5 Penyebab Anak Sulit Memahami Perasaan Sendiri

Jangan lakukan hal-hal ini pada si Kecil ya, Ma

5 April 2025

5 Penyebab Anak Sulit Memahami Perasaan Sendiri
Pexels/RODNAE Productions

Anak-anak di usia muda umumnya kesulitan dalam mengatur emosi mereka. Dalam hal ini, orangtua terutama Mama adalah sosok yang harus membantunya mengendalikan perasaan sejak dini.

Namun, tidak semua orangtua sadar kalau pendidikan emosional itu penting bagi anak.

Tanpa sadar, beberapa orangtua melakukan kesalahan dalam parenting. Terutama ketika mengajarkan anak bagaimana cara menunjukkan dan mengakui perasaannya sendiri.

Akibatnya, beberapa anak cenderung menekan emosi sendiri dan tidak paham dengan perasaan yang mereka alami.

Apa saja penyebab anak sulit memahami perasaan sendiri? Simak rangkuman dari Popmama.com yuk, Ma.

1. Tidak diajarkan cara mengelola emosi

1. Tidak diajarkan cara mengelola emosi
Pexels/Ketut Subiyanto

Seperti yang telah ditegaskan, perkembangan emosional anak di usia dini harus dibimbing oleh orangtua. Kalau Mama sering cuek dan tidak mengajarkan cara mengelola emosi, anak pun akan sulit memahami emosinya sendiri.

Misalnya, ketika si Anak sedang memberontak atau rewel karena tidak diberikan mainan, Mama hanya mengabaikannya karena berpikir semakin lama anak akan diam sendiri.

Semakin lama mungkin memang ia akan diam. Namun, apakah Mama tahu jika didiamkan saat emosi sedang meluap-luap dapat berakibat fatal bagi perkembangan si Anak? 

Anak bisa menjadi brutal dan terlalu berlebihan ketika meluapkan emosinya. Lebih parah, ia pun bisa saja sering marah ke anak lain lantaran tidak paham dengan yang namanya perasaan.

2. Terlalu ditekan untuk tenang setiap saat

2. Terlalu ditekan tenang setiap saat
Pexels/Ron Lach

Meski tidak boleh didiamkan saat anak sedang marah, tapi menekan anak untuk selalu berperasaan tenang pun juga kurang tepat.

Dampak dari didikan karakter seperti ini bisa membuatnya sulit mengekspresikan perasaan dan cenderung tidak memiliki emosi.

Yang bisa Mama lakukan adalah menenangkan anak saat sedang emosi, katakan bahwa Mama paham perasaannya lalu didik ia tentang perasaan yang dialami.

Ketika anak berteriak karena sedang antusias, berikan apresiasi kepadanya lalu ajari kalau terkadang ada kalanya kita tidak bisa berteriak karena dapat mengganggu kenyamanan orang lain.

3. Tidak diperbolehkan untuk marah atau menangis

3. Tidak diperbolehkan marah atau menangis
Pexels/Victoria Akvarel

Ketika anak merasa sedih atau sakit, ia akan menangis. Bagi sebagian besar orangtua hal ini menyebalkan dan harus segera dihentikan.

Jadi, anak disuruh berhenti menangis dengan cara dibentak bahkan ada orangtua yang melakukan kekerasan agar anak tidak menangis.

Padahal hal itu tidak hanya membuat anak akan semakin menangis, tetapi juga membuatnya takut dan enggan menunjukkan perasaan sedih lagi.

Mereka merasa apabila menangis, pasti akan dimarahi atau dipukul. Tentu saja Mama tidak ingin hal ini terjadi, bukan? Maka dari itu, ketika si Anak sedang menangis coba tenangkan dia dengan lembut sampai hatinya lega.

4. Dituntut untuk selalu kuat dan tenang

4. Dituntut selalu kuat tenang
Pexels/August de Richelieu

"Anak laki-laki harus selalu kuat dan tidak boleh menangis."

Kata-kata tersebut sering diutarakan oleh beberapa orangtua. Ya, kebanyakan anak laki-laki dituntut untuk tidak menunjukkan kalau perasaannya sedang down. Kalau ia tidak kuat akan diolok atau dikatai seperti, "Kamu cowo apa cewe, sih?"

Untuk itu, Mama yang punya anak laki-laki jangan menuntut seolah-olah ia tidak boleh merasa perasaan negatif untuk sesaat.

Baik anak laki-laki maupun perempuan boleh sama-sama mengungkapkan emosi yang mereka rasakan agar ke depannya tidak sulit memahami perasaan sendiri.

5. Perasaannya tidak pernah diakui

5. Perasaan tidak pernah diakui
Pexels/Trinity Kubassek

Mama pasti ingin perasaannya diakui, begitu pula dengan anak. Semua perasaan yang ia miliki itu valid.

Contohnya, saat anak merasa lelah orangtua justru menyanggah dengan ucapan, "Begitu doang masa capek," "Semua orang juga merasa capek," dan sebagainya.

Mungkin maksudnya ingin agar anak tidak mudah mengeluh, tapi bagi anak berusia 6-9 tahun kata-kata tersebut akan selalu membekas di benaknya. Yang harusnya ia bisa merasakan hal-hal seperti emosi, justru jadi diajarkan untuk tidak mengakui perasaan milik sendiri.

Selalu akui perasaan anak setiap Mama menenangkannya. Apabila Mama memahami perasaan anak, ia pun akan merasa disayangi yang juga bagus untuk perkembangan empati.

Itu dia 5 penyebab anak sulit memahami perasaan sendiri. Selamat mencoba tips parenting di atas ya, Ma.

Baca juga:

The Latest