Kenali Gejala, Penyebab dan Pengobatan ADHD
Anak terlalu aktif bahkan cenderung agresif, apakah ini berarti gejala ADHD?
10 Juni 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Attention Deficit Hyperactivy Disorder (ADHD) adalah gangguan perilaku yang lebih rentan dialami oleh anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan.
Anak penderita ADHD umumnya terlihat sangat hiperaktif, sulit diatur, impulsif dan mengalami kesulitan untuk fokus. Bahkan, penderita ADHD ini cenderung ceroboh.
Gejala ADHD bisa terlihat sejak usia dini, namun gejala ini semakin jelas dideteksi ketika anak mulai belajar di sekolah. Sebagian besar kasus ADHD pada anak terdeteksi pada usia 6 hingga 12 tahun. Padahal, bukan tidak mungkin untuk mendiagnosa ADHD pada anak di bawah usia 4 tahun.
Penanganan yang tepat sejak dini dapat membantu penderita ADHD.
Berikut Popmama.com berikan penjelasan apa itu ADHD dan cara menanganinya.
Gejala dan Ciri Anak ADHD
Untuk mengetahui penderita ADHD, perhatikan beberapa gejala yang biasa dialami anak ADHD berikut ini:
- Sulit berkonsentrasi.
- Cenderung sering melamun.
- Terlihat tidak mendengarkan instruksi atau kurang memperhatikan.
- Perhatiannya mudah teralihkan.
- Cenderung pelupa atau sering kehilangan barang.
- Umumnya selalu gagal dalam menyelesaikan tugas sekolah atau pekerjaan.
- Sensitif dan mudah terganggu.
- Sering gelisah, baik saat duduk maupun tidur.
- Banyak bicara, emosional, dan cenderung cengeng.
- Sering menginterupsi pembicaraan orang lain.
- Cenderung tidak sabar menunggu, misal menunggu antrian.
Editors' Pick
Tiga Jenis ADHD pada Anak
Para ahli pun mengidentifikasikan bahwa ADHD terdapat 3 jenis. Perbedaannya terdapat pada ciri khas ADHD nya.
Berikut definisi dan ciri-cirinya:
Inattentive ADHD
Inattentive ADHD adalah gangguan ADHD yang menyebabkan penyandangnya mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi.
Cirinya:
- Sulit untuk memberikan perhatian,
- sulit untuk mendengar perintah,
- tidak mematuhi petunjuk yang diajukan,
- memiliki kesulitan memahami informasi dengan cepat dan akurat.
Hyperactive-impulsive ADHD
Penyandang ADHD hyperactive-impulsive akan kesulitan untuk diam dan selalu bertingkah laku impulsif.
Ciri-ciri ADHD Hyperactive-impulsive:
- Memiliki kesulitan bermain dengan tenang,
- selalu berjalan-jalan sambil bermain,
- berbicara dengan cepat dan banyak,
- tidak bisa berpikir,
- selalu memberi jawaban walaupun belum selesai ditanya,
- tidak bisa mengontrol emosi.
Kombinasi hyperactive-impulsive dan inattentive
Anak yang menyandang ADHD kombinasi ini akan mengalami gangguan untuk konsentrasi, mengatur gerak tubuhnya, dan mengatasi emosinya.
Cirinya adalah gabungan dari ciri-ciri kedua jenis ADHD yang dibahas di atas.
Perlu diingat Ma, seringkali kondisi ADHD ini disalahartikan. Meski si Kecil Mama memiliki ciri-ciri perilaku di atas, namun tidak serta merta didiagnosis mengidap ADHD.
Anak yang dianggap ADHD bila perilaku hiperaktifnya konsisten hingga ia berusia di atas 5 tahun