Mengapa saat Nyepi Tidak Boleh Keluar Rumah? Ini Dia 4 Alasannya
Pada Hari Raya Nyepi, umat Hindu khususnya di Bali tidak boleh keluar rumah
19 Maret 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap agama memiliki Hari Raya yang diadakan setiap tahunnya.
Salah satunya adalah Nyepi yang merupakan hari suci bagi umat Hindu dan dirayakan setiap Tahun Baru Saka.
Tahun ini, umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945 pada Rabu, 22 Maret 2023. Yang artinya kita pun ikut mendapatkan hari libur selama dua hari pada 22-23 Maret 2023 mendatang.
Apakah anak sudah tahu? Pada hari tersebut, umat Hindu tidak boleh keluar rumah, lho.
Beberapa dari Mama dan anak juga merayakan Hari Raya ini. Namun, beberapa di antara anak mungkin masih belum memahami apa itu Hari Raya Nyepi.
Oleh karena itu, Popmama.com akan jelaskan mengapa saat Nyepi tidak boleh keluar rumah. Berikut informasinya.
Apa itu Hari Raya Nyepi?
Hari Raya Nyepi adalah perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan/kalender śaka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi.
Saat merayakan Nyepi, tidak ada aktivitas yang dilakukan seperti pada sehari-hari, khususnya di Bali. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum kecuali rumah sakit.
Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia) dan Bhuana Agung (alam semesta).
Menjelang Nyepi, umat Hindu di Bali mulai mempersiapkan diri menjalani serangkaian persembahyangan atau upacara khusus.
Selain itu, terdapat 4 larangan saat Nyepi yang tidak memperbolehkan umat Hindu untuk keluar rumah. 4 larangan itu disebut dengan Catur Brata Penyepian. Berikut isi dari larangan tersebut:
Editors' Pick
1. Amati Geni
Dilarang menyalakan api/lampu termasuk api nafsu yang mengandung makna pengendalian diri dari segala bentuk angkara murka.
Dari larangan tersebut terlihat bahwa selama Nyepi berlangsung, umat Hindu tidak diperbolehkan untuk menyalakan api, lampu, dan benda elektronik lainnya.
Larangan ini ditujukan sebagai bentuk simbolis dalam melawan hawa nafsu duniawi dan juga menyimbolkan pengendalian diri.