Inilah 6 Perbedaan Dampak Perceraian pada Anak Laki-Laki dan Perempuan
Perceraian dapat memengaruhi anak secara berbeda, seperti usia dan jenis kelamin anak
6 Juli 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Perceraian berdampak bagi siapa pun yang terlibat, termasuk pada anak-anak. Ketika dua orang memutuskan untuk bercerai, mungkin ada perasaan sulit dan kata-kata menyakitkan yang dibagikan. Dampak ini bisa terjadi secara signifikan jika tidak ditangani dengan benar.
Perceraian dapat memengaruhi anak-anak dengan cara yang berbeda tergantung pada beberapa faktor, seperti usia anak, keadaan perceraian, dan jenis kelamin anak.
Penelitian telah menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara dampak perceraian pada anak laki-laki dan anak perempuan.
Agar bisa ditangani dengan segera, penting bagi orangtua untuk mengetahui apa saja dampak perceraian pada anak perempuan dan anak laki-laki. Untuk itu, Popmama.com telah merangkum perbedaan dan informasi selengkapnya di bawah ini.
Dampak Perceraian Pada Anak Perempuan
Menurut sebuah penelitian tahun 2004 yang terdapat dalam jurnal National Library of Medicine, anak perempuan yang menghadapi perceraian, berisiko menekan perasaannya saat bersenang-senang bersama orangtua mereka dan orang dewasa lain yang mungkin berinteraksi dengannya.
Selain itu, ada beberapa efek lainnya yang perlu diketaui:
1. Motivasi untuk berhasil di bidang akademik yang menurun
Dalam sebuah penelitian berjudul “Reconsidering the “Good Divorce”” di tahun 2011, Dr. Paul R. Amato, seorang ahli di bidang keluarga dan perceraian mengklaim bahwa hubungan Mama-anak cenderung bertahan dari tekanan perceraian.
Sayangnya, penelitian ini menunjukkan bahwa perceraian dapat berdampak negatif terhadap sikap anak-anak perempuan terhadap sekolah dan pendidikan.
10 persen anak perempuan yang telah mengalami perceraian, melaporkan bahwa mereka memiliki keinginan yang lebih rendah untuk berhasil di sekolah.
2. Pubertas yang lebih cepat
Salah satu temuan menarik adalah bahwa dampak perceraian orangtua dapat memiliki efek fisiologis pada anak perempuan.
Remaja perempuan antara usia 10-14 tahun dalam keluarga yang bercerai atau menikah lagi menunjukkan awal menstruasi dan pematangan fisik. Namun, banyak dari anak yang tidak siap untuk perubahan emosional yang terkait dengan pubertas.
Editors' Pick
3. Ingin lebih cepat dewasa
Selain itu, anak perempuan dalam keluarga yang bercerai mungkin merasa seolah-olah harus menjadi dewasa lebih cepat, terutama ketika orangtua yang bercerai menunjukkan kerentanan dan membutuhkan dukungan.
Seringkali seorang Mama akan berpaling ke anak perempuannya untuk mendapatkan kenyamanan, menggambarkannya sebagai seorang teman atau saudara perempuan dan menceritakan kepadanya tentang segala sesuatu, termasuk depresi, kesepian, dan tekanan lainnya.
Hal ini memberi tekanan pada anak perempuan ketika orangtua membebani perjuangannya, karena anak belum memiliki kedewasaan untuk menanggapi masalah orang dewasa dan ia mungkin merasa tidak siap untuk memberikan dukungan yang dibutuhkan oleh orangtua yang bercerai.
Dampak Perceraian Pada Anak Laki-Laki
Masih dilansir dari penelitian sebelumnya di tahun 2004 yang berjudul “Divorce and Child Behavior Problems: Applying Latent Change Score Models to Life Event Data”, perceraian orangtua di usia muda meningkatkan agresi pada anak laki-laki, yang dapat menyebabkan pertengkaran dan perilaku nakal lainnya.
Risiko perilaku nakal meningkat ketika pernikahan dirusak oleh konflik sebelum perceraian. Selain itu, ada beberapa efek lainnya yang perlu diketaui:
1. Anak laki-laki terpengaruh secara psikologis
Sementara efek perceraian memiliki dampak fisiologis pada anak perempuan, perceraian cenderung berdampak pada anak laki-laki secara psikologis.
