiliki kepercayaan baik Mama maupun anak dapat yakin pada akal sehat, kemampuan, atau kejujuran satu sama lain.
Tak hanya anak-anak dan remaja, beberapa ucapan orangtua juga bisa merusak kepercayaan anak setidaknya sesekali. Apa saja kalimat yang dapat merusak kepercayan anak pada Mama?
Simak informasinya yang telah Popmama.com rangkum di bawah ini yuk!
1. “Jika kamu melakukannya lagi, kamu akan dihukum seumur hidupmu”
Seorang anak tahu persis seberapa jauh ia mendorong orangtua mereka, dan sangat sadar ketika melihat orangtua kehilangan kendali dan mulai membuat peringatan yang mustahil.
Mengancam anak dihukum seumur hidup justru diterima anak sebagai hukuman yang "tidak akan pernah terjadi" dan menjadi tanda bahwa ucapan Mama tidak bisa selalu dipercaya.
Alih-alih mengomunikasikan batasan yang tegas, gunakan konsekuensi yang benar-benar dapat Mama tegakkan. Idealnya sesuatu yang penting bagi anak untuk benar-benar dapat dilakukan.
Untuk anak yang lebih besar, ini mungkin dengan menyita smartphone-nya atau mengubah kata sandi untuk akses internet Wi-Fi. Tindak lanjuti setiap perilaku anak dengan konsekuensi yang bukan ancaman kosong. Anak perlu percaya bahwa orangtuanya harus berlaku sesuai apa yang mereka katakan.
2. “Kamu mau dipukul?”
Daripada membuat ancaman dalam bentuk apa pun sejak awal, walaupun jika tidak berniat menindaklanjutinya, lebih baik berbicara dengan anak sebagai manusia, dan mendengarkan serta mempertimbangkan sisi ceritanya.
Saling menghormati antara orangtua dan anak sangat membantu dalam menjaga kepercayaan.
“Penting bagi orangtua untuk menyadari bahwa bukan hanya apa yang mereka katakan, tetapi bagaimana mereka mengatakan sesuatu kepada anak-anak atau remaja mereka yang dapat membuat atau menghancurkan kepercayaan,” kata Jeffrey Bernstein, PhD, dan penulis 10 Days to a Less Defiant Child.
Ia juga menambahkan, bahwa nda bicara dan bahasa tubuh yang agresif dapat membuat anak atau remaja merasa kurang ingin curhat kepada orangtuanya.
3. “Mama akan kasih tahu ke guru kamu ya”
Ketika orangtua merasa dalam posisi otoritasnya tidak dihormati anak, seringkali hal ini dapat menyebabkan Mama menggunakan figur otoritas lain untuk memperkuat posisinya yang goyah.
Memberi tahu anak bahwa Mama akan membagikan informasi pribadi dengan gurunya adalah salah satu cara untuk mematahkan rasa percaya yang dimiliki anak kepada Mama sebagai orang yang aman.
Rumah harus menjadi tempat yang aman dan pribadi untuk anak, sehingga dianggap sepenuhnya terpisah dari sekolah. Daripada membuat ancaman palsu untuk membagikan hal-hal pribadi, cobalah memberi anak pilihan di antara dua hal yang Mama dukung.
Misalnya, jika anak menolak mengerjakanpekerjaan rumah, Mama dapat menawarinya pilihan antara mengerjakannya sebelum atau sesudah makan malam. Memberi anak sedikit kekuasaan atas waktunya sendiri dapat menghasilkan manfaat positif dalam kepatuhan.
4. “Kamu tidak pernah…./kamu selalu….."
Menggunakan bahasa yang menggeneralisasi perilaku anak bisa menjadi bumerang. Hal ini memperkuat sikap "Orangtua vs Anak", di mana mengisolasi anak dari orang yang paling ia butuhkan, yaitu orangtuanya.
Anak perlu tahu bahwa orangtuanya sadar akan kekuatan serta kelemahannya , dan bersedia untuk melihat situasi tertentu secara individu, daripada mengungkit kesalahan anak yang terjadi di masa lalu. Berusahalah untuk memfokuskan perhatian Mama hanya pada situasi saat ini. Jika suatu perilaku terus menjadi masalah, menggunakan pernyataan "kami" lebih bermanfaat daripada "kamu".
