5 Sikap Orangtua yang Hambat Prestasi Anak dalam Drama "The Penthouse"
Ambisi dan kompetisi dari tokohnya berpengaruh pada prestasi anak
8 Agustus 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Apakah Mama salah satu penikmat drama Korea Selatan yang satu ini? Yup, drama "The Penthouse" menjadi salah satu drama Korea yang sedang ramai diperbincangkan. Kisahnya yang menguras emosi penonton menjadi alasan mengapa drama ini ramai peminat.
Tak hanya itu, drama ini dikenal dengan para penghuni Hera Palace yang memiliki ambisi dan saling berkompetisi.
Beberapa sikap dari para orangtua di drama The Penthouse jugaa bisa menjadi gambaran toxic parenting yang menghambat prestasi anak.
Kira-kira apa sikap apa saja yang menghambat prestasi anak menurut drama ini? Simak informasinya yang telah Popmama.com rangkum di bawah ini!
1. Sikap orangtua yang terlalu otoriter
Ketika orangtua memiliki sikap yang otoriter, ini dapat menghambat prestasi anak baik secara akademis maupun non-akademis. Ketika menjadi terlalu otoriter, Mama tidak ingin mendengar pendapat anak, membuat aturan tanpa berdiskusi, serta menentukan keputusan anak.
Dalam drama ini diceritakan Cheon Seo-jin mendidik anaknya, Eun-byul dengan sikap otoriter dan dominan. Inilah yang membuat Eun-byul menjadi anak yang tak percaya diri dan sulit mengendalikan emosi karena kurang terampil dalam menyampaikan emosinya.
Dilansir dari Very Well Mind, tindakan otoriter orangtua berisiko menyebabkan anak bertindak lebih agresif di luar rumah karena ia merasa punya harga diri yang rendah.
Editors' Pick
2. Memberikan hukuman secara fisik dan psikis
Dalam drama The Penthouse, Joo Dan Tae kerap menghukum anak-anaknya ketika prestasinya menurun. Seperti yang Mama tahu, sikap orangtua yang sering menghukum secara fisik dan psikis sehingga dapat memengaruhi kondisi mental dan berdampak buruk pada anak.
Dilansir dari Healthline, memiliki masalah emosional dan perilaku adalah dampak buruk yang akan dialami anak ketika ia sering mendapatkan kekerasan secara fisik. Selain itu, masalah ini dapat mengganggu prestasi akademik maupun non-akademik anak.
Alih-alih memberikan hukuman secara fisik atau psikis, Mama dapat membangun komunikasi dengan melakukan diskusi ketika ia mengalami kegagalan kompetisi atau penurunan prestasi. Berkata dan bersikap kasar hanya akan melukai piskis dan fisiknya, jadi hindari ya Ma!