Ciri dan Penyebab Anak Terkena Depresi, Bisa Terjadi karena Orangtua
Depresi dapat terjadi kepada siapa pun termasuk anak
13 Maret 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Apakah Mama sudah tahu? Tidak hanya anak remaja atau orang dewasa, ternyata anak di usia dini pun sudah bisa mengalami depresi. Entah itu depresi ringan maupun depresi berat.
Berdasarkan data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) per Juli 2020, terdapat lebih dari 3.200 (13 persen) anak SD hingga SMA di 34 provinsi di Indonesia yang mengalami gejala depresi.
Namun, depresi pada anak sendiri sulit untuk diidentifikasikan. Hal ini dikarenakan orangtua mungkin menganggapnya sebagai suatu perubahan emosional dan psikologis yang normal.
Maka dari itu, Popmama.com akan membantu Mama memahami penyebab anak depresi dan ciri-ciri anak depresi. Mari disimak.
Ciri-ciri anak terkena depresi
Sebelum memahami penyebab anak mengalami depresi atau merasa sedih yang berlebihan, ada baiknya Mama mengetahui ciri anak yang sudah terkena depresi.
Sebagian besar anak mengalami gejala depresi yang berbeda. Namun, ciri utama depresi adalah kesedihan yang berlanjut sampai mengganggu kegiatan sehari-hari. Sama seperti orang dewasa, anak pun bisa merasa putus asa dan mengalami perubahan suasana hati.
Adapun, berikut ciri-ciri lain yang menandakan gejala anak terkena depresi:
- Anak lebih mudah marah
- Anak sering merasa sedih dan putus asa
- Anak menarik diri dari sosial dan kegiatan lainnya
- Kehilangan minat dan ketertarikan pada aktivitas atau hobi yang dia sukai
- Nafsu makan bisa meningkat atau justru menurun (tergantung anak)
- Perubahan pola tidur, yang tadinya tidur normal menjadi sulit tidur atau terlalu sering tidur
- Sulit berkonsentrasi pada suatu hal atau pikiran serta fokusnya mudah terganggu
- Mudah merasa lelah atau kurang energi
- Anak merasa mudah bersalah dan tidak berharga
- Sering mengeluh sakit kepala atau sakit perut
Mama perlu mewaspadai gejala-gejala tersebut pada anak. Namun, penting untuk tidak langsung mengasumsikan sesuatu atau mendiagnosa sendiri depresi yang ia alami.
Jika dia menunjukkan ciri seperti di atas, coba ajaklah anak ke psikolog anak untuk menentukan diagnosanya. Selain mengetahui ciri depresi, berikut penyebab anak bisa depresi:
1. Sering dirundung oleh anak-anak di sekolahnya
Mengutip dari NHS, salah satu penyebab depresi paling umum yang sering dialami oleh anak adalah perundungan (bullying) dari orang-orang di sekitarnya. Biasanya ini dilakukan oleh anak lain yang ada di sekolahnya.
Tindakan bully memang akan memberikan rasa sakit hati dan tidak nyaman, baik secara fisik mapun emosional. Perundungan bisa dilakukan secara fisik maupun verbal dan keduanya tidak ada yang dapat dibenarkan.
Apabila terjadi terus-menerus atau terlambat disadari, anak bisa mengalami depresi. Maka dari itu, Mama perlu menyadari tanda-tanda anak terkena perundungan dan mendampinginya.
Berikanlah dukungan dan semangat untuknya, cari solusi atau jalan keluar bersama, dan juga kumpulkan bukti-bukti untuk dilaporkan ke pihak berwenang apabila ia mengalami perundungan fisik.
Selain mencegah depresi pada anak, hal-hal tersebut pun perlahan akan membangun kepercayaan dirinya kembali.
Editors' Pick
2. Sering dibanding-bandingkan dengan orang lain
Apakah Mama sering membandingkan anak dengan orang lain? Atau diam saja ketika guru membandingkan anak mama dengan temannya?
Kalau iya, hentikan perlakuan tersebut pada anak. Ketika anak dibandingkan terus-menerus dengan orang lain, mereka bisa berpikir bahwa keberadaan mereka tidak terlalu penting.
Selain itu, mereka akan merasa tidak berharga dan menjadi rendah diri karena merasa orang lain akan merasa lebih bahagia tanpa mereka. Hal tersebut akan menimbulkan depresi atau kepedihan yang bisa berdampak hingga ia dewasa.
Mulai dari hubungan persahabatan, hubungan romantis, bahkan hubungan dengan anak-anak mereka sendiri di masa depan nantinya.
