Cari Tahu, 9 Penyebab Alergi pada Anak Selain Makanan
Alergi tidak hanya disebabkan oleh makanan saja lho Ma!
24 Juni 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tidak ada orangtua yang ingin melihat anaknya menderita alergi. Namun, setiap anak dapat mengembangkan alergi, apalagi ketika berasal dari keluarga yang memiliki riwayat alergi. Alergi umumnya dikaitkan dengan makanan.
Beberapa makanan seringkali memicu alergi pada anak-anak, seperti ikan-ikanan, telur, susu, kacang, dan lain-lain. Tapi selain makanan, beberapa anak dapat alergi pada hal-hal yang biasa ditemukan di rumah dan dilingkungan.
Identifikasi dini penyebab alergi pada anak, agar membantu anak untuk menghindari alergen atau pemicu alergi. Hal ini juga akan meningkatkan kualitas hidup dan tentunya kesehatan anak. Lalu apa saja penyebab alergi selain makanan pada anak?
Kali ini Popmama.com akan membahas 9 penyebab alergi pada anak selain makanan yang harus Mama ketahui. Simak daftarnya di bawah ini!
1. Reaksi alergi ringan atau sedang
Reaksi alergi ringan dan sedang sering terjadi pada sebagian anak, tetapi kematian akibat reaksi alergi jarang terjadi. Kematian dapat terjadi jika ada penundaan dalam memberikan obat kepada anak yang mengalami reaksi.
Gejala reaksi alergi ringan atau sedang biasanya mencakup satu atau beberapa hal berikut:
- Ruam, gatal-gatal atau bekas luka
- Pembengkakan pada wajah, mata atau bibir
- Mulut kesemutan
- Gejala eksim, demam atau asma, gejala ini mungkin lebih buruk dari biasanya
- Diare, sakit perut atau muntah.
Perhatikan bahwa jika anak mengalami diare, sakit perut, atau muntah setelah disengat serangga, tandanya anak mengalami reaksi alergi yang parah.
Apa yang harus dilakukan tentang reaksi ringan sampai sedang:
Dilansir dari raisingchildren.net.au, jika menurut Mama, anak mengalami reaksi alergi ringan hingga sedang, Mama dapat memberi anak satu dosis antihistamin. Faktanya, memiliki antihistamin di kotak P3K rumah adalah ide yang tepat.
Sebaiknya gunakan antihistamin yang tidak akan membuat anak mengantuk. Apoteker atau dokter dapat memberi tahu merek dan dosis yang paling sesuai untuk anak.
2. Reaksi alergi yang parah atau anafilaksis
Anafilaksis adalah reaksi alergi yang parah sehingga dapat mengancam jiwa, kondisi ini membutuhkan perhatian medis segera. Jika anak mengalami reaksi anafilaksis, pertama-tama baringkan anak atau biarkan dia duduk. Jangan biarkan dia berdiri atau berjalan-jalan.
Gejala mungkin termasuk satu atau lebih dari yang berikut ini:
- Sulit bernapas atau napas berbunyi
- Lidah dan tenggorokan bengkak atau sesak
- Kesulitan berbicara atau suara serak
- Mengi atau batuk terus-menerus
- Pusing terus-menerus atau pingsan
- Pucat dan lemah (untuk anak yang lebih kecil)
- Tekanan darah rendah
- Diare, sakit perut atau muntah setelah gigitan atau sengatan serangga.
Apa yang harus dilakukan tentang reaksi alergi anafilaksis:
Segera hubungi petugas medis untuk mendapatkan bantuan dan juga arahan. Suntikan ephinephrine menjadi salah satu pengobatan syok anafilaksis. Dokter akan memberikan suntikan secepatnya pada anak yang mengalami reaksi alergi anafilaksis.
3. Alergi obat
Anak mungkin mengalami ruam atau bengkak saat minum obat resep seperti antibiotik. Ini mungkin akibat dari alergi obat. Tapi terkadang ruam dan pembengkakan mungkin disebabkan oleh infeksi yang mendasarinya daripada alergi.
Jika anak mama mengalami diare atau muntah setelah minum obat, itu mungkin bukan reaksi alergi. Ini lebih mungkin disebabkan oleh penyakit atau efek obat pada perutnya.
Reaksi terhadap vaksinasi di tempat suntikan sering terjadi dan biasanya berupa nyeri, kemerahan, dan bengkak. Anak mungkin juga mengalami demam ringan. Reaksi alergi yang sebenarnya terhadap vaksin sangat jarang.
Editors' Pick
4. Alergi tungau dan debu
Tungau debu hidup di hampir setiap rumah dengan iklim tropis dan lembab, di tempat-tempat seperti kasur, bantal, mainan empuk, perabotan lembut, dan karpet. Gejala umum alergi tungau debu termasuk demam, eksim, dan asma.
