14 Penyakit Orang Dewasa yang Bisa Menyerang Anak-Anak
Obesitas sejak usia anak-anak, meningkatkan risiko anak terkena penyakit orang dewasa
21 Februari 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Seiring perkembangan zaman dan perubahan pola hidup, seorang anak bisa mengalami penyakit yang dulunya dianggap sebagai penyakit orang dewasa.
Penyakit orang dewasa merupakan beberapa penyakit yang seringkali dianggap hanya bisa menyerang kelompok umur tertentu, misalnya orang dewasa di atas 40 tahun.
Hal ini erat kaitannya dengan gaya hidup terutama anak-anak yang hidup di wilayah perkotaan yang rentan stres, terpapar polusi, rendahnya kesadaran gizi, kurangnya aktivitas fisik, hingga menjalani pola hidup tak sehat.
Lantas penyakit orang dewasa apa yang bisa menyerang usia anak-anak?
Dilansir dari WebMD, yuk simak informasinya yang telah Popmama.com rangkum beberapa penyakit orang dewasa yang bisa menyerang anak-anak, di bawah ini!
1. Kegemukan atau obesitas
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) memprediksi bahwa terdapat sekitar 60 juta anak dengan obesitas di Indonesia pada tahun 2020, berdasarkan ukuran usia, tinggi, dan berat badan mereka yang disebut indeks massa tubuh (BMI).
Riwayat keluarga memang terkait dengan ukuran dan bentuk tubuh anak, namun begitu pula dengan perilaku. Jika orangtua terlalu banyak mengonsumsi makanan yang kurang sehat dan terlalu sedikit aktivitas fisik, dapat memainkan peran besar yang berpengaruh pada gaya hidup anak.
Obesitas dapat menyebabkan berbagai jenis masalah kesehatan, sehingga penting untuk berkonsultasi dengan dokter anak untuk memastikan berat badan anak tetap sehat dan ideal.
2. Tekanan darah tinggi
Sama seperti pada orang dewasa, obesitas juga dapat menyebabkan hal tekanan darah tinggi pada anak-anak. Ini juga bisa menjadi tanda masalah ginjal atau jantung.
Sayangnya, tekanan darah tinggi pada anak bisa muncuk tanpa ada gejala, sehingga dokter anak mengatakan pemeriksaan tekanan darah harus menjadi bagian dari pemeriksaan tahunan.
Jika tidak diobati, tekanan darah tinggi dapat membuat anak mengalami banyak masalah kesehatan di kemudian hari, seperti masalah jantung atau stroke.
Namun sebagian besar waktu, Mama dapat mengontrol tekanan darah anak melalui penurunan berat badan (mengikuti referensi dari dokter anak atau ahli gizi), olahraga teratur, dan mengurangi garam.
3. Kolesterol tinggi
Sebenarnya, setiap orang membutuhkan kolesterol untuk kesehatan sel dan saraf. Namun jika terlalu banyak kolesterol, justru dapat menumpuk dan mulai menyumbat arteri. Kerusakan dapat dimulai pada masa kanak-kanak dan menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu.
Kolesterol tinggi seringkali disebabkan oleh kebiasaan makan yang buruk. Ini juga lebih mungkin terjadi jika anak menderita diabetes atau jika kolesterol tinggi menurun dalam keluarga. WebMD menyarankan bahwa semua anak harus menjalani tes kolesterol antara usia 9 dan 11 tahun.
4. Diabetes tipe 2
Ini dulu disebut diabetes "dewasa", tetapi ternyata muncul lebih banyak pada anak-anak. Dan sekali lagi, obesitas pada masa kanak-kanak mungkin menjadi alasannya. Kelebihan berat badan memengaruhi cara tubuh mengubah makanan menjadi bahan bakar.
Seiring waktu, seorang anak dapat memiliki terlalu banyak gula dalam kadar gula darahnya, dan itu dapat menyebabkan kerusakan sel dan organ di seluruh tubuh. Anak-anak bisa mengontrol gula darahnya dengan makan makanan sehat dan berolahraga secara teratur.
