5 Fakta Menarik Tari Piring, Warisan Budaya Minangkabau
Penari tari piring akan menginjak-injak piring yang pecah, tanpa terluka sedikitpun
3 September 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tari piring berasal dari Minangkabau, Sumatra Barat. Tarian ini mencerminkan kehidupan masyarakat tradisional Minangkabau pada saat bekerja di sawah. Kebahagiaan sekaligus rasa syukur atas hasil panen yang sangat sukses dituangkan oleh petani melalui tarian tersebut.
Selain rumah gadang dan masakannya yang lezat, Sumatra Barat juga dikenal sebagai provinsi dengan tingkat budaya yang tinggi di masa lalu. Tari piring berhasil memukau siapapun yang melihatnya.
Saat ini, tarian tradisional Minangkabau dilakukan untuk menyambut tamu terhormat atau membuka upacara adat. Tarian ini biiasanya disandingkan dengan tari saman, pendet, dan jaipong.
Tak hanya itu, tari piring menjadi tarian populer yang sering ditampilkan dalam acara promosi pariwisata dan budaya Indonesia. Bagi Mama yang ingin mengenal lebih jauh tarian tradisional ini, Popmama.com telah merangkum 5 fakta menarik tari piring yang merupakan warisan budaya Minangkabau.
1. Sejarah tari piring
Menurut Kementerian Luar Negeri, tari piring merupakan ritual rasa syukur masyarakat kepada para dewa setelah memperoleh hasil panen yang melimpah. Ritual ini dilakukan dengan menggunakan sesajen berupa makanan yang diletakkan di atas piring sambil bergerak secara dinamis.
Perjalanan sejarah tari piring yang panjang membuat tari kontemporer ini mengalami banyak perubahan. Pembaruan tari piring dilakukan mulai dari pengiring musik, gerakan, koreografi, hingga komposisi pemain.
Huriah Adam adalah seorang seniman asal Minangkabau berhasil menciptakan tari piring bagi tempat kelahirannya. Seniman yang sangat produktif ini juga menciptakan beberapa gerakan unik dari tari tradisional Minangkabau.
Tak hanya mahir menciptakan gerakan tari, Huriah Adam juga dikenal sebagai pemahat handal, dimana satu patungnya yang paling terkenal adalah “Monumen Pahlawan Tak Dikenal” di Bukittinggi.
Editors' Pick
2. Gerakan tari piring sangat dinamis
Tari tradisional Minangkabau ini memiliki gerakan yang menyerupai gerakan petani saat bercocok tanam, panen, dan kegiatan lainnya. Tarian ini dimulai saat penari melakukan gerakan yang cepat atau biasa disebut ayunan.
Tiap penari menggunakan dua piring yang melekat pada tangannya. Dibutuhkan keahlian untuk memegang piring dan mengatur ekspresi wajah saat menarikannya. Piring tersebut selanjutnya diayunkan ke udara atau ke tanah.
Para penari akan beratraksi dengan melempar piring yang mudah pecah ke udara. Kepiawaian penari yang memainkan piring di tangannya melambangkan kegembiraan saat musim panen tiba.
Pada akhir tarian, baik penari laki-laki ataupun perempuan akan menginjak-injak piring yang pecah, tanpa terluka sedikitpun. Fakta ini bukan merupakan karya sulap semata, melainkan lambang kesucian niat para penari dan sebagai pertanda bahwa doa penari sudah diterima oleh Tuhan.
3. Alat musik pengiring
Menurut pemahaman masyarakat Sumatra Barat, tarian yang dilakukan secara berkelompok ini memiliki gerakan yang dilakukan secara cepat, dimanis, dan didukung dengan suara ketukan piring yang dibawakan oleh pada penari.
Alat musik tradisional talempong dan saluang selalu mengiringi penari saat menarikan tari piring. Selain itu, musik tarian ini juga berasal dari dentang piring dikedua tangan penari yang mengikuti iringan talempong dan saluang yang meriah.
Pada umumnya, penari yang menarikan tarian khas Minangkabau ini berjumlah ganjil atau terdiri dari tiga hingga tujuh orang.
4. Kostum penari
Saat menarikan sebuah tarian, seorang penari harus memakai kostum khusus yang sesuai dengan konsep tarian tersebut. Kostum yang dikenakan laki-laki dan perempuan dalam tari piring memiliki beberapa perbedaan.
Kostum penari laki-laki:
- Pakaian rang mudo berupa baju lengan lebar berhiaskan renda emas
- Celana dengan ukuran besar khusus untuk tari piring disebut dengan saran galembong
- Penari laki-laki mengenakan songket yang dililitkan dari pinggang hingga lutut
- Untuk mengencangkan kain songket, bisa menambahkan cawek pinggang atau biasa disebut ikat pinggang
- Terakhir, penari laki-laki menggunakan penutup kepala berbentuk segitiga khas Minangkabau
Kostum penari perempuan:
- Baju kurung yang terbuat dari kain beludru dan kain satin
- Kain Songket yang diletakkan di sisi kiri badan
- Tikuluak pandu balapak adalah penutup kepala wanita khas Minangkabau yang terbuat dari bahan songket dengan bentuk menyerupai tanduk kerbau
- Aksesoris lainnya berupa anting, kalung gadang dan kalung rambai
5. Tari piring berubah fungsi setelah masuknya islam
Dahulu, mayoritas masyarakat Minangkabau memeluk agama Hindu, Budha, dan sebagian Animisme. Piring yang ada di tangan penari berisi makanan lezat berupa sesajen untuk dipersembahkan pada dewa.
Setelah masuknya islam ke Sumatra pada abad ke-14, tari piring tidak lagi digunakan sebagai ritual untuk mengucap syukur pada dewa. Tarian ini hanya digunakan sebagai hiburan bagi masyarakat yang ditampilkan pada acara keramaian.
Hingga saat ini, tari piring ditampilkan sebagai bagian dari piring dalam pernikahan tradisional atau hiburan yang bisa disaksikan seluruh masyarakat.
Nah itu dia 5 fakta menarik tari piring yang merupakan warisan budaya Minangkabau. Lestarikan kebudayaan Indonesia dengan mengenal lebih dalam mengenai sejarah dan karakteristik tarian daerah.
Baca juga:
- Mengenal Tari Serimpi, Tarian Daerah dari Yogyakarta
- Yuk Coba 3 Kreasi DIY untuk Melatih Kreatifitas si Kecil di Rumah
- Eksklusif: Tak Mau Kehilangan Identitas, Duma Riris dan Judika Sudah Ajarkan Bahasa hingga Budaya Batak ke Anak