Selain itu, jika hidung anak tersumbat, dia mungkin mendengkur. Alergi tungau debu tidak bersifat musiman, dan bisa terjadi sepanjang tahun.
Pencegahan
Mama mungkin tidak dapat menyingkirkan semua tungau debu di rumah, tetapi Mama dapat mengurangi jumlahnya dan menyingkirkan alergen yang dihasilkannya. Yang terbaik adalah fokus pada tempat tidur dan kamar tidur anak.
Mama dapat mengurangi tungau debu di area ini dengan:
- Menutupi tempat tidur anak dengan penutup tungau debu, yang akan menjauhkan tungau debu dari anak saat dia tidur
- Mencuci seprai dan sarung bantal guling setiap minggu dalam air bersuhu 60 ° c
- Mencuci selimut, boneka, dan penutup tungau debu setiap dua bulan dengan air panas
- Mengeluarkan semua mainan lunak dari kamar tidur, atau mencucinya setiap minggu dengan minyak kayu putih.
Hal lain yang dapat Mama lakukan termasuk:
- Menjaga rumah sebersih mungkin
- Rutin menyedot debu karpet menggunakan penyedot debu yang baik dengan filter
- Menjaga tingkat kelembapan di rumah tetap rendah dengan menggunakan exhaust fans atau kipas di dapur dan kamar mandi, serta menjaga jendela tetap terbuka
- Mencoba untuk tidak memiliki banyak karpet di rumah jika memungkinkan
- Mencoba untuk tidak menutupi furnitur dengan kain, misalnya, hindari meletakkan karpet di atas sofa.
5. Alergi hewan peliharaan
Anak juga bisa memiliki alergi terhadap rambut, bulu, dan air liur hewan seperti kucing, anjing, kuda, dan kelinci. Alergi pada hewan biasanya menimbulkan gejala pada kulit, hidung atau mata akibat kontak dengan bulu hewan tersebut.
Alergi ini kemungkinan besar menyebabkan kulit gatal, gatal-gatal, hidung meler, dan mata gatal. Beberapa alergi pada hewan juga dapat memperburuk demam atau asma anak yang dialami anak.
Pencegahan
Jika hewan peliharaan menjadi penyebabnya, solusi terbaik bagi anak untuk menghindari kontak adalah dengan menjaga hewan tersebut jauh dari jangkauan anak. Jangan biarkan hewan tidur di tempat tidur anak atau di kamar tidurnya.
Jika anak bereaksi terhadap hewan peliharaan orang lain, Mama dapat memberinya dosis antihistamin sekitar 30 menit sebelum mengunjungi rumah dengan hewan yang menjadi pemicu alergi anak. Anak
Mama juga harus menghindari menyentuh hewan yang menjadi pemicu alerginya. Setelah itu, ganti pakaian anak segera setelah sampai di rumah dan membawanya ke kamar mandi untuk menghentikan alergen masuk ke dalam rumah. Cara tersebut biasanya cukup untuk mengendalikan gejala.
6. Alergi terhadap rumput, gulma, dan serbuk sari
Alergi terhadap serbuk sari, rerumputan dan gulma biasa terjadi pada anak. Alergi ini biasanya menyebabkan gejala demam, yang terkadang termasuk berair, mata dan hidung gatal.
Alergi ini cenderung menjadi lebih buruk pada musim semi dan musim panas, ketika rumput dan tanaman lain sedang berbunga.
Beberapa anak dapat mengalami ruam kulit setelah menyentuh rumput, atau eksimnya mungkin bertambah parah. Ini biasanya terjadi karena kulit anak yang teriritasi jika bersentuhan dengan rumput, namun iritasi mungkin juga bukan akibat reaksi alergi.
Pencegahan
Cara terbaik untuk mengurangi paparan anak terhadap rumput, gulma, dan serbuk sari adalah:
- Memantau perkiraan serbuk sari untuk hari-hari dengan jumlah serbuk sari yang tinggi
- Menutup jendela dan pintu dan tetap berada di dalam rumah pada hari-hari dengan jumlah serbuk sari yang tinggi dan hari-hari yang berangin
- Menyuruh anak mandi setelah bermain di luar, terutama jika anak mulai merasa gatal.
7. Alergi lateks
Alergi lateks bisa menjadi masalah ketika anak mengalami kemerahan, ruam atau bengkak setelah kontak dengan produk yang mengandung lateks. Ini bisa berupa balon, sarung tangan karet, dot botol bayi, atau boneka.
Jika anak memiliki alergi lateks, Mama harus segera berkonsultasi dengan dokter anak dan perawatan kesehatan lainnya yang untuk membantu Mama dalam memutuskan penggunaan produk selain lateks yang bisa digunakan anak.
