Menanamkan perilaku positif pada anak bisa jadi tantangan bagi orangtua. Mama mungkin memiliki anak yang melawan, tidak bertanggung jawab, dan perilaku negatif lainnya. Agar anak dapat mengubah perilaku negatifnya, ia perlu diajari tentang perilaku yang dapat diterima.
Ini bukan sesuatu yang dipelajari melalui hukuman, tetapi sebagai gantinya melalui konsekuensi. Namun, mengajarkan konsekuensi pada anak bisa menjadi tugas yang sangat sulit.
Alasan mengapa sulit untuk mengajari anak tentang konsekuensi adalah, ia tidak memahami apa pesan dan pembelajaran yang harus ia lakukan. Sehingga Mama perlu banyak perencanaan strategis agar konsekuensi ini terus melekat dan mengubah perilaku anak.
Berikut Popmama.com akan membahas beberapa konsekuensi yang dipahami anak-anak, dan dengan demikian akan mengubah perilaku negatifnya menjadi lebih positif.
Apa itu konsekuensi?
Pexels/Monstera
Dilansir dari Raising Children, konsekuensi adalah sesuatu yang terjadi sebagai akibat dari perilaku anak dengan cara tertentu. Dua konsekuensi paling umum yang digunakan orang tua adalah konsekuensi positif dan negatif.
Menurut Centers for Disease Control (CDC) konsekuensi positif diberikan untuk perilaku yang ingin ditumbuhkan dalam seorang anak. Ini muncul dalam bentuk pujian dan perhatian. Sedangkan konsekuensi negatif untuk memberi tahu anak apa perilaku yang tidak boleh diulang.
Konsekuensi negatif inilah yang membuat banyak orang tua berjuang, karena kunci untuk membuat konsekuensi negatif menjadi efektif adalah menjadikannya alami, bukan sesuatu yang terlalu keras.
Sehingga penting untuk menemukan keseimbangan, di mana anak-anak mampu menerima konsekuensi yang dapat dipahami, dan kemudian akan mengubah perilakunya.
Seperti apa konsekuensi yang dapat diterapkan pada anak, simak informasinya di bawah ini:
1. Kehilangan hak-hak istimewa
Freepik/jannoon028
Kehilangan hak istimewa mungkin merupakan salah satu konsekuensi yang paling sering digunakan orangtua. Ini seringkali dilakukan ketika perilaku yang tidak dapat diterima muncul, biasanya terkait dengan sesuatu yang disukai anak-anak.
Baik itu penggunaan waktu layar, mainan tertentu, camilan kemasan, dan banyak lagi. Mengambil barang-barang itu untuk jangka waktu tertentu bisa memberikan perhatian pada perilaku negatif yang anak lakukan.
Dilansir dari The Center for Parenting Education mengatakan bahwa, ketika orangtua mengambil hak istimewa, itu bisa digunakan sebagai alat pembelajaran dengan penjelasan, mengapa Mama melakukannya. Konsekuensi ini juga lebih baik dibandingkan dengan memarahi anak akibat situasi yang telah terjadi.
Editors' Pick
2. Tidur lebih awal
Freepik/Gpointstudio
Saat anak terlalu lelah, ia cenderung tidak menunjukkan perilaku positifnya. Entah itu sengaja atau tidak, anak lebih cenderung berdebat, berkelahi dengan saudara kandung dan orangtua, membuat ulah, dan lebih banyak lagi ketika ia kurang istirahat.
Dengan demikian, memberikan konsekuensi waktu tidur lebih awal adalah tepat, ketika perilaku anak mulai tidak sopan kepada orang-orang di sekitarnya. Dilansir dari Sleep Sense, konsekuensi ini bisa berhasil karena, anak akan takut kehilangan momen yang terjadi ketika ia pergi tidur.
Karena itu, Mama dapat menetapkan konsekuensi tidur 15 menit lebih awal jika perilaku negatif anak akibat dari kelelahan.