5. Penyakit hati berlemak non-alkohol
Obesitas pada anak juga dapat dikaitkan dengan peningkatan penyakit hati berlemak non-alkohol di antara anak-anak. Seperti diabetes tipe 2, kondisi ini terkait dengan masalah cara tubuh anak dalam menangani gula darah.
Beberapa anak tidak menunjukkan gejala penyakit hati berlemak. Namun, segera hubungi dokter jika Mama melihat anak mengalami gejala seperti sakit perut bagian kanan atas, mudah merasa lelah atau lemah, kulit atau mata menguning, dan sesak napas ketika berolahraga.
Jika terlalu banyak lemak menumpuk di dalam hati, itu dapat menyebabkan pembengkakan dan jaringan parut. Mendapatkan berat badan yang ideal dan sehat melalui penerapan pola makan yang tepat serta melakukan aktivitas fisik dapat membantu mencegah hal ini terjadi.
6. Batu empedu
Pada anak-anak, batu kecil dan keras yang terbentuk di kantong empedu ini biasanya merupakan efek samping dari kelainan darah tertentu, seperti penyakit sel sabit. Tapi obesitas bisa membuat anak lebih mungkin untuk mendapatkannya.
Batu empedu menyebabkan sakit perut yang mungkin lebih buruk setelah makan. Mereka bisa berbahaya jika sudah memblokir saluran yang mengirim cairan ke usus. Segera hubungi dokter anak jika anak mama mengalami nyeri seperti ini disertai mual, demam, atau warna kekuningan pada kulit atau matanya.
Editors' Pick
7. Sleep apnea
Menjadi kegemukan juga bisa membuat anak mendengkur atau bahkan berhenti bernapas sebentar di sepanjang waktu tidurnya, namun penyebab utama sleep apnea pada anak adalah amandel yang besar.
Ketika itu masalahnya, operasi untuk mengeluarkan amandel biasanya memperbaikinya. Jika tidak, anak mungkin perlu menurunkan berat badan dengan mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi, aktivitas fisik yang rutin, atau menggunakan mesin pernapasan.
8. Batu ginjal
Ketika seorang anak mendapatkan gumpalan mineral yang keras ini, biasanya ini disebabkan karena penyakit atau masalah pada saluran kemihnya. Batu ginjal juga bisa terbentuk jika si Anak tidak cukup minum, sehingga konsentrasi mineral dalam urinnya terlalu tinggi.
Batu ginjal bisa sangat menyakitkan dan dapat menyebabkan masalah serius jika sudah menghalangi aliran urin. Batu-batu kecil ini biasanya keluar dengan sendirinya, tetapi yang besar mungkin harus dipecah atau dikeluarkan bahkan dengan cara operasi.
9. Herpes zoster
Jika anak mama menderita cacar air atau mendapatkan vaksinnya, ia bisa terkena herpes zoster. Virus yang menyebabkan kedua penyakit tersebut bersembunyi di sistem saraf tubuh dan dapat menyerang ketika sistem kekebalan tubuh anak melemah.
Herpes zoster muncul sebagai ruam melepuh yang menyakitkan dan gatal. Biasanya bergaris di satu sisi tubuh dan mengelupas dalam waktu sekitar satu minggu. Namun, herpes zoster pada anak cenderung ringan.
10. Gangguan kesehatan mental
Beberapa gangguan mental dapat didiagnosis pada masa kanak-kanak, ini termasuk ADHD dan autisme. Namun saat ini banyak jenis lain yang juga mulai ditemukan pada saat anak masih kecil. Ini bahkan seperti depresi, kecemasan, dan gangguan makan.
Penting bagi Mama untuk mengetahui apa tanda-tanda gangguan kesehatan mental pada anak. Meskipun penting untuk mencari tahu gejalanya, hindari melakukan self-diagnosis atau mendiagnosis sendiri masalah kesehatan mental yang dialami anak.