Dilansir dari raisingchildren.net.au, beberapa orang mengalami reaksi anafilaksis terhadap lateks. Jika anak mengalami salah satu dari tanda dan gejala anafilaksis, baringkan dia, hubungi ambulan, dan biarkan dokter memberikan injeksi untuk mencegah reaksi semakin parah.
8. Alergi serangga
Sengatan dan gigitan serangga adalah hal biasa, terutama jika anak banyak menghabiskan waktunya di luar ruangan. Sengatan atau gigitan serangga biasanya hanya menyebabkan rasa sakit sementara dan kemerahan di sekitar sengatan. Namun, pada beberapa anak, reaksinya bisa lebih buruk.
Anak kemungkinan dapat mengalami sengatan lebah, tawon, dan semut penyengat, serta gigitan kutu. Gigitan nyamuk dan lalat juga sangat umum, namun reaksi parah terhadap hal ini sangat jarang terjadi.
Gejala sengatan serangga yang umum adalah, rasa sakit yang tajam dan menyengat di tempat gigitan atau sengatan, selain itu muncul tanda putih dikelilingi oleh area kecil, merah, dan bengkak. Nyeri biasanya hilang dalam beberapa jam.
Reaksi terhadap gigitan dan sengatan serangga
Pada sebagian anak, mungkin mengalami pembengkakan, bekas luka atau gatal-gatal yang berbeda setelah gigitan serangga. Pembengkakan terkadang bisa meningkat selama beberapa hari. Namun, sejumlah kecil anak mengalami anafilaksis setelah disengat atau digigit serangga.
Sengatan serangga dapat diobati dengan:
- Menghilangkan sengatan jika masih ada di kulit, dengan mengeluarkan sengatan jika memungkinkan
- Mencuci area yang disengat atau digigit
- Mengoleskan kompres dingin ke tempat sengatan atau gigitan
- Memberi anak dosis antihistamin jika area tersebut sangat gatal
- Memberi anak parasetamol atau ibuprofen dalam dosis yang dianjurkan jika area tersebut terasa sakit.
- Jika anak mengalami gejala anafilaksis, segera hubungi ambulan
Ahli alergi atau imunologi mungkin juga berbicara dengan Mama tentang manfaat imunoterapi alergen jika anak berisiko mengalami anafilaksis akibat sengatan serangga atau semut. Perawatan ini biasanya membutuhkan waktu 3-5 tahun untuk menyelesaikannya, tetapi bisa efektif.
Cegah sengatan serangga dan gigitan pada anak dengan:
- Menyuruhnya memakai sepatu, celana saat berada di luar, dan pakaian lengan panjang serta berwarna terang agar tidak menarik lebah dan tawon, serta sarung tangan jika anak sedang berkebun.
- Waspada terhadap area tempat serangga sangat aktif, misalnya, di dekat sarang lebah atau di sekitar kolam renang
- Hilangkan sarang serangga di rumah oleh jasa profesional
- Jangan biarkan minuman kaleng terbuka saat anak berada area yang banyak serangga, karena tawon dan lebah dapat merangkak di dalam.
9. Alergi dan intoleransi kimiawi
Bahan kimia dalam barang-barang umum seperti perhiasan logam, pewarna pakaian, bahan perekat, dan lem dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit, yang disebut dermatitis kontak. Anak mungkin juga bereaksi terhadap krim, salep, atau tabir surya yang digunakan pada kulitnya.
Reaksi ini biasanya tidak mengancam jiwa. Jika keluarga memiliki riwayat kulit sensitif, Mama dapat mencoba menggunakan produk hipoalergenik pada kulit anak. Mencoba produk pada area kecil di kulit sebelum pemakaian sehari-hari, adalah ide yang tepat.
Selain itu, jaga rumah sebisa mungkin “bebas bau”, dengan meminimalkan penggunaan produk pembersih berpewangi atau penyegar udara. Karena beberapa aroma ruangan dapat mengiritasi kulit dan hidung anak.
Jika Mama merasa anak mengalami gejala alergi dan tidak yakin apa penyebabnya, konsultasikan dengan ahli alergi untuk mendapatkan tes alergi. Hasilnya tesnya dapat membantu Mama dalam menentukan sumber gejala.
Itulah penyebab alergi pada anak. Selanjutnya anak bisa lebih berhati-hati dalam menghindari pemicu alergi, serta membuka peluang untuk melakukan metode pengobatan lain, seperti imunoterapi. Semoga informasinya bermanfaat, Ma!
Baca juga:
- Begini Cara Bedakan Batuk Pilek Biasa dan Alergi pada Batita
- Mama Bisa Lakukan 4 Hal Ini Saat Si Kecil Mengalami Alergi
- Kenali Gejala Alergi Makanan pada Anak dan Cara Mengatasinya