7 Hal yang Tidak Dilakukan Anak Bermental Kuat Menurut Psikoterapis
31 Maret 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Anak yang kuat secara mental umumnya lebih siap menghadapi tantangan dengan percaya diri dan selalu bangkit dari kegagalan.
Meski demikian, orangtua tentu perlu mengajarkan anak bagaimana cara untuk tetap kuat secara mental. Hal ini disampaikan oleh psikoterapis Amy Morin yang juga merupakan pemimpin redaksi Verywell Mind.
Amy mengatakan bahwa orangtua perlu membangun mental yang sehat untuk anak dengan memerhatikan cara mereka berpikir, merasakan, dan bertindak. Selanjutnya, curahkan waktu untuk memperkuat kebiasaan baik sehingga menjadi bagian dari mereka.
Ia juga menerekangkan bahwa mengetahui hal yang tidak pernah dilakukan oleh anak-anak yang kuat secara mental dapat membantu orangtua mengidentifikasi jenis-jenis perilaku tidak sehat yang mungkin menghalangi jalan anak.
Nah, kali ini Popmama.com telah merangkum 7 hal yang tidak dilakukan anak bermental kuat menurut psikoterapis Amy Morin. Yuk, simak informasi berikut, Ma.
1. Tidak takut mencoba hal baru
Anak-anak sering kali takut mencoba hal-hal baru, seperti bermain olahraga atau alat musik baru, karena mereka merasa tidak akan bisa melakukannya.
Tak jarang, mereka juga hanya melakukan sesuatu sekali dan langsung menyerah jika tidak berjalan dengan baik sejak awal.
Meski demikian, membantu anak untuk menghadapi kegagalan dan mendorong mereka untuk mencoba hal-hal baru adalah langkah yang tepat. Selain itu, Amy juga mengatakan bahwa orangtua bisa memuji anak atas segala usaha yang ia lakukan.
“Pastikan mereka tahu bahwa Mama sama terkesannya dengan mereka di luar sana dan berusaha keras,” ucapnya.
2. Tidak mencoba untuk menyembunyikan kesalahan
Ketakutan mengakui kesalahan dapat mendorong anak-anak mengeluarkan energi yang tidak perlu untuk mencoba menutupi kesalahan tersebut.
Menurut Amy, anak-anak perlu memahami bahwa membuat kesalahan itu tidak apa-apa dan mereka dapat menggunakan lebih banyak energi untuk belajar dari kesalahan tersebut.
Dalam hal ini, Mama perlu mengajarkan anak bagaimana caranya belajar dari kesalahan sehingga dapat mengembangkan keterampilan baru dan tumbuh sebagai individu yang baik.
Amy menyarankan agar orangtua lebih terbuka untuk mendiskusikan kesalahan dengan anak-anak dan bertanya bagaimana menurut mereka langkah pertama belajar dari kesalahan.
Selanjutnya, ketika anak mengakui melakukan kesalahan, pujilah dia karena telah mengatakan kejujuran.
Editors' Pick
3. Tidak menyalahkan diri sendiri
Ketika anak merasa kecewa, membiarkan mereka menyuarakan perasaan sedihnya dapat membantu mereka menerima kekecewaan tersebut dan melanjutkan hidup.
“Tidak apa-apa membiarkan anak-anak sedih untuk sementara waktu,” ucap Amy.
Namun, Mama perlu memastikan bahwa mereka tidak terjebak dalam siklus kesedihan dan semakin melebihkan perasaan buruk itu. Kesedihan seharusnya hanya sementara.
Tanyakan kepada mereka apa yang akan mereka katakan kepada seorang teman yang mengalami kesedihan yang sama. Lalu, menerapkan solusi tersebut pada dirinya sendiri tanpa harus menyalahkan keadaan, orang lain, atau pribadinya.
4. Tidak bersikap seperti tidak peduli
Orang tua terkadang salah mengira tekanan emosional karena kurangnya ketangguhan mental, menasihati anak-anak mereka untuk tidak membiarkan hal-hal terlalu mengganggu mereka.
