Apa Arti Sunnah Muakkad dan Contoh Bentuk Ibadahnya

Yuk, kita menyempurnakan ibadah kita!

16 September 2023

Apa Arti Sunnah Muakkad Contoh Bentuk Ibadahnya
Pexels/Monstera Production

Dalam Islam, tindakan kita harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Ada hukum-hukum Islam yang berlaku untuk menuntun manusia sesuai dengan tindakan yang sesuai. Hukum-hukum itu seperti wajib, sunnah, makruh, dan haram.

Umat Muslim wajib melaksanakan ibadah fardhu (wajib) maupun sunnah. Ibadah berhukum wajib harus dilaksanakan dan bila ditinggalkan mendapat dosa.

Sementara itu, ibadah sunnah dilaksanakan guna menyempurnakan ibadah wajib. Apabila dikerjakan mendapat pahala dan bila ditinggalkan tidak disiksa.

Sunnah sendiri dibagi menjadi dua jenis, yaitu sunnah muakkad dan sunnah ghairu muakad. Keduanya memiliki pengertian yang berbeda.

Berikut Popmama.com rangkum apa arti sunnah muakkad dan contoh bentuk ibadahnya.

1. Pengertian sunnah muakkad

1. Pengertian sunnah muakkad
Pexels/Alena Darmel

Sunnah muakkad adalah amalan sunnah yang dianjurkan dilakukan untuk menyempurnakan suatu ibadah wajib dan dianjurkan dilakukan sebab tingkatannya hampir mendekati ibadah wajib.

Sunnah muakkad dianggap sebagai cara menyempurnakan suatu ibadah. Sebab, ketika seseorang melaksanakan ibadah fardhu, bisa saja ada bagian-bagian sunnah yang tidak ia kerjakan sehingga mengurangi pahalanya.

Sunnah muakkad juga dapat dipahami sebagai suatu amalan yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan karena tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW. Hanya sekali atau dua kali saja beliau meninggalkannya untuk menunjukkan kepada umatnya bahwa ibadah tersebut tidaklah wajib. 

Editors' Pick

2. Contoh ibadah sunnah muakkad

2. Contoh ibadah sunnah muakkad
Pexels/Michael Burrows

Berikut ini beberapa contoh bentuk ibadah sunnah muakkad yang berupa shalat sunnah:

1. Shalat Rawatib

Shalat rawatib sunnah muakkad dikerjakan sebanyak 10 rakaat dan meliputi:

  • 2 rakaat sebelum melaksanakan shalat Subuh (qabliyah)
  • 2 rakaat sebelum melaksanakan shalat Dzuhur (qabliyah)
  • 2 rakaat sesudah melaksanakan shalat Dzuhur (ba’diyah)
  • 2 rakaat sesudah melaksanakan shalat Maghrib (ba’diyah)
  • 2 rakaat sesudah melaksanakan shalat Isya (ba’diyah)

2. Shalat Witir

Witir termasuk sunnah muakkadah yang sangat dianjurkan. Biasanya shalat Witir dilakukan dengan 3 rakaat dan bisa ditambahkan dengan rakaat tambahan.

3. Shalat Dhuha

Shalat Dhuha adalah shalat sunnah yang dilakukan setelah terbitnya matahari dan sebelum masuk waktu Dzuhur. Shalat Dhuha dapat dilakukan minimal 2 rakaat dan maksimal 12 rakaat, dengan jumlah rakaat yang bisa disesuaikan.

4. Shalat Tahiyatul Masjid

Shalat tahiyatul masjid adalah shalat sunnah dua rakaat yang dikerjakan ketika seseorang memasuki masjid.

5. Shalat Tahajud

6. Shalat Tarawih di bulan Ramadhan

7. Shalat Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha

3. Ketentuan melaksanakan shalat sunnah muakkad

3. Ketentuan melaksanakan shalat sunnah muakkad
Pexels/Alena Darmel

Saat melaksanakan shalat sunnah muakkad, ada beberapa ketentuan yaitu:

  • Tidak didahului oleh adzan dan iqomah, kecuali shalat rawatib.
  • Dilaksanakan sendirian (munfarid), kecuali shalat dua hari raya.
  • Diawali dengan niat sesuai jenis shalatnya.
  • Dilaksanakan dua rakaat dengan satu salam.
  • Melaksanakan shalat sunnah di tempat yang berbeda dari shalat wajib.
  • Bacaan berbisik.

4. Perbedaan hukum sunnah muakkad dengan hukum wajib

4. Perbedaan hukum sunnah muakkad hukum wajib
Pexels/Faruk Tokluoğlu

Perbedaan antara sunnah muakkad dan wajib terletak pada tingkat kepentingan dan kewajiban pelaksanaannya.

Ibadah yang termasuk dalam kategori wajib adalah perintah yang harus dilakukan oleh setiap Muslim tanpa pengecualian. Pelaksanaan ibadah wajib memiliki konsekuensi hukum jika ditinggalkan atau diabaikan, seperti dosa dan mungkin mendapatkan siksaan di akhirat.

Contoh ibadah wajib adalah shalat lima waktu, puasa Ramadan, zakat, haji, dan lain-lain.

Sementara itu, ibadah sunnah muakkadah adalah perbuatan yang sangat ditekankan dan dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW, tetapi tidak memiliki sanksi hukum yang sama seperti ibadah wajib jika ditinggalkan. Meskipun tidak wajib, melaksanakan sunnah muakkadah mendapatkan pahala yang besar dan menunjukkan keteladanan terhadap Rasulullah SAW.

5. Perbedaan sunnah muakkad dengan sunnah ghairu muakkad

5. Perbedaan sunnah muakkad sunnah ghairu muakkad
Pexels/Pir Sümeyra

Sunnah muakkad semakna dengan wajib. Hanya saja, tingkatannya sedikit di bawah fardhu (wajib), yaitu sesuatu yang ditetapkan dalil namun masih memiliki kesamaan.

Sementara shalat sunnah ghairu muakkad adalah shalat sunnah yang dianjurkan tanpa penekanan yang kuat.

Di samping itu, perbedaan keduanya juga terletak pada jumlah rakaat yang dikerjakan pada masing-masing shalat sunnah rawatib muakkad dan ghairu muakkad.

Shalat sunnah rawatib muakad dikerjakan sebanyak 10 rakaat:

  • 2 rakaat sebelum Dzuhur
  • 2 rakaat setelah Dzuhur
  • 2 rakaat setelah Maghrib
  • 2 rakaat setelah Isya
  • 2 rakaat sebelum Subuh

Sementara itu, shalat sunnah rawatib ghairu muakkad terdiri dari 12 rakaat:

  • 2 rakaat sebelum Dzuhur
  • 2 rakaat setelah Dzuhur
  • 4 rakaat setelah Ashar
  • 2 rakaat sebelum Maghrib
  • 2 rakaat sebelum Isya

Itulah penjelasan mengenai apa arti sunnah muakkad dan contoh bentuk ibadahnya. Setelah mengetahui makna dari sunnah muakkad dan apa saja ibadahnya, kita bisa menerapkan ibadah sunnah ini untuk menyempurnakan ibadah wajib.

Baca juga:

The Latest