Ketika anak mama ingin tetap bangun di waktu-waktu mainnya dan tidak kehilangan momen luar biasa saat tidur, ia akan belajar untuk mengubah perilakunya menjadi lebih ramah agar tidak mendapatkan waktu tidur yang lebih awal lagi.
3. Mengambil dan menyingkirkan barang-barang pribadi
Freepik/Creativity_magic
Bagi anak yang menolak untuk merapikan mainan atau buku setelah diminta beberapa kali, Mama dapat mencoba memberikan konsekuensi seperti mengambil barang-barangnya.
Dilansir dari Professor's House, jika anak tidak melakukan permintaan orangtua untuk mengambil mainan di sekitar rumah, maka mengambil mainannya dan membawanya pergi untuk jangka waktu tertentu adalah konsekuensi yang tepat agar anak belajar untuk tidak mengabaikan permintaan orangtua.
Dan bagi anak yang tidak mematikan lampu meja atau televisi ketika diminta, Mama dapat melepaskan kabel dari stopkontaknya dalam jangka waktu tertentu, karena anak tidak mendengarkan.
Ketika ini dilakukan, terutama jika berkaitan dengan mainan atau buku favorit anak, ia akan cenderung tidak terlibat dalam perilaku yang buruk di kemudian hari.
4. Memotong waktu aktivitas bebasnya
Freepik/Gpointstudio
Ketika anak mama membantah saat diminta menyelesaikan kegiatan atau pekerjaan, cobalah memotong waktu bebas anak untuk bermain ponsel atau kegiatan lain sebelum ia menyelesaikan tanggung jawabnya, ini digunakan sebagai konsekuensi dari perilaku negatif tersebut.
Mengapa anak justru melakukan hal lain selain belajar atau merapikan tas sekolah?
Karena baginya, itu tidak menyenangkan. Anak bisa tidak fokus belajar ketika ada sesuatu yang lain bisa ia lakukan. Alasan lain anak tidak suka menyelesaikan tanggung jawabnya adalah, karena itu terlihat terlalu menakutkan untuk diselesaikan.
Untuk mendorong tanggung jawab di masa mendatang, luangkan waktu untuk membicarakan mengapa belajar, merapikan tas, merapikan kamar itu perlu dilakukan. Dan setelah menerapkan konsekuensi ini, Mama dapat perhatikan seberapa cepat anak menyelesaikan tanggung jawabnya di masa mendatang.
5. Mengabaikan perilaku
Pexels/Ketut Subiyanto
Ketika Mama telah mencoba hampir setiap teknik di atas untuk menghentikan perilaku yang tidak diinginkan, mengabaikan mungkin merupakan konsekuensi yang tepat.
Dilansir dari ABA Parent Training, mengabaikan perilaku yang tidak diinginkan, tidak berarti mengabaikan anak sama sekali. Ini lebih kepada mengabaikan perilakunya. Dengan demikian, begitu perubahan perilaku dibuat, pengabaian ini harus dihentikan.
Setelah anak mengubah perilakunya, Mama dan anak harus berbicara tentang mengapa Mama mengabaikannya. Ini juga harus dijelaskan bahwa jika perilaku buruk dimulai lagi, pengabaian juga akan terjadi, yang merupakan sesuatu yang tidak diinginkan anak.
Nah itulah beberapa konsekuensi yang dapat Mama terapkan untuk mengubah perilaku negatif anak agar menjadi lebih positif. Ingatlah bahwa konsekuensi berbeda dengan hukuman. Konsekuensi bertujuan untuk mengingatkan anak pada perilaku buruknya, dan mengajarkan apa yang harusnya dilakukan.
Konsekuensi juga tidak boleh dilakukan dengan kekerasan seperti memukul atau mencubit. Karena itu hanya menimbulkan efek jera ketika anak bersama dengan orangtua, dan tidak mengubah perilakunya secara penuh. Memukul dan mencubit juga berisiko berujung pada kekerasan.