Misalnya, jika anak berulang kali meninggalkan mainannya di ruang tamu, Mama bisa mengatakan, “Wah, sepertinya kita suka lupa ya untuk merapikan barang milik sendiri. Mari kita coba mengambilnya bersama-sama, dan berharap lain kali kita ingat untuk membersihkannya saat selesai bermain. "
Buatlah anak merasa bahwa Mama berada ada di tim yang sama dengannya, dan termotivasi untuk membuat anak menjadi lebih baik di masa depan.
Editors' Pick
5. “Kasih tahu nenek, apa yang kamu lakukan tadi pagi”
Setelah anak mengalami kejadian perilaku yang buruk, beberapa orangtua akan menuntut agar anak mengakui perbuatannya kepada orang lain, dalam upaya untuk mempermalukan anak tersebut agar tidak melakukannya lagi, atau mencegah perilaku lain yang tidak diinginkan di masa depan.
Dilansir dari rd.com, sayangnya, ini menjadi cara untuk mempermalukan, merendahkan, dan menyakiti anak, ini juga menjadi alasan anak untuk tidak lagi mempercayai Mama sebagai seseorang yang aman untuk menangani emosinya.
Sebagai orangtua, Mama memiliki hak istimewa yang berbeda yaitu memiliki kursi barisan depan untuk mengatur pertumbuhan emosional dan sosial anak. Ini termasuk melihat banyak kesalahan anak yang merupakan bagian alami dari pertumbuhan, dan memberikan kesempatan belajar yang dibutuhkan untuk menjadi orang dewasa yang bermanfaat.
Ketika anak membuat kesalahan, bantu ia menyadari kesalahannya sendiri bahwa ia tidak membuat pilihan yang cerdas. Tawarkan kepada anak pengampunan yang sangat diinginkan, dan lanjutkan hidup.
Jaga kerahasiaan situasi ini, dan jika Mama membagikannya dengan seseorang yang harus tahu (seperti orangtua lainnya), lakukan secara pribadi, jauh dari anak.
6. “Mama sedang bertengkar dengan Papamu karena…..”
Salah satu hal terbaik tentang masa kanak-kanak adalah perasaan tidak bersalah dan keyakinan bahwa semua masuk akal di dunia ini.
Anak merasa paling aman ketika bersama orangtua yang percaya diri, mampu, dan kuat yang menangani masalah orang dewasa di antara mereka sendiri, dan membiarkan anak pada keyakinan polosnya tentang kehidupan.
Ketika orangtua berbagi masalah tentang orang dewasa dengan anak, hal ini dapat menimbulkan rasa bingung, takut, dan depresi baginya.
“Mungkin ada godaan besar bagi Mama untuk bersandar pada anak untuk mendapatkan dukungan jika sedang berkonflik dengan orang tua lainnya, tetapi tolong tahan godaan ini,” kata Kathy Eugster, MA, konselor klinis terdaftar dan terapis bermain bersertifikat.
Eugster menambahkan, bahkan jika anak tampaknya dapat mengatasi dengan baik dan bahagia, serta menyesuaikan diri dengan baik, bersandar pada anak untuk mendapatkan dukungan bisa sangat merusaknya dan dapat menyebabkan masalah jangka panjang.
Pesan yang perlu dilihat dan didengar anak, adalah bahwa Mama mampu mengendalikan berbagai hal dan tahu apa yang akan dilakukan. Ingatlah bahwa mereka masih anak-anak dan Mama adalah orang dewasa yang berurusan dengan masalah orang dewasa.
7. “Disuntik rasanya hanya seperti digigit semut”
Secara naluriah orangtua selalu mencoba meminimalkan rasa sakit anak, baik dengan meyakinkannya bahwa ia akan baik-baik saja setelah jatuh ringan, atau memberi tahunya bahwa suntikan tidak akan menyakitkan.
Ketika orangtua berjanji kepada anak bahwa suntikan yang dilakukan tidak menimbulkan rasa sakit, padahal anak dapat merasakan sakit, kepercayaan antara orangtua dan anak menjadi melemah.
Meskipun Mama ingin menyelamatkan anak dari rasa sakit, kehilangan kepercayaan jauh lebih merusak dalam jangka panjang.
Sebaliknya, Mama dapat berkata, “Ini akan menyakitkan, tetapi akan cepat selesai. Tidak apa-apa untuk menangis, aku akan di sini memegang tanganmu. Mama sangat bangga karena kamu telah membiarkan dokter membuatmu tetap sehat!"