Oleh karena itu, segera hentikan kebiasaan membanding-bandingkan ya, Ma. Jika ada yang membandingkan anak dengan orang lain pun jangan diam saja karena dapat melukai perasaan anak.
3. Sering dimarahi oleh orangtua
Selain itu, anak juga bisa mengalami depresi karena terlalu sering dimarahi oleh orangtuanya. Apalagi jika dimarahi sembari dibentak atau dikata-katai dengan ucapan tidak pantas.
Anak masih belum memahami dunia dan dia akan sangat sensitif dan sakit hati. Apabila terus-terusan dimarahi, dia tidak hanya akan menangis tetapi juga merasa depresi.
Maka dari itu, ketika anak melakukan kesalahan jangan langsung dimarahi ya, Ma.
Mama perlu belajar untuk mengontrol emosi jika anak melakukan kesalahan. Pasalnya, masa anak-anak adalah proses untuk mereka belajar memahami hal yang benar dan salah.
Yang harus Mama lakukan adalah menegur anak dengan lembut. Beritahu letak kesalahannya dan lebih baik lagi jika Mama memberitahu bagaimana cara memperbaiki kesalahannya tersebut.
4. Perasaannya sering dianggap remeh orang sekitar
Penyebab anak depresi yang lainnya adalah karena perasaannya sering tidak dihargai atau dianggap remeh oleh orang-orang di sekitarnya. Baik oleh Mama maupun orang lain.
Sebagai orang tua, seharusnya Mama dapat menjadi tempat bersandar dan tempat bercerita bagi si Anak. Namun, ada kalanya Mama sibuk dan justru tidak mendengarkan ceritanya. Hal ini bisa membuat dia sakit hati lho, Ma.
Padahal, dengan bercerita anak akan belajar banyak hal, mulai dari mengekspresikan diri dan mengatasi emosi yang dialami. Selain mengabaikannya, Mama juga tidak boleh menganggap remeh perasaan yang ia alami.
Pahami dan tanyakan apa yang harus Mama bantu dan lakukan agar perasaan tidak nyaman anak dapat teratasi. Dengan begitu, dia tidak akan depresi dan mampu mengelola emosi dengan baik di kemudian hari.
5. Orangtua sering bertengkar di depan anak
Selain ungkapan atau tindakan yang diperlakukan kepadanya, anak juga bisa merasa depresi karena melihat 2 orang yang ia sayangi bertengkar. Kedua orang tersebut adalah orangtuanya.
Meski tak melibatkan anak, ketika anak menyaksikan pertengkaran orangtuanya, psikisnya pun akan terganggu.
Dilansir dari Universitu of Oregon, anak yang menyaksikan perdebatan orangtuanya cenderung merasa tidak aman, hal ini berdampak negatif pada hubungan orangtua dan anak juga.
Ketika anak tumbuh dewasa, ia akan merasa depresi dan harus menghadapi efek jangka panjang dari trauma tentang pertengkaran orangtuanya. Selain depresi, dia juga bisa mengalami gangguan kecemasan dan sulit mengatur emosi.
Maka dari itu, apabila Mama memiliki persoalan yang dapat memicu potensi konflik atau perdebatan dengan pasangan, sebaiknya dilakukan bukan di depan anak.
6. Dididik secara tidak konsisten oleh orangtua
Mendidik anak secara tidak konsisten ternyata bisa menyebabkan anak merasa depresi, Ma. Kok bisa?
Melansir Psychology Today, orang tua yang sering berubah pikiran, tidak mengambil sikap, dan mengalami kesulitan membuat keputusan memiliki risiko menghasilkan anak-anak yang secara emosional yang juga tidak konsisten.
Anak akan jadi sulit mendefinisikan diri mereka sendiri dan sering mengembangkan perilaku oposisi untuk menyamarkan rasa tidak aman mereka.
Maka dari itu, Mama perlu menyediakan pola parenting yang stabil dan konsisten untuk menghindari anak merasa depresi dan tidak memahami kepribadiannya.
Itu dia penyebab anak depresi dan ciri-ciri anak depresi. Hindari melakukan hal-hal yang telah disebutkan tadi kepada anak ya, Ma. Apabila dia telah menunjukkan ciri atau gejala tersebut, segera bawa untuk psikoterapi.
Baca juga:
- Mudah Putus Asa! Ini 6 Tanda Anak Depresi
- Cara Mengatasi Stres dan Depresi Anak di Masa Pandemi
- Bagaimana Cara yang Tepat Mendisiplinkan Anak yang Depresi?