6 Mitos Kesehatan Gigi dan Dokter Gigi yang Perlu Anak Tahu
Jangan sampai anak mempercayai mitos yang kurang tepat tentang kesehatan gigi ya, Ma!
26 Januari 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sama seperti bagian-bagian tubuh penting lainnya, gigi tak kalah penting bagi tumbuh kembang seorang anak. Selain untuk mengunyah dan menggigit, gigi memiliki fungsi penting sebagai indikator kesehatan seseorang.
Karena penting, banyak pula mitos mengenai gigi yang seringkali dikaitkan dengan kesehatan. Entah apa yang mendasari beberapa mitos ini, tetapi hal tersebut menjadi keyakinan luas yang beredar di masyarakat. Bahkan pada akhirnya sampai di telinga anak-anak.
Maka dari itu sebagai orangtua, penting bagi Mama untuk memberikan pengetahuan yang tepat pada anak seputar kesehatan gigi dan menjauhi mitos-mitos ini.
Untuk mengetahui ada mitos apa saja, Popmama.com telah merangkumnya dalam enam mitos kesehatan gigi dan dokter gigi yang perlu anak tahu. Segera beri tahu ya Ma!
1. Mitos 1: Semakin di gosok dengan kencang, maka gigi akan semakin bersih
Mama mungkin sering mengajarkan anak bahwa menyikat gigi bisa membantu gigi agar bersih dan menjadikan senyum indah.
Namun karena imajinasi yang tinggi atau pengaruh dari orang lain, bisa membuat anak bisa berpikir bahwa semakin kencang ia menggosok gigi, maka giginya akan semakin bersih.
Walaupun maksudnya baik, tetapi gigi adalah salah satu organ yang rapuh. Dilansir American Dental Association (ADA), jika anak terlalu bersemangat saat menggosok gigi, ini justru bisa menyakiti diri sendiri.
Hal ini disebabkan karena gigi manusia dilapisi oleh lapisan email atau enamel yang melindungi interior gigi dari ancaman lubang dan pembusukan. Ini sebabnya, banyak orang yang mengalami sakit gigi walaupun rajin sikat gigi.
Maka dari itu, ajari anak untuk menyikat gigi perlahan-lahan saja asal dilakukan dengan teknik yang benar, yaitu dengan menggunakan sikat gigi berbulu tipis dan halus sesuai usia anak.
2. Mitos 2: Anak-anak tidak perlu melakukan flossing
Dilansir dari Healthline, flossing adalah kebiasaan kebersihan mulut yang penting. Ini membersihkan dan mengeluarkan makanan yang tersangkut di antara gigi menggunakan benang gigi, yang dapat mengurangi jumlah bakteri dan plak di mulut.
Meskipun flossing ini penting, banyak orangtua yang belum memahami bahwa anak-anak perlu diajarkan flossing sejak usia dini.
Dilansir dari Dentistry for Children, secara umum, yang terbaik dalam memulai flossing adalah segera setelah gigi anak mulai menyatu. Ini biasanya terjadi antara usia dua dan enam tahun.
Namun jika Mama belum yakin apakah sudah waktunya bagi anak untuk mulai menggunakan benang gigi, bicarakan dengan dokter gigi anak.
Jangan sampai plak yang menumpuk di gigi, menyebabkan anak mengalami gigi berlubang dan penyakit gusi. Yuk mulai ajari anak untuk melakukan flossing sejak usia dini!
Editors' Pick
3. Mitos 3: Gula penyebab gigi berlubang
Mama mungkin kaget melihat mitos yang satu ini bukan? Meskipun gula memang berkontribusi pada pembentukan gigi berlubang, bukan gula itu sendiri yang menyebabkan masalah. Sebaliknya, itu adalah bakteri yang memakan gula.
Dilansir dari 209 NYC Dental, makanan lengket, seperti pati, dapat menarik bakteri untuk berkembang biak di dalam dan di sekitar gigi. Bakteri ini menghasilkan senyawa asam yang memicu kerusakan gigi.