8. “Anak saya ternyata keras kepala, sama seperti Papanya”
Selain merendahkan, setiap anak ingin merasa penting dan dilibatkan, bahkan di ruangan yang penuh dengan orang dewasa. Meskipun Mama mengatakannya hanya sebagai lelucon yang bernuansa “mengorbankan” anak dengan orang lain, hal ini tidak luput dari perhatian anak.
Selain itu, mengatakan hal-hal seperti "dia (anak) belum tahu bahwa saya bisa mengabaikan rengekannya sepanjang hari", hanya akan membangun kebencian dan merusak kepercayaan anak.
Meskipun anak belum memahami detail interaksi tersebut, ia pasti memahami percakapan sarkasme di dalamnya. Berusahalah untuk melibatkan anak dalam percakapan yang saling menghormati dengan orang dewasa lain, dan hindari berbicara "berlebihan" tentangnya kepada orang lain.
Tindakan sederhana ini dilakukan untuk menghormati anak akan sangat membantu dalam membuktikan bahwa Mama adalah seseorang yang dapat dipercaya.
“Jika kamu masuk ranking lima besar, kita akan pergi jalan-jalan”
Janji yang tidak realistis bisa sama merusaknya dengan ancaman negatif. Orangtua mungkin merasa senang saat ia mampu memotivasi anak untuk mencapai tujuan, tetapi perasaan bangga apapun akan hilang jika orangtua tidak dapat memenuhi janjinya.
Hindari untuk membuat janji sejak awal, kecuali jika memang memiliki niat untuk menepati janji, tidak melihat seberapa mahal, aneh, atau berlebihan.
Cobalah mendorong anak dengan hadiah sederhana yang tidak bersifat material, seperti waktu yang dihabiskan keluarga bersama-sama, kepuasan pribadi yang akan didapatkan dari mencapai tujuan, dan kata-kata pujian dan penegasan.
10. “Saat Mama masih kecil, Mama tidak pernah seperti itu”
Jika ingin anak merasa aman berbagi informasi penting dan pribadi dengan Mama, maka Mama harus membuatnya sepenuhnya aman untuk melakukannya. Ini berarti tidak menilai atau menjelaskan bagaimana Mama sebelumnya tidak akan pernah membuat pilihan yang salah.
Namun ini bukan berarti bahwa tindakan anak tidak memiliki konsekuensi, hanya saja anak dapat mendatangi Mama untuk menceritakan suatu masalah, atau ketika ia sedang bingung.
“Sangat penting bagi orangtua untuk menunjukkan penghargaan kepada anak ketika ia curhat atau berbagi hal-hal yang sulit,” kata Dr. Bernstein.
Dr. Bernstein juga mengatakan, terlalu banyak orangtua membiarkan kecemasannya sendiri mengarah pada penilaian, daripada berterima kasih kepada anak atau remajanya karena mengambil risiko untuk berbagi perasaan yang sulit."
11. “Mama saat ini sedang sedih karena Papamu tidak memberikan uang yang cukup lagi”
Anak tidak membutuhkan setiap detail dari situasi sulit, tetapi ia berhak mengetahui kebenaran dasar.
“Anak-anak perlu tahu sedikit tentang apa yang terjadi antara Mama dan Papanya saat ada konflik orangtua, anda harus jujur dengan anak secara singkat dan meyakinkan,” kata Kathy Eugster.
Namun Eugster juga mengatakan bahwa orangtua tidak boleh memberikan penjelasan panjang lebar atau detail emosional dari konflik tersebut.
Penjelasan singkat yang penting seperti, Mama dan Papa sedang mengalami masalah dalam hubungan atau menyepakati berbagai hal, dan ada beberapa upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah atau mendapatkan bantuan.
Nah itulah beberapa ucapan orangtua yang dapat merusak kepercayaan anak. Kepercayaan dan rasa hormat sangat penting untuk hubungan orangtua-anak yang positif. Mengembangkan kepercayaan anak sangat penting untuk masa-masa pertumbuhannya.
Anak mama akan lebih merasa aman saat Mama mengetahui jika ia dapat mempercayai Mama untuk memenuhi kebutuhannya.
Baca juga:
- Hindari! 5 Pola Asuh Ini Buruk Bagi Perkembangan Anak
- Agar Perkembangan Anak Optimal, Yuk Terapkan Pola Asuh Demokratis!
- 7 Pola Asuh untuk Menumbuhkan Anak yang Pengertian dan Tidak Egois