5 Risiko Jika Orangtua Memaksa Anak Unggul di Segala Bidang
Anak bisa menghalalkan segala cara demi mewujudkan keinginan orangtua
13 Agustus 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap orangtua tentu menaruh mimpi pada anak agar bisa diwujudkan pada masa depannya. Salah satunya, ingin memiliki anak yang menjadi generasi emas yang pintar dan cemerlang.
Tentunya ini bukan suatu yang salah.
Tetapi, hal yang keliru adalah ketika orangtua ingin memiliki anak yang cerdas, namun mereka cenderung menekan anak dan justru menjadikannya sebagai seseorang yang harus lihai dalam menguasai berbagai bidang ilmu.
Anak akan menjadi korban dan malah tertekan dalam menjalani hidupnya yang masih belia karena tuntutan dari orangtuanya.
Agar orangtua tidak salah mengambil langkah, berikut ini Popmama.com akan membahas tentang 5 risiko yang perlu orangtua ketahui jika memaksakan anak unggul di segala bidang, yuk di simak!
1. Anak cenderung kesulitan bersosialisasi karena kurangnya interaksi dengan teman sebayanya
Saat orangtua memaksakan anak untuk terus berlatih dan belajar demi bisa unggul di semua bidang, maka anak bisa kehilangan waktu untuk berinteraksi dengan teman-temannya. Ia akan sulit bermain dengan sebayanya karena sibuk dengan jadwal kursus yang padat.
Ketika membatasi ruang anak dalam bersosialisasi, bukan tidak mungkin, anak akan kesulitan untuk mengasah kepekaan sosialnya hingga dewasa.
Bahkan, mungkin anak bisa saja menjadi pribadi yang takut membuka diri karena kurangnya kehidupan sosial bersama lingkungannya.
Hal ini pun bisa berdampak ketika anak dewasa nanti, ia bisa kehilangan ruang untuk memiliki pengalaman bekerja dengan tim, sehingga ia kelak menjadi dewasa yang sulit mengasah jiwa kepemimpinannya.
Editors' Pick
2. Mudah terserang depresi dan memilih untuk mengurung diri dan bersembunyi
Sebagai orangtua, hindari untuk memaksakan kehendak sesuai keinginan diri sendiri tanpa mempertimbangkan perasaan dan kemampuan anak. Sebab anak bukanlah robot yang bisa dipaksa untuk melakukan ini dan itu.
Anak adalah pribadi kecil yang masih butuh sosok dewasa untuk menuntunnya agar bisa menghadapi permasalahan di hidupnya.
Jika anak dipaksa untuk unggul, maka ia akan mudah terserang depresi dan akhirnya memilih untuk mengurung diri dan cenderung bersembunyi dari keramaian orang.
Saat membandingkan anak dengan anak lainnya, pahami jika setiap anak adalah unik yang berbeda, tidak dapat dibandingkan dengan anak atau orang lain begitu saja.
Jika anak unggul di akademis, mungkin ia kurang di bidang non-akademis, atau sebaliknya.
Namun, ini adalah potret yang wajar dan lumrah dalam kehidupan. Sehingga jangan menyalahkan anak saat mereka gagal dalam suatu bidang walaupun sudah berusaha maksimal.
3. Anak menjadi egois dan melakukan segala hal untuk mewujudkan keinginan orangtuanya
Anak yang dipaksa menjadi sosok yang serba bisa, lambat laun akan menjadi pribadi yang egois. Sebab ia merasa semua hal dapat ia lakukan dengan kemampuannya sendiri.
Alhasil, untuk mendapatkan perhatian dari orangtuanya, anak bisa saja bertindak melampaui batas dengan melakukan berbagai cara yang belum tentu benar walaupun sebenarnya memiliki tujuan mulia, yakni ingin orangtuanya bahagia dengan pencapaian anak.
Untuk itu orangtua harus menaruh perhatian agar anak tidak sampai bertindak melampaui batas ya!
4. Kehilangan rasa percaya diri dan sulit menjadi pribadi yang pemberani
Saat memaksa anak untuk menjadi pribadi yang unggul dalam berbagai bidang, bukan tidak mungkin anak dapat merasakan ketakutan yang luar biasa dalam dirinya.
Apalagi jika anak menemui kegagalan saat di sekolah.
Yang anak pikirkan, ia bisa mendapatkan omelan atau hinaan dari orangtuanya karena tidak berhasil mendapatkan nilai yang terbaik di kelas. Akibatnya, anak akan mempunyai ketakutan yang berlebihan.
Jika anak mengalami hal ini, maka ia akan sulit menjadi pribadi yang pemberani. Bahkan saat anak dewasa, anak bisa kesulitan untuk memecahkan masalah lantaran memiliki perasaan takut yang besar.
5. Kurangnya kecerdasan emosional yang membuat anak sulit mengontrol emosi dan hilangnya empati
Anak yang menerima tekanan besar dari orangtua agar bisa sukses di bidang akademis, akan cenderung kurang pada kecerdasan emosional.
Alhasil, anak dapat sulit mengontrol emosi yang ada pada dirinya, bahkan sulit menjaga emosi pada orang lain.
Ia mungkin akan mudah marah jika tidak menyukai sesuatu, atau tidak dapat menerima kritikan dari orang lain. Jika hal ini terus berlarut, maka kecerdasan emosional anak urung terbentuk dan akhirnya ia menjadi pribadi yang sulit menghargai orang lain dan kurang empati pada sekitarnya.
Pahami jika anak adalah karunia dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus di jaga dan dituntun agar menjadi pribadi dengan karakter positif.
Itulah 5 risiko jika orangtua memaksa anak untuk unggul di segala bidang. Gunakan cara-cara yang membuat anak merasa nyaman dan termotivasi sehingga tidak memaksakan kehendak anak, agar anak bisa berhasil dengan cita-cita dan impiannya sendiri.
Baca juga:
- 5 Akibat dari Pola Asuh yang Salah Bisa Merusak Kesehatan Mental Anak
- 5 Alasan Anak Berani Melawan Orangtua dengan Pola Asuh Otoriter
- Agar Perkembangan Anak Optimal, Yuk Terapkan Pola Asuh Demokratis!