Mama Perlu Tahu, 5 Mitos Seputar Penggunaan Sunscreen pada Anak
Semakin tinggi SPFnya, bukan berarti anak lebih aman dari sengatan matahari ya!
8 Juli 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kesehatan dan keselamatan anak selalu menjadi prioritas utama orangtua, dan ada banyak pencegahan yang dilakukan ketika anak-anak ketika harus berada di lingkungan dekat air, semak-semak, hingga paparan matahari.
Matahari bisa sangat berbahaya bagi siapapun, terutama anak-anak.
Selain menyakitkan dan tidak nyaman, kulit terbakar akibat matahari juga dapat menyebabkan kerusakan kulit. Sehingga Mama mungkin memilih untuk memakaian sunscreen atau tabir surya pada anak saat aktivitas di luar rumah.
Ketika membahas matahari dan penggunaan sunscreen, Popmama.com telah merangkum beberapa mitos yang perlu diperhatikan, untuk memastikan Mama, anak, dan keluarga dapat bersenang-senang dengan aman tanpa takut risiko yang mengancam.
Simak rangkuman informasinya di bawah ini!
1. Mitos pertama: Tak perlu menggunakan sunscreen saat cuaca mendung
Dilansir dari She Knows, penting untuk memastikan Mama mengoleskan sunscreen pada anak baik pada saat cuaca dingin atau mendung. Mitos yang umum adalah sengatan matahari hanya terjadi pada hari yang cerah.
Tetapi ketika Mama dan anak menghabiskan waktu di luar rumah dengan cakupan awan yang baik atau mendung, anak-anak tetap perlu memakai tabir surya. Ini karena 80 persen sinar UVB dan UVA yang berbahaya dapat menyaring melalui awan.
Tabir surya juga penting digunakan ketika cuaca tidak terlalu panas atau mendung dan dingin. Suhu tidak memainkan peran besar dalam menghilangkan sinar, karena dalam beberapa kasus diketahui tetap ada yang terkena sengatan matahari bahkan di musim dingin.
“Tetapi orang-orang yang terkena sinar matahari musim dingin, terutama yang rentan terbakar di musim panas, masih berisiko terkena sengatan matahari” Dr Apple Bodemer, seorang profesor dermatologi di University of Wisconsin-Madison.
Editors' Pick
2. Mitos kedua: Menggunakan sunscreen saja sudah cukup
Ketika Mama bersiap-siap untuk membawa anak keluar rumah, Mama mungkin hanya mengoleskan tabir surya dan berpikir bahwa anak siap untuk pergi. Namun, dilansir dari laman Queensland Goverment, penggunaan sunscreen saja tidak cukup melindungi dari sinar matahari.
Perlindungan matahari harus dianggap sebagai "kotak peralatan", dan tabir surya hanyalah salah satu alat di dalam kotak.
Dalam hal ini, sebaiknya Mama juga harus menyuruh anak untuk memakai topi matahari yang memiliki pinggiran dan kacamata hitam untuk membantu melindungi kepala dan mata anak dari sinar matahari.
3. Mitos ketiga: Cukup sekali menggunakan sunscreen
Beberapa percaya bahwa hanya sekali untuk mengoleskan sunscreen, jika keluar di antara jam 10 pagi dan 2 siang, karena saat itulah matahari paling tinggi di langit dan paling kuat. Namun sayangnya ini tidak tepat.
Dilansir dari Moms, setiap kali ingin pergi ke luar dan hari sudah siang, Mama dan anak perlu memakai sunscreen 20 menit sebelum pergi keluar. Selain itu Sunscreen juga perlu dioleskan kembali. Tabir surya hanya paling efektif bila digunakan dengan tepat.
4. Mitos keempat: Tidak perlu menggunakan sunscreen saat di rumah atau sedang perjalanan darat
Ketika Mama, anak, dan keluarga pergi bersama keluarga ke luar kota dan menghabiskan berjam-jam di mobil, Mama mungkin tidak menyadari bahwa tetap harus mengoleskan sunscreen pada anak selama berada di dalam mobil.
Meskipun jendela mobil dapat memberikan perlindungan dari sinar UVA dan UVB, namun seringkali tidak cukup, dan anak dapat mengalami sengatan matahari karena terlalu lama berada di dalam mobil tanpa perlindungan.
Inipun juga terjadi ketika anak hanya berada di rumah tanpa kegiatan di luar, penggunaan sunscreen tetap penting untuk melindungi kulit dari sinar UVA dan UVB yang masuk melalui jendela. Terlebih lagi ketika anak lebih sering beraktivitas di dekat jendela.
Dilansir dari International Ultraviolet Association, sinar UV dibagi menjadi tiga klasifikasi yang disebut UV-A, UV-B, dan UV-C. Dari ketiga kelas ini, UV-A dan UV-B dikaitkan dengan kulit terbakar dan penyamakan kulit, dan UV-A dianggap menekan sistem kekebalan tubuh.
Kaca jendela standar, memungkinkan UV-A untuk melewatinya hampir 100 persen, sinar UV-B dan UV-C terhalang. Oleh karena itu, beberapa sinar UV akan masuk ke rumah dan berpotensi memengaruhi kulit.
Beberapa dari efek ini dapat mencakup peningkatan bintik-bintik dan peningkatan kepekaan terhadap sinar matahari yang dapat menyebabkan ruam seperti fotodermatitis.
5. Mitos kelima: Semakin tinggi SPF maka semakin aman dari paparan sinar matahari
Dilansir dari Parents, Mama mungkin merasa lebih percaya ketika semakin tinggi SPF sunscreen, maka semakin aman anak dari paparan sinar matahari dan tidak perlu khawatir. Sehingga Mama harus mencari sunscreen dengan SPF tinggi, namun sayangnya bukan itu yang terpenting.
Tingginya SPF juga masih perlu diikuti dengan penggunaan ulang. Penting juga untuk dicatat bahwa istilah "tahan air" pada sunscreen juga bisa menyebabkan kesalahpahaman.
Apa yang biasanya tahan air atau waterproof pada tabir surya adalah bahwa ia dapat bertahan hingga 80 menit dalam air, dan kemudian perlu diterapkan kembali.
Nah itulah beberapa mitos seputar yang perlu Mama ketahui. Sinar matahari memang baik untuk memaksimalkan Vitamin D dalam tubuh anak, namun paparan sinar matahari yang berlebihan tentunya bisa menimbulkan berbagai risiko kesehatan.
Kerusakan kulit dan kanker adalah sesuatu yang terjadi karena kerusakan selama bertahun-tahun, namun ini bisa dicegah ketika Mama dapat memberikan anak perawatan sejak dini dengan memastikannya terlindungi dari paparan sinar matahari yang berlebihan.
Baca juga:
- 7 Hal yang Perlu Diketahui Tentang Sunscreen untuk Remaja
- Perlu Dibiasakan Sejak Remaja, Inilah 5 Manfaat Penggunaan Sunscreen
- 9 Rekomendasi Sunscreen untuk Remaja dengan Kulit Kering