Dilansir dari New York Times, ketika orangtua bercerai, kesejahteraan psikologis dan harga diri anak laki-laki menurun. Sedangkan pada anak laki-laki usia prasekolah, dapat menjadi lebih bergantung pada orangtua dan menantang untuk tahun pertama setelah perceraian.
2. Perkembangan anak laki-laki bisa tertunda tanpa kontak Papa
Anak laki-laki cenderung kehilangan kontak reguler dengan Papa-nya beberapa tahun setelah perceraian, yang dapat berdampak buruk pada anak laki-laki. Kehilangan Papa dapat mempersulit atau menunda penyesuaian dan perkembangannya.
Walaupun umumnya Mama cenderung mendapatkan hak asuh anak setelah perceraian, namun peran seorang Papa dengan anak laki-lakinya harus tetap terlibat selama menyesuaikan diri dengan kehidupan setelah perceraian.
3. Mampu menyesuaikan diri dengan pasangan baru dari Mama
Dilansir dari Family Means, orangtua yang bercerai mengungkapkan kekhawatiran apakah berkencan atau menikah kembali dapat berdampak negatif terhadap perkembangan anak-anak atau sikapnya terhadap anggota keluarga.
Dalam beberapa kasus, hubungan baru, Mama tiri baru, atau Papa tiri dapat menambah stres pada anak-anak saat mereka belajar menyesuaikan diri dengan orang dewasa lain yang mengambil alih peran orangtuanya sendiri.
Namun, sebuah penelitian yang dilansir dari Moms, menunjukkan bahwa anak laki-laki terkadang menganggap Papa tiri baru sebagai sekutu atau teman, dan lebih menerima perubahan daripada anak perempuan, terutama ketika Mama memiliki hak asuh dan anak tidak melihat Papanya secara teratur.
Orangtua dapat membantu anak-anak menghadapi perceraian jika memahami bagaimana cara mengasuh anak-anaknya setelah terpengaruh oleh perceraian.
Cara Tepat dalam Mengasuh Anak Laki-Laki & Perempuan Setelah Perceraian
Penting untuk diingat bahwa anak-anak selalu membutuhkan orangtua mereka. Menyesuaikan diri dengan gaya hidup baru akan sulit bagi anak laki-laki dan perempuan.
Meskipun mereka mungkin terpengaruh secara berbeda, dukungan berkelanjutan selama masa transisi akan memastikan bahwa anak laki-laki dan perempuan tidak menderita efek emosional, psikologis, dan fisiologis.
Seperti rendah diri, depresi, marah, takut ditinggalkan, atau takut digantikan oleh saudara kandung atau saudara tiri jika salah satu orangtuanya menikah lagi atau memulai keluarga lain.
Mempertahankan rutinitas sehari-hari juga memberikan stabilitas, untuk menunjukkan pada anak bahwa perceraian tidak akan berdampak apapun pada keseharian anak.
Selain itu, semua konflik setelah harus dijauhkan dari anak, yang dapat menjadi sulit selama masa yang bergejolak.
Jika konflik tak dapat dihindari, cobalah untuk menunggu sampai anak tidur atau berada di luar jangkauan pendengaran. Aturan praktis yang baik adalah melakukan percakapan yang sulit di telepon atau di luar rumah.
Itulah beberapa dampak perceraian yang berbeda diantara anak laki-laki dan anak perempuan. Namun, ketahuilah bahwa ini hanya beberapa kemungkinan dampak perceraian pada anak-anak, itu sama sekali tidak mutlak, atau tertulis di atas batu.
Tetap waspadai perubahan yang terjadi pada anak, baik secara fisik ataupun secara psikologis, pertahankan komunikasi terbuka, dan bersiaplah untuk mencari dukungan profesional jika diperlukan. Dengan bantuan orangtua, anak akan melewati ini.
Baca juga:
- Yuk Berkenalan dengan Paralel Parenting Pola Asuh Pasca Penceraian
- Dikabarkan akan Bercerai, Nathalie Holscher Tak Menghapus Foto Ferdy
- Cara Menjelaskan Perceraian Orangtua pada Anak