Maka dari itu, biasakan anak untuk berkumur dan menyikat setelah makan untuk mengurangi penumpukan asam dan plak.
4. Mitos 4: Gusi anak berdarah adalah hal yang biasa saja
Saat anak bersemangat menyikat giginya, ia mungkin mendapati gusinya yang berdarah. Alih-alih menganggap ini sebagai bagian belajar menyikat gigi, ajari anak agar segera memberi tahu orangtua jika gusinya berdarah.
Masih dilansir dari 209 NYC Dental, gusi berdarah saat menyikat gigi atau flossing disebabkan oleh peradangan pada gusi.
Gusi bisa menjadi meradang dan mulai berdarah karena penumpukan plak yang berlebihan, timbulnya gingivitis, penyakit gusi atau penyebab lainnya. Ini tidak normal. sehingga penting untuk menghubungi dokter gigi anak untuk pemeriksaan.
5. Mitos 5: Gigi putih adalah gigi yang sehat
Setiap orangtua tentu ingin anaknya memiliki gigi yang sehat dan cerah. Namun ingatlah bahwa gigi yang lebih putih tidak selalu mencerminkan gigi yang lebih sehat.
Ketika gigi anak putih, seiring waktu ini bisa berubah warna karena mengonsumsi makanan atau minuman tertentu, atau kerusakan.
Jadi jika anak merasa tidak percaya diri, penting untuk menjelaskkannya tentang hal ini. Dan jadikan hal ini untuk memotivasi anak agar menjaga gaya hidup dan pola makannya dengan baik, agar ia memiliki gigi yang lebih bersih dan sehat, meskipun tidak harus putih!
6. Mitos 6: Kunjungan dokter gigi adalah hal yang menakutkan
Salah satu persepsi yang kurang tepat adalah, kunjungan dokter gigi adalah hal yang menakutkan. Hal ini membuat banyak orangtua tidak rutin mengajak anak memeriksakan kesehtan giginya dokter gigi.
Namun perlu diingat bahwa ada beberapa penyakit yang tidak kelihatan gejalanya, tetapi tiba-tiba menjadi besar. Sehingga dengan rutin memeriksakan gigi anak adalah hal yang penting, untuk mengetahui apakah gigi anak tumbuh dengan sehat atau ada masalah yang muncul.
Rutinitas sejak kecil juga bisa berkembang menjadi kebiasaan yang anak lakukan hingga dewasa kelak.
Dilansir dari Colleyville Children's Dentistry, anak-anak yang takut dengan dokter gigi dapat tumbuh menjadi orang dewasa yang fobia terhadap dokter gigi, bahkan 9-20 persen di antaranya mungkin melewatkan kunjungan ke dokter gigi karena kecemasan.
Jika Mama ingin anak tumbuh dengan gigi yang sehat dan senyum yang indah hingga ia besar nanti, rutinlah memeriksakan gigi anak pada dokter gigi enam bulan sekali ya!
Nah itulah beberapa mitos kesehatan gigi dan dokter gigi yang perlu anak tahu. Salah satu cara terbaik untuk memastikan bahwa anak memiliki kebiasaan perawatan gigi yang tepat dan jauh dari mitos adalah dengan meminta bimbingan dokter gigi anak.
Secara umum, anak-anak harus mengunjungi dokter gigi setiap enam bulan sekali untuk pembersihan dan pemeriksaan. Selama kunjungan ini, Mama dapat meminta dokter gigi untuk menjelaskan kebiasaan perawatan gigi yang bisa dilakukan oleh anak sesuai usianya.
Baca juga:
- 7 Makanan yang Dapat Menyebabkan Kerusakan pada Gigi Anak
- 7 Tips Membuat Anak Balita Tenang saat Ke Dokter Gigi
- Gigi Permanen Anak Terlihat Kuning, Apakah ini Normal?