Menurut Studi: Anak Kedua Cenderung Lebih Suka Buat Masalah

Lebih mungkin untuk mengalami skors di sekolah hingga terjadi kenakalan remaja

7 November 2023

Menurut Studi Anak Kedua Cenderung Lebih Suka Buat Masalah
Freepik/Prostooleh

Setiap anak memiliki karakteristiknya yang berbeda-beda. Ada anak yang dikenal penurut, rajin, cerdas, hingga nakal.

Meski lingkungan anak berperan dalam pembentukan karakteristiknya, bukan rahasia umum jika karakteristik anak ini dikaitkan dengan urutan kelahirannya dalam keluarga.

Misalnya anak kedua dalam keluarga, dikenal sebagai anak yang suka memberontak dan sulit diatur. Namun bukan hanya sekadar kabar burung saja lho, ada sebuah studi yang menyatakan bahwa anak kedua cenderung lebih suka buat masalah

Jika Mama penasaran dengan hasil studinya, berikut Popmama.com telah merangkum informasinya di bawah ini!

1. Menurut studi, anak kedua memang lebih cenderung suka memberontak

1. Menurut studi, anak kedua memang lebih cenderung suka memberontak
Freepik

Anak kedua telah lama diyakini sebagai pembuat onar dalam keluarga. Dan kini, terdapat bukti ilmiah yang mendukung rumor tersebut.

Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh ekonom MIT Joseph Doyle, anak kedua memang lebih cenderung menunjukkan perilaku memberontak. Dan itu berlaku dua kali lipat untuk anak laki-laki yang lahir kedua.

“Saya menemukan hasil yang luar biasa bahwa anak kedua, dibandingkan dengan kakak mereka, lebih besar kemungkinannya untuk berakhir di penjara, lebih besar kemungkinannya untuk diskors dari sekolah, dan terlibat dalam kenakalan remaja,” kata Doyle yang dilansir dari NPR.

Editors' Pick

2. Anak kedua juga bisa mencontoh perilaku kakaknya diwaktu kecil

2. Anak kedua juga bisa mencontoh perilaku kakak diwaktu kecil
Freepik/cookie_studio

Namun, perilaku buruk ini bisa jadi merupakan dampak dari kakaknya, karena adiknya cenderung mencontoh perilaku anak tertua.

“Anak sulung punya panutan, yaitu orang-orang dewasa. Dan anak kedua, anak-anak yang lahir belakangan, punya panutan yang agak tidak rasional seperti anak usia dua tahun, yaitu, kakak-kakaknya,” tambah Doyle.

3. Kemungkinan 20-40% lebih besar untuk didisiplinkan hingga dipidanakan

3. Kemungkinan 20-40% lebih besar didisiplinkan hingga dipidanakan
Freepik/user15160105

Dalam mencapai kesimpulannya, Doyle menganalisis kumpulan data dari keluarga di Denmark dan negara bagian Florida. Meskipun terdapat perbedaan besar dalam wilayah geografis dan lingkungan, temuan ini merupakan “hasil yang sangat konsisten.”

Dari kesimpulannya disebutkan bahwa dalam keluarga dengan dua anak atau lebih, anak laki-laki kedua memiliki kemungkinan 20 hingga 40 persen lebih besar untuk didisiplinkan di sekolah dan dipidanakan dibandingkan dengan anak laki-laki sulung saudara kandung. 

Data ini memungkinkan Doyle untuk nantinya mengkaji serangkaian mekanisme potensial. Bukti-bukti di atas juga mengesampingkan perbedaan dalam kesehatan saat lahir dan kualitas sekolah yang dipilih untuk anak-anak.

4. Peran orangtua juga memengaruhi karakteristik anak kedua

4. Peran orangtua juga memengaruhi karakteristik anak kedua
Pexels/Elina Fairytale

Doyle juga menambahkan bahwa sebagian besar dari hal ini disebabkan oleh fakta bahwa orangtua yang  menghabiskan lebih banyak waktu untuk anak sulung dibandingkan dengan waktu yang dihabiskan untuk anak kedua.

"Kami menemukan bahwa investasi waktu orangtua yang diukur dengan waktu yang dihabiskan di luar angkatan kerja lebih tinggi untuk anak pertama pada usia 2-4 tahun, menunjukkan bahwa kedatangan anak kedua memperpanjang investasi orang tua pada masa kanak-kanak awal untuk anak pertama." tulisnya.

Nah itulah informasi seputar anak kedua cenderung lebih suka buat masalah menurut studi. Secara umum, anak kedua sering dianggap sebagai pembuat masalah dalam keluarga. Namun, penting untuk diingat bahwa persepsi ini tidak selalu benar.

Setiap anak memiliki karakteristik dan perkembangan yang unik, dan mereka memiliki potensi positif yang tak terbatas. Jadi, daripada menilai anak kedua sebagai pembuat masalah, orangtua perlu fokus pada potensi positifnya dan memberikan dukungan yang dibutuhkannya untuk tumbuh menjadi individu yang sukses.

Baca juga:

The Latest