5 Pola Pengasuhan yang Bisa Membuat Anak Jauh dari Orangtua
Jika tak ingin memiliki hubungan yang renggang dengan anak, yuk hindari pola asuh ini!
12 Maret 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Salah satu tugas tersulit bagi para orangtua adalah memiliki gaya pengasuhan yang positif dan konsisten. Setiap orangtua tentu ingin membesarkan anak yang positif, disiplin, bertanggung jawab, mandiri, dan lain-lain.
Karena tak ada satu buku untuk mengajarkan orangtua bagaimana menjadi "orangtua yang sempurna", terkadang kebanyakan orangtua menggunakan pengalaman bagaimana mereka dibesarkan, sebagai cetak biru dalam hal mengasuh anak.
Sayangnya, ada beberapa pengasuhan yang harus mulai dihentikan, karena memiliki konsekuensi jangka panjang pada anak-anak. Termasuk menyebabkan hubungan yang renggang dengan orangtua.
Untuk mencegah hal tersebut, kali ini Popmama.com telah merangkum apa saja pola pengasuhan yang bisa membuat anak jauh dari orangtua.
Semoga Mama Papa tidak melakukan salah satunya ya!
1. Memberikan disiplin fisik seperti memukul
Sebuah penelitian yang dilansir dari India Times, telah menunjukkan bahwa segala jenis disiplin fisik merugikan kesehatan anak. Memberikan pendisiplinan seperti memukul anak, dapat mengubah struktur otak dan tidak akan berkontribusi pada perubahan perilaku yang efektif.
Selain faktor-faktor ini, disiplin fisik juga mendorong perilaku yang sama pada anak, dan dapat mengakibatkannya memukul teman-temannya di masa depan. Disiplin fisik akan membuat anak menjauhi orangtuanya karena sadar akan akibat yang ditimbulkan berupa pemukulan.
Sehingga, cobalah berbicara kepada anak melalui emosinya dan menyarankan cara-cara di mana ia dapat mengelola emosinya dengan lebih baik dan membuat perubahan dalam perilakunya, yang tidak benar atau keluar dari jalur.
Disiplin fisik juga menimbulkan perilaku berbohong, kerahasiaan, dan sembunyi-sembunyi, yang akhirnya akan mengakibatkan kecemasan pada anak, dan mengarah pada perilaku menghindar lebih lanjut.
Editors' Pick
2. Kurangnya konsisten dalam mendisiplinkan anak
Disiplin itu sendiri adalah tentang konsistens, dan segala bentuk disiplin akan sia-sia jika orangtua tidak konsisten dalam menerapkannya.
Inkonsistensi ditunjukkan misalnya, jika Mama membuat batasan untuk tidak boleh menyaksikan televisi di atas jam delapan. Di satu hari Mama mematikan televisi tepat jam delapan, namun di hari lain Mama membiarkan anak menyaksikan televisi sampai tengah malam.
Hal ini dapat menimbulkan kebingungan dan diikuti oleh kecemasan dalam perilaku anak.
Ketika terjadi peristiwa buruk, pastikan membicarakan harapan Mama tentang apa yang harus anak lakukan selanjutnya dan mengapa ia tidak boleh melanggar batasan.
Kemudian terapkan batasan itu dengan konsisten setiap hari. Ini akan memberikan kejelasan bagi anak untuk berperilaku.