Namun, hal itu hanya akan semakin mengubur masalah daripada membantu mengatasi apa yang mengganggu mereka dengan cara yang tepat. Amy menyarankan agar Mama pun juga memiliki perasaan agar ia bisa mengidentifikasi emosi tersebut.
“Penting bagi anak-anak untuk mengetahui bahwa orangtua juga memiliki perasaan atau bergumul dengan hal-hal tertentu,” kata Amy.
Amy menyarankan latihan untuk membantu anak-anak mengidentifikasi emosi yang membantu mereka dan emosi yang justru membahayakan mereka. Mintalah mereka bertanya pada diri sendiri: Apakah yang aku rasakan saat ini adalah teman atau musuh?
5. Tidak merendahkan orang lain untuk merasa lebih baik
Meremehkan orang lain untuk membuat diri merasa lebih baik adalah tanda klasik dari harga diri yang rendah. Hal tersebut dapat merusak hubungan anak dengan anak lain.
Jika Mama mendengar anak merendahkan orang lain, duduklah bersama mereka dan cobalah untuk memahami akar dari perasaan negatif tersebut, Amy menyarankan.
Mungkin mereka sedih tentang hal lain atau merasa malu dan ingin mempermalukan orang lain untuk mengalihkan perasaan sendiri.
Selanjutnya, Mama perlu membantu mereka mencari tahu bagaimana mereka dapat menangani situasi tersebut secara berbeda.
Selain itu, jangan mencontohkan perilaku meremehkan orang lain kepada anak karena mereka akan mengikuti kebiasaan tersebut. Jika demikian, ambil tanggung jawab dan akui kepada anak-anak bahwa Mama salah mengolok-olok orang.
6. Tidak mudah tertekan karena teman sebaya
Tekanan teman sebaya terkenal karena alasan yang berbeda-beda, tetapi salah satunya adalah masalah kepercayaan diri.
Oleh karena itu, coba bermain peran dengan anak- agar mereka mendapatkan kepercayaan diri dengan mempraktikkan apa yang akan mereka lakukan dalam situasi ketika seseorang membujuk mereka untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya tak ingin mereka lakukan.
Amy Morin menunjukkan beberapa contoh tentang apa yang dapat dikatakan anak-anak dalam situasi tersebut:
- "Tidak terima kasih."
- "Aku tidak ingin melakukan itu."
- "Aku tidak tertarik."
- “Bagian terbesar dari kekuatan mental adalah mengetahui, 'Aku bertanggung jawab atas caraku berpikir, merasakan, dan berperilaku, terlepas dari apa yang terjadi di sekitar.'"
7. Tidak merasa berhak atas segalanya
Salah satu cara untuk mengurangi stres dan meningkatkan harga diri adalah dengan belajar mengungkapkan rasa syukur atas hal-hal baik dalam hidup.
Anak-anak yang merasa berhak atas segalanya cenderung tidak percaya bahwa mereka perlu bekerja keras untuk mendapatkan yang mereka inginkan.
Oleh karena itu, orangtua dapat melatih anak dengan tidak memberikan mereka semua yang diinginkan dan memuji anak-anak karena telah berusaha.
Menurut Amy Morin, penting untuk mengingatkan anak-anak tentang perbedaan antara apa yang mereka butuhkan dan apa yang mereka inginkan. Lalu, kerja keras seperti apa yang harus diraih demi mendapatkan hal itu.
Itu dia 7 hal yang tidak dilakukan anak bermental kuat menurut psikoterapis Amy Morin. Yuk ajarkan anak agar memiliki mental kuat, Ma.
Baca juga:
- Perhatikan, Ini 7 Ciri-Ciri Anak Sukses di Masa Depan Menurut Psikolog
- Kenali, Apa Arti Mental Yupi yang Sedang Viral di Media Sosial?
- Apa Itu Crab Mentality? Waspadai Tanda-tandanya pada Anak!