Kartun 'Winnie The Pooh' Ajari Anak Mengenal Kesehatan Mental
Tak hanya mengenalkan anak pada kesehatan mental, kartun ini juga ajarkan anak tentang penerimaan
20 Februari 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kesehatan mental telah menjadi topik yang semakin penting bagi orangtua dan anak-anak selama dekade terakhir, terutama mengingat peristiwa baru-baru ini di seluruh dunia, mulai dari pandemi Covid-19 hingga kekerasan yang terjadi di Indonesia maupun dunia.
Meskipun Mama sering melihat anak-anak lebih banyak tertawa daripada orang dewasa dan menganggap mereka hanya menikmati hidup, ada kalanya anak-anak mengalami kondisi kesehatan mental yang umum, seperti kecemasan atau depresi.
Untungnya, ada cara di mana Mama dapat menggunakan cerita anak-anak, seperti "Winnie the Pooh," untuk membantu anak mengenal dan memberi label pada apa yang ia rasakan. Sehingga Mama dapat mencegah gangguan kesehatan mental pada anak sejak usia dini.
Sebuah penelitian dalam Canadian Medical Association Journal (CMAJ) di tahun 2000, menguraikan hubungan antara setiap karakter "Winnie the Pooh" dan penyakit mental. Berikut Popmama.com telah merangkum informasi selengkapnya di bawah ini!
1. Christopher Robin
Satu-satunya karakter manusia dalam cerita 'Winnie the Pooh' adalah Christopher Robin. Dalam kisahnya, ia terlihat sering bermain dengan Pooh dan kawan-kawan.
Jika melihat konteks bahwa Pooh dan kawan-kawan adalah boneka binatang, bisa jadi mereka adalah imajinasi dari Christopher Robin sendiri.
Maka ada dugaan, bahwa Christopher Robin mengalami skizofrenia yang membuat penderitanya tidak bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang imajinatif.
2. Winnie the Pooh
Karakter Winnie the Pooh atau beruang mandu berwarna kuning ini dikenal dengan tubuhnya yang menggemaskan. Jika disadari, Pooh sendiri menunjukkan gangguan attention-deficit/hyperactivity (subtipe lalai).
Di kartunnya, Pooh sering melamun, teralihkan perhatiannya, dan mudah tersinggung pada sesuatu yang sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang terjadi di sekitarnya saat ini.
Untuk anak-anak yang hidup dengan ADHD, terutama anak perempuan yang lebih cenderung menampilkan subtipe lalai daripada hiperaktif, ia mungkin merasa karakter Pooh seusai dengannya atau bahkan tampak normal karena ia mencerminkan cara kerja otaknya.
3. Tiger
Sama seperti Pooh, karakter Tigger si macan menampilkan gangguan defisit perhatian/hiperaktivitas (subtipe hiperaktif/impulsif).
Ini ditunjukkan ketika Tiger sering membuat keputusan gegabah dan bertindak dengan cara yang menempatkan orang lain dalam bahaya tanpa menyadarinya, karena ia sangat bersemangat tentang segala hal.
Seperti banyak anak dengan ADHD, ia tidak bisa menahan energinya dan mencari segala cara untuk mengeluarkannya.
4. Eeyore
Eeyore si keledai menampilkan jenis depresi tertentu yang sering disebut distimia kronis atau gangguan depresi persisten. Meskipun Eeyore dapat menjalani kehidupannya dengan cara yang sebagian besar normal, ia sering membuat komentar yang sangat negatif.
Tak jarang juga Eeyore melihat dunia secara pesimis. Bahkan ini terkadang menyakiti teman-teman di sekitarnya, karena pandangannya yang negatif tentang kehidupan.
Editors' Pick
5. Piglet
Berbicara dengan teman-teman Pooh, anak mungkin juga akan mengenal sosok Piglet, babi berwarna merah muda yang dikenal pendiam. Namun tahukah Mama, bahwa di balik sikap pendiam Piglet, ia sebenarnya menunjukkan seperti apa kecemasan umum atau generalized anxiety.
Piglet menjadi sangat mudah takut dan sering menunjukkan gejala fisik kecemasan. Mempertimbangkan bahwa hampir 10 persen anak-anak telah didiagnosis dengan kecemasan, banyak anak yang mungkin merasa sangat cocok dengan karakter Piglet saat ini.
6. Owl
Tokoh 'Winnie The Pooh' selanjutnya yang mengajarkan anak tentang kesehatan mental adalah Owl. Burung hantu berwarna cokelat ini dengan jelas menunjukkan tanda-tanda disleksia, yang mungkin terasa berhubungan dengan seorang anak yang berurusan dengan segala jenis ketidakmampuan belajar.
Selain itu, Owl juga disebut-sebut memiliki gangguan memori jangka pendek atau short term memory loss. Hal ini karena ia seringkali lupa apa yang baru saja dikatakan.
Seperti karakter Owl, anak-anak dengan disleksia ini seringkali cerdas, tetapi mereka membutuhkan dukungan untuk mencapai potensi penuhnya di sekolah.
7. Rabbit
Sedangkan, tokoh Rabbit si kelinci dikatakan menderita OCD atau Obsessive compulsive disorder. Hal itu bisa dilihat dari cara Rabbit yang seringkali merasa cemas sehingga berulang-ulang merapikan hasil panennya. Meski buang-buang waktu, dia sering melakukannya.
Karena jika tidak dilakukan, Rabbit pasti jadi kepikiran. Selain itu, ada saja tingkah Pooh yang membuat Rabbit semakin cemas, salah satunya mengacak-acak stok madu yang sudah dirapikan dan dikumpulkan olehnya.
Namun sang penulis penelitian, Doctor Sarah Shea juga mengatakan bahwa adanya kemungkinan narsisme pada Rabbit. Hal ini karena Rabbit menunjukkan kombinasi perilaku yang cenderung menjadi sangat mementingkan diri sendiri dan sistem kepercayaannya yang aneh bahwa ia memiliki banyak hubungan.
Ia tampaknya memiliki kebutuhan utama untuk mengatur teman-temannya dan seringkali bertentangan dengan keinginan mereka.
8. Roo dan Kanga
Kangguru kecil bernama Roo, tampaknya tidak memiliki kondisi kesehatan mental yang terlihat. Namun, anak-anak dari orangtua tunggal mungkin menganggap Roo cocok untuk mereka. Roo dapat mencerminkan kehidupan yang tumbuh dalam rumah tangga dengan hanya satu orangtua.
Sedangkan sang Mama, Kanga, diduga memiliki social anxiety disorder. Hal tersebut dilihat dari caranya yang terlewat protektif dalam menjaga anaknya, Roo. Ia selalu cemas untuk membiarkan Roo keluar kantungnya dan berkeliaran.
Kanga juga beranggapan bahwa dunia di luar kantungnya berbahaya bagi Roo.
Meskipun teradapat fakta bahwa setiap karakter 'Winnie The Pooh' dapat mengenalkan anak pada berbagai gejala kondisi kesehatan mental, itu bukan satu-satunya pelajaran yang dapat diambil anak-anak dari buku atau kartun keluarga yang satu ini.
Ada pelajaran yang jauh lebih besar dalam cerita, yang perlu Mama sampaikan pada anak. Yaitu, penerimaan.
Karakter 'Winnie The Pooh' juga Mengajarkan Anak Tentang Penerimaan
Menurut sebuah artikel yang diterbitkan oleh iNewsUK, buku dan film 'Winnie The Pooh' adalah cerita yang mengajarkan anak-anak seperti apa penerimaan, perlakuan yang adil, dan kesetaraan, apa pun kondisi yang dihadapi orang lain.
Kartun ini menyampaikan nada cinta, penerimaan, serta pengampunan yang tak terucapkan di Hundred Acre Wood, tempat tinggal Pooh dan teman-temannya. Cerita-cerita tersebut memberikan contoh yang indah tentang bagaimana manusia harus berperilaku.
Di dalam Hundred Acre Wood, anak akan melihat tokoh-tokohnya termasuk Eeyore dalam aktivitas, bahkan ketika ia tampak tidak tertarik karena depresinya. Demikian pula, tidak ada yang marah pada Tigger karena mengacaukan segalanya saat menjadi hiperaktif di pesta.
Semua tokohnya, terutama Pooh, mencoba mendukung Piglet melalui saat-saat cemasnya, dan tidak ada yang mengolok-olok Owl karena ketidakmampuan belajarnya.
Selain itu, juga Mengajarkan Anak Hidup dalam Harmoni Meskipun Ada Perbedaan
Faktanya, jarang ada perkelahian atau masalah nyata di Hundred Acre Wood, karena mereka semua telah belajar bagaimana hidup dalam harmoni meskipun ada perbedaan.
Ketika anak mengetahui hal ini, ia belajar untuk tidak hanya menormalkan pengalamannya sendiri tetapi juga menormalkan pengalaman anak-anak di sekitar mereka, terlepas dari betapa berbedanya mereka.
Nah itulah bagaimana kartun 'Winnie The Pooh' ajari anak tentang kesehatan mental. Meskipun mungkin tidak selalu melihatnya pada awalnya, hampir semua cerita anak dapat memberikan pelajaran hidup jika Mama mengizinkan anak untuk mempelajarinya.
Dalam kasus "Winnie the Pooh," cerita ini membantu anak-anak belajar tentang kondisi kesehatan mental dan pengalaman manusia normal lainnya di usia muda, sehingga mereka dapat mulai memproses dan memahaminya bahkan sebagai anak-anak.
Ini juga bisa sangat membantu anak-anak tidak hanya menormalkan penyakit mental, tetapi juga dapat membantu mereka belajar mencintai orang lain terlepas dari diagnosis yang mungkin dialami.
Baca juga:
- Super Positif, 8 Quote Film Disney untuk Membangun Motivasi Anak
- 10 Pilihan Film Musikal Terbaik untuk Ditonton Bersama Anak
- 11 Tokoh dalam Film Disney yang Mengajarkan Persahabatan pada Anak