Kenalkan Anak Yuk! 10 Alat Musik Tradisional Khas Indonesia
Biar anak mama jadi lebih banyak tahu tentang kebudayaan Indonesia
9 Agustus 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Indonesia bukan hanya kaya akan alamnya saja, tapi budayanya juga. Setiap suku yang ada memiliki ciri khasnya masing-masing, mulai dari bahasa, makanan, pakaian hingga alat musik.
Selain menjadi identitas ataupun digunakan sebagai sarana hiburan, alat musik tradisional khas Indonesia umumnya memiliki cerita dibaliknya. Alhasil, penggunaannya pun memiliki makna tersendiri.
Sebagai contoh, sape khas suku Dayak juga dimainkan untuk mengungkapkan kegundahan ataupun kesenangan hati.
Nah, untuk melihat lebih jauh tentang itu, berikut ini informasi yang telah disajikan Popmama.com tentang 10 alat musik tradisional khas Indonesia:
1. Angklung
Ketika Mama ditanya jenis-jenis alat musik tradisional khas Indonesia, mungkin akan langsung kepikiran angklung. Yup, alat musik yang berasal dari Tanah Sunda ini terbuat dari bilah bambu yang disusun.
Cara memainkannya angklung adalah dengan digoyangkan. Nantinya, keluar bunyi akibat dari getaran pada badan pipa bambu. Memainkannya juga tidak bisa sendiri; harus beramai-ramai supaya tercipta nada yang harmonis. Itu sebabnya Mama biasa menjumpai orkestra angklung.
Meskipun identik dengan Jawa Barat, daerah lainnya di Indonesia juga memiliki angklung versi mereka sendiri lho, seperti Angklung Banyuwangi, Angklung Gubrag, Angklung Bali, dan lainnya.
Tidak hanya itu saja, alat musik tradisional khas Indonesia yang satu bahkan populer di luar negara lho, Ma. Banyak sekali warga negara asing yang tertarik untuk belajar memainkannya.
2. Sasando
Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, juga memiliki alat musik tradisional, Ma. Namanya adalah sasando. Alat musik yang satu ini punya bentuk yang terbilang cukup unik.
Bagian tengahnya terbuat dari bilah bambu yang dilengkapi rentangan dawai. Serta, terdapat ruang resonansi yang terbuat dari daun lontar sebagai ciri khasnya.
Karena memiliki dawai, sasando dimainkan dengan cara dipetik layaknya harpa ataupun kecapi. Namun, memainkannya tidak segampang yang dikira. Butuh keterampilan dan latihan yang serius dalam menciptakan harmonisasi teknik dan perasaan sewaktu memetik senar. Hal ini supaya bunyi yang dihasilkan terdengar merdu dan enak di telinga.
3. Tifa
Berbeda dengan angklung dan sasando, untuk mendengar alunan melodi dari alat musik tradisional khas Indonesia ini, maka harus dipukul terlebih dahulu.
Sering dimainkan ketika upacara adat, tifa sendiri berasal dari daerah Papua dan Maluku. Alat musik mirip kendang tersebut dibuat dari kayu Lenggua yang bagian isinya telah dikosongkan.
Meskipun memiliki alat musik tradisional yang sama, terdapat sedikit perbedaan antara tifa Papua dan Maluku. Untuk tifa Maluku sendiri, tidak terdapat pegangan di bagian tengah dan bentuknya lebih mirip seperti tabung. Lain halnya dengan tifa Papua, terdapat pegangan dan bentuknya tampak lebih melengkung.
Selain itu, Suku Asmat sangat handal memainkan alat musik tradisional khas Indonesia ini juga. Bahkan, tifa identik dengan kaum laki-laki suku Asmat.
4. Kolintang
Sekilas, kolintang mirip sekali dengan xylophone atau gambang. Hal ini karena kolintang juga terdiri dari kayu-kayu yang disusun. Mereka tidak diletakkan sembarangan ya, Ma, melainkan disusun sesuai panjangnya. Bahan kayu yang digunakan pun tidak asal, yakni memakai kayu bandaran, kayu telur, dan kayu kakinik.
Berasal dari Minahasa, Sulawesi Utara, salah satu alat musik tradisional khas Indonesia ini dimainkan dengan cara dipukul. Memang bunyi yang dihasilkan merdu, namun akan lebih sedap lagi jika kolintang dibunyikan secara bersama-sama.
Selain itu, kolintang bukan hanya berfungsi sebagai ikon alat musik daerah semata ya, Ma. Ia juga digunakan sebagai pengiring upacara adat, tari, lagu, hingga orkestra.
Editors' Pick
5. Talempong
Dari Minahasa, mari bertandang ke Tanah Minangkabau di mana ada alat musik tradisional yang disebut talempong. Bahan dasarnya adalah kuningan dan bentuknya mirip sekali seperti bonang yang dapat dijumpai pada gamelan. Meskipun begitu, bunyi talempong memiliki ciri khas tersendiri, Ma.