Self-diagnosis bisa membuat anak menjadi panik, membuat gangguan sebenarnya terabaikan, memperparah kondisi kesehatan mental, menyangkal masalah mental yang sedang dialami, hingga enggan berkonsultasi dengan pakar.
Sehingga, sebaiknya temui dokter anak untuk membantu Mama memutuskan apakah anak harus menemui spesialis atau tidak.
11. Stroke
Stroke terjadi saat aliran darah terputus ke bagian otak. Meskipun jauh lebih umum pada orang dewasa, stroke ternyata bisa terjadi pada usia berapa pun, bahkan pada anak-anak, yang biasanya disebabkan oleh masalah kesehatan.
Misalnya, penyakit sel sabit dapat mempersempit arteri di otak dan membuatnya lebih mungkin tersumbat oleh bekuan darah. Kondisi lain, termasuk gangguan pembekuan darah dan masalah di jantung atau pembuluh darah, dapat meningkatkan risiko stroke pada anak.
Namun, anak-anak biasanya lebih mudah mengatasi stroke daripada orang dewasa.
12. Arthritis atau radang sendi
Sendi yang kaku dan pegal seringkali datang bersamaan dengan keausan normal akibat penuaan. Tapi anak-anak juga bisa mengalaminya. Anak yang mengalami radang sendi biasanya disebabkan oleh masalah autoimun, yang berarti pertahanan tubuh sendiri menyerang jaringan sehat dan menyebabkan peradangan.
Namun obesitas juga bisa membuat anak lebih mungkin menderita radang sendi dan masalah persendian lainnya. Membawa beban ekstra memberi tekanan pada persendian dan dapat merusak pelat pertumbuhan yang membantu mengontrol panjang dan bentuk tulang anak.
13. Osteoporosis atau pengeroposan tulang
Hilangnya massa tulang yang umum pada perempuan dewasa dan lansia ini, terkadang dapat muncul pada anak-anak. Ini bisa menjadi efek samping dari penyakit atau obat seperti steroid atau obat kanker.
Ini juga dapat terjadi jika anak mama tidak mendapatkan asupan kalsium atau Vitamin D yang cukup, atau jika anak tidak dapat aktif secara fisik. Dalam kasus tanpa penyebab yang jelas, anak-anak dapat tumbuh begitu saja.
Seorang anak dengan osteoporosis mungkin mengalami rasa sakit saat berjalan, atau tulang mereka lebih mudah patah.
14. Glaukoma
Beberapa anak dilahirkan dengan masalah di mata mereka yang membuat cairan tidak mengalir. Itu menyebabkan penumpukan tekanan yang berbahaya di dalam mata.
Mama mungkin memerhatikan si Kecil yang sensitif terhadap cahaya atau memiliki jumlah air mata yang tidak biasa. Matanya mungkin juga terlihat membesar atau keruh.
Glaukoma pada masa kanak-kanak diobati dengan pengobatan atau pembedahan untuk menjaga saraf optik agar tidak rusak dan melindungi penglihatannya.
Nah itulah beberapa penyakit orang dewasa yang bisa menyerang usia anak-anak. Dari 14 penyakit diatas, banyak diantaranya yang dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup yang sehat, seperti mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang dan melakukan aktivitas fisik dengan rutin.
Sehingga, untuk mencegah anak terkena penyakit di atas, baik di masa kini atau di masa depan, yuk mulai terapkan gaya hidup sehat pada anak sejak usia dini. Tujuannya agar anak jadi terbiasa melakukannya hingga dewasa kelak!
Baca juga:
- 6 Manfaat Ubi Ungu untuk Menjaga Kesehatan Anak Obesitas
- Kenali Gejala dan Penyebab Penyakit Batu Ginjal pada Anak
- 10 Jenis Kanker yang Paling Banyak Menyerang Anak-Anak di Dunia