7 Keterampilan Sosial Penting yang Harus Diajarkan pada Anak 6 Tahun
Memasuki usia sekolah, Mama perlu mulai mengasah keterampilan sosial anak di usia ini
29 September 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Di usia enam tahun, anak mulai memasuki usia Sekolah Dasar. Dibanding pada masa taman kanak-kanak, anak akan lebih mengeksplor lingkungan sosial secara mandiri di usia ini. Di usia ini juga anak akan mulai menikmati hubungan teman sebaya yang lebih baik.
Sehingga penting bagi anak untuk mulai belajar keterampilan sosial yang baik. Selain untuk mendapatkan penerimaan sosial, ini dapat mengurangi stres pada anak-anak ketika beradaptasi di sekolah.
Keterampilan sosial adalah keterampilan yang membutuhkan penyempurnaan terus-menerus seiring bertambahnya usia anak. Untuk itu, yuk cari tahu apa saja keterampilan sosial yang perlu diajarkan pada anak ketika ia berusia enam tahun, yang telah Popmama.com rangkum berikut ini!
Manfaat Mengajarkan Anak Keterampilan Sosial di Usia Enam Tahun
Seperti yang Mama ketahui, keterampilan sosial memberi anak-anak berbagai manfaat. Ini terkait dengan kesuksesan yang lebih besar di sekolah dan hubungan yang lebih baik dengan teman sebaya. Selain itu, dilansir dari Very Well Family, ada beberapa manfaat lainnya yang bisa anak dapatkan, yaitu:
- Hasil pendidikan dan karir yang lebih baik: Para peneliti dari Penn State dan Duke University menemukan bahwa anak-anak yang lebih baik dalam berbagi, mendengarkan, bekerja sama, dan mengikuti aturan lebih mungkin untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Mereka juga lebih mungkin untuk dipekerjakan pada usia 25 tahun.
- Kesuksesan yang lebih baik dalam hidup: Keterampilan sosial yang baik juga dapat membantu anak-anak memiliki masa depan yang lebih cerah. Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam American Journal of Public Health, keterampilan sosial dan emosional anak mungkin merupakan prediktor kesuksesan terbesar di masa dewasa.
- Persahabatan yang lebih kuat: Anak-anak yang memiliki keterampilan sosial yang kuat dan dapat bergaul dengan baik dengan teman sebaya cenderung lebih mudah berteman. Faktanya, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam International Encyclopedia of the Social & Behavioral Sciences menunjukkan bahwa persahabatan masa kanak-kanak baik untuk kesehatan mental mereka.
- Melatih keterampilan yang lebih kompleks: Persahabatan juga memberi anak-anak kesempatan untuk melatih keterampilan sosial yang lebih maju, seperti pemecahan masalah dan resolusi konflik.
Setelah mengetahui apa saja manfaat yang didapatkan, berikut adalah keterampilan sosial yang perlu Mama ajarkan:
1. Berbagi
Kesediaan untuk berbagi makanan ringan atau berbagi mainan bisa sangat membantu anak-anak untuk berteman.
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Psychological Science, anak-anak semuda usia dua tahun sudah dapat menunjukkan keinginan untuk berbagi dengan orang lain, tetapi biasanya hanya ketika sumber daya mereka berlimpah.
Namun, anak-anak antara usia tiga dan enam tahun sering egois ketika harus berbagi. Anak mungkin enggan berbagi setengah dari kuenya dengan teman, karena anak merasa lebih sedikit untuk ia nikmati sendiri.
Meskipun Mama mungkin tidak ingin memaksa anak untuk berbagi mainan tertentu atau dengan anak-anak lainnya, Mama dapat secara teratur menunjukkan bagaimana cara berbagi pada anak.
Pujilah anak karena ia mencoba berbagi dan tunjukkan bagaimana perasaan orang lain. Katakan sesuatu seperti, “Kamu memilih untuk berbagi camilan dengan adikmu. Aku yakin dia merasa senang tentang itu. Itu hal yang bagus untuk dilakukan.”
2. Bekerja sama
Bekerja sama adalah sebuah perilaku kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Anak-anak yang bisa bekerja sama akan menghormati ketika orang lain mengajukan permintaan. Anak juga siap berkontribusi, berpartisipasi, dan membantu.
Keterampilan kerjasama yang baik sangat penting untuk berhasil bergaul dalam komunitas. Untuk anak sekolah, kerja sama dapat melibatkan apa saja, mulai dari belajar bersama hingga melakukan permainan yang mengharuskan semua orang untuk berpartisipasi.
Beberapa anak mungkin mengambil posisi kepemimpinan, sementara yang lain akan merasa lebih nyaman mengikuti instruksi. Bagaimana pun juga, kerja sama adalah kesempatan besar bagi anak-anak untuk belajar lebih banyak tentang diri sendiri dan orang lain.
Untuk mengajarkan anak tentang kerja sama, cobalah berbicara dengannya tentang pentingnya kerja sama tim, dan bagaimana pekerjaan menjadi lebih baik ketika semua orang ikut serta.
Ciptakan kesempatan bagi keluarga untuk bekerja sama. Misalnya, Mama menugaskan setiap anggota keluarga pekerjaan tertentu menyiapkan makan malam. Kemudian ketika kerja sama membuahkan hasil, seperti pekerjaan cepat selesai, maka tekankan pentingnya kerja sama pada anak.
Editors' Pick
3. Mendengarkan
Mendengarkan bukan hanya tentang berdiam diri, namun mendengarkan adalah bagaimana anak mampu menyerap apa yang orang lain katakan.
Mendengarkan juga merupakan komponen penting dari komunikasi yang sehat. Dan sebagian besar pembelajaran di sekolah, bergantung pada kemampuan anak untuk mendengarkan apa yang dikatakan guru.
Menyerap materi, mencatat, dan memikirkan apa yang dikatakan menjadi semakin penting, seiring dengan kemajuan akademis anak. Memberikan anak banyak kesempatan untuk berlatih mendengarkan, dapat memperkuat keterampilan ini.
Misalnya, saat membacakan buku untuk anak, berhentilah secara berkala dan minta ia untuk memberi tahu tentang apa yang Mama bacakan. Berhentilah sejenak dan katakan, “Ceritakan apa yang kamu ingat tentang dongeng ini.”
Bantu anak mengisi kekosongan yang ia lewatkan dan ingatkan anak untuk terus mendengarkan saat Mama melanjutkan. Pelajaran mendengarkan juga mengajarkan anak untuk tidak memotong saat orang lain sedang berbicara.
4. Mengikuti arahan
Anak yang kesulitan untuk mengikuti arahan, cenderung mengalami berbagai konsekuensi. Dari harus mengulang tugas pekerjaan rumah hingga mendapat masalah karena perilaku buruk.
Apakah Mama menginstruksikan anak untuk membersihkan kamarnya, atau memberi tahunya cara meningkatkan keterampilan sepak bola, penting bagi anak untuk dapat mengambil arahan dan mengikuti instruksi.
Namun, sebelum mengharapkan anak untuk mengikuti petunjuk dengan baik, penting bagi Mama untuk menjadi ahli dalam memberikan petunjuk. Ada beberapa kesalahan yang harus dihindari dalam memberikan petunjuk, yaitu:
- Jangan memberikan anak lebih dari satu petunjuk pada satu waktu. Alih-alih mengatakan, “Ambil sepatumu, simpan bukumu, dan cuci tanganmu,” tunggu sampai sepatu diambil, kemudian berikan perintah berikutnya.
- Jangan membuat pertanyaan sebagai petunjuk. Bertanya, "Maukah kamu mengambil mainanmu sekarang?" ini menyiratkan bahwa anak memiliki pilihan untuk mengatakan tidak. Setelah Mama memberikan arahan kepada anak, mintalah ia untuk mengulangi kembali apa yang Mama katakan. Tanyakan, "Apa yang harus kamu lakukan sekarang?" dan tunggu sampai anak menjelaskan apa yang ia dengar dari Mama.
- Jangan lupa bahwa kesalahan itu normal. Adalah normal bagi anak untuk terganggu, berperilaku impulsif, atau melupakan apa yang seharusnya ia lakukan. Lihat setiap kesalahan sebagai kesempatan untuk membantunya mempertajam keterampilan mengikuti arahan.
Selain menghindari kesalahan di atas, Mama dapat melatih keterampilan anak dalam mengikuti arahan dengan memujinya ketika mampu mengikuti arahan dengan tepat. Seperti mengatakan, “Terima kasih telah mematikan TV langsung setelah Mama memintamu melakukannya.”
Jika anak kesulitan mengikuti petunjuk, beri ia kesempatan untuk berlatih mengikuti perintah sederhana. Katakan hal-hal seperti, “Tolong berikan remot itu ke Mama,” dan kemudian berikan pujian langsung untuk mengikuti petunjuk.
5. Menghargai batasan atau ruang pribadi orang lain
Beberapa anak adalah pembicara yang hebat. Mereka bisa dengan mudah duduk di samping orang asing dan mengajaknya berbicara tanpa tahu bahwa orang lain merasa tidak nyaman. Untuk mencegahnya, penting untuk mengajari anak bagaimana menghormati ruang pribadi orang lain.
Buat aturan yang mendorong anak untuk menghormati ruang pribadi orang lain. Misalnya seperti, "Ketuk pintu sebelum membukanya," dan "Tangan tidak boleh iseng," dan contoh lainnya.
Jika anak mengambil barang dari tangan orang lain atau mendorong saat tidak sabar, tentukan konsekuensinya. Jika anak berdiri terlalu dekat dengan orang saat berbicara, gunakan itu sebagai momen yang bisa diajarkan.
Ajarkan anak untuk berdiri sejauh satu lengan dari orang-orang ketika mereka sedang berbicara. Ketika anak sedang mengantri, bicarakan berapa jarak dengan orang yang ada di depannya, dan bicarakan tentang menjaga tangannya untuk diri sendiri.
Mama juga dapat memainkan berbagai permainan peran untuk membantu anak berlatih menggambarkan ruang pribadi yang sesuai.
6. Membuat kontak mata yang baik
Kontak mata yang baik adalah bagian penting dari komunikasi. Beberapa anak seringkali kesulitan untuk melihat orang yang sedang diajak bicara. Apakah anak pemalu dan lebih suka menatap lantai, tekankan pentingnya kontak mata yang baik.
Jika anak kesulitan dengan kontak mata, berikan pengingat cepat setelah kejadian. Dengan suara lembut, tanyakan, "Ke mana mata harus melihat ketika seseorang berbicara padamu?". Namun ingat agar tidak terlalu mengintimidasi, agar anak yang pemalu tidak semakin cemas.
Dan, berikan pujian ketika anak ingat untuk melihat orang ketika mereka berbicara.
Untuk melatih kontak mata yang baik, Mama dapat menunjukkan kepada anak bagaimana rasanya melakukan percakapan dengan seseorang yang tidak melakukan kontak mata.
Minta anak untuk bercerita, kemudian Mama dapat menatap lantai, memejamkan mata, atau melihat ke mana-mana kecuali ke arah anak. Kemudian, minta anak untuk menceritakan kisah lain dan lakukan kontak mata yang tepat saat ia berbicara.
Setelah itu, tanyakan bagaimana rasanya dan mana yang lebih nyaman.
7. Menggunakan tata krama
Mengucapkan tolong dan terima kasih serta menggunakan tata krama yang baik dapat membantu anak mendapatkan perhatian untuk alasan yang tepat. Guru, orangtua lain, dan anak-anak lain akan menghormati anak yang santun.
Namun tentu saja, mengajarkan tata krama terkadang terasa seperti perjuangan yang berat. Dari berteriak di meja makan hingga bertindak tidak tahu berterima kasih, semua anak terkadang kesulitan untuk bersikap sopan santun.
Namun, penting bagi anak untuk mengetahui bagaimana bersikap sopan dan hormat, terutama ketika ia berada di rumah orang lain atau di sekolah.
Untuk membangun keterampilan sosial ini, jadilah teladan yang baik dengan menunjukkan sopan santun. Itu berarti mengatakan, "Tidak, terima kasih," dan "Ya, tolong," kepada anak secara teratur.
Pastikan Mama juga menggunakan sopan santun saat berinteraksi dengan orang lain. Ingatkan anak ketika ia lupa untuk menggunakan sopan santun, dan pujilah ketika anak bersikap sopan.
Nah itulah beberapa keterampilan sosial yang perlu diajarkan pada anak di usia enam tahun. Ketika Mama tidak menekankan pentingnya keterampilan sosial ini, ada beberapa kemungkinan negatif yang bisa terjadi.
Apa yang Terjadi Jika Anak Tidak Memiliki Keterampilan Sosial yang Baik?
Jadi apa konsekuensi potensial dari keterampilan sosial yang buruk? Dilansir dari Very Well Family, anak-anak yang tidak memiliki keterampilan sosial dan emosional lebih mungkin untuk memiliki:
- Ketergantungan pada bantuan publik
- Masalah hukum
- Masalah penyalahgunaan zat
- Masalah hubungan
Tidak memiliki keterampilan sosial untuk berinteraksi dengan orang lain juga cenderung meningkatkan stres pada anak. Misalnya, jauh dari keluarga membuat anak stres. Ketika ia tidak dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang lain, itu hanya akan menjadi lebih buruk.
Kabar baiknya adalah bahwa keterampilan sosial dapat diajarkan. Tidak pernah terlalu dini untuk mulai menunjukkan kepada anak bagaimana bergaul dengan orang lain. Dan tidak ada kata terlambat untuk mengasah keterampilannya.
Mulailah dengan keterampilan sosial paling dasar terlebih dahulu dan terus asah keterampilan anak dari waktu ke waktu. Tetap semangat untuk mengajarkan keterampilan sosial ya Ma!
Baca juga:
- 7 Perilaku Sosial Dasar yang Harus Dipelajari Setiap Anak
- Kenali Tahap 3 Perkembangan Psikososial Anak, Inisiatif vs Bersalah
- Inilah Faktor Keberhasilan Perkembangan Psikososial pada Anak Sekolah