Dibunyikan dengan cara dipukul, talempong sering digunakan untuk mengiringi tarian tradisional, seperti tari piring, tari payung, dan tari pasambahan. Tidak hanya itu, instrumen musik yang satu ini juga kerap hadir dalam arak-arakan ketika menyambut tamu istimewa.
Biasanya, talempong tidak dimainkan sendiri, tapi bersama alat musik khas Minangkabau lainnya, meliputi serunai, saluang, ataupun gandang.
6. Saluang
Masih dengan Tanah Minangkabau, Sumatra Barat, selain talempong, terdapat juga yang namanya saluang. Instrumen tersebut mirip seperti seruling sehingga cara memainkannya dengan ditiup.
Sebuah saluang umumnya memiliki panjang sekitar 40–60 cm dan diameter 3–4 cm. Bahan pembuatannya pun spesifik, yakni dari bambu tipis atau bambu telang. Hal ini karena jenis tersebut dipercaya membuat saluang berbunyi lebih merdu, Ma. Menarik, ya?
7. Tehyan
Apakah Mama pernah mendengar kata 'tehyan'? Kalau belum, itu merupakan salah satu alat musik tradisional khas Betawi, Ma. Menurut sejarah, orang Tionghoa yang tinggal di Jakarta semasa pemerintahan Hindia Belanda memperkenalkan alat musik yang satu itu.
Tehyan umumnya dibuat dari kayu jati. Bagian resonansinya terbuat dari batok kelapa. Alat musik tradisional khas Indonesia yang satu ini dimainkan dengan cara digesek layaknya biola. Dalam hal ini, senar yang ada digesek dengan sebuah alat khusus berserat.
Selain itu, Mama dapat menjumpai permainan musik tehyan terutama dalam kesenian gambang kromong ataupun lenong betawi ondel-ondel.
8. Rebab
Kalau orang Betawi punya tehyan, Tanah Sunda punya rebab nih, Ma. Termasuk ke dalam salah satu alat musik tradisional khas Indonesia, rebab dipercaya datang dari Jazirah Arab. Akhirnya bisa masuk ke Indonesia melalui jalur dagang.
Awalnya, rebab bisa dibilang cukup 'mewah' karena semua bagiannya terbuat dari tembaga. Namun setelah masuk ke Indonesia, instrumen musik yang satu itu dimodifikasi.
Jadi, kayu nangka digunakan untuk leher, kayu berongga untuk bagian badan, serta kulit ataupun usus sebagai penutup rongga tersebut. Dan tentu saja, rebab merupakan alat musik kordofon (bunyinya dihasilkan dari dawai/senar) sehingga cara membunyikannya adalah dengan digesek.
9. Sape
Suku Dayak memiliki sebuah alat bersenar yang mirip kecapi milik orang Sunda. Namanya adalah sape. Sesuai dengan namanya berasal dari bahasa lokal, sape bermakna "memetik dengan jari", alat musik tradisional khas Indonesia ini dimainkan dengan dipetik.
Masyarakat suku Dayak percaya bahwa asal muasal instrumen tersebut bermula ketika seorang pemuda terdampar di sebuah pulau di tengah sungai. Kemudian, ia mendengar sebuah suara yang berasal dari sungai. Lantas, dirinya seolah mendapat ilham dan terciptalah sape.
Untuk membuatnya, kayu yang digunakan biasanya diambil dari pohon meranti ataupun jenis kayu lainnya yang kuat dan tahan lama. Selanjutnya, kayu akan dibentuk menyerupai sampan dan ditambahkan ukiran motif kepala burung atau taring khas suku Dayak.
Di samping digunakan sebagai sarana hiburan, seseorang dapat memainkan sape untuk menyalurkan perasaan senang, sedih, rindu, ataupun gembira.
10. Serune Kale
Alat musik tradisional khas Indonesia yang terakhir datang dari Negeri Serambi Mekah, Aceh. Adalah serune kale, sebuah alat musik mirip seruling ataupun klarinet yang ditiup. Umumnya, orang Aceh memainkan serune kale di acara-acara tertentu, sebagai iringan tarian, dan untuk menyambut tamu.
Selain itu, alat musik ini cukup mudah dikenali terutama karena warna hitam khasnya. Bahan dasar untuk membuat serune kale sendiri terdiri atas kayu, kuningan, dan tembaga.
Itu dia 10 alat musik tradisional khas Indonesia. Ternyata, Indonesia memiliki banyak jenis alat musik tradisional yang unik-unik. Semoga bisa menambah pengetahuan anak ya, Ma!
Baca juga:
- 7 Alat Musik untuk Anak 1 Tahun, Kenalkan Demi Mendukung Kecerdasannya
- 8 Alasan Mengapa Anak Perlu Belajar Bermain Alat Musik Sejak Dini
- Selain Angklung, ini 12 Alat Musik Tradisional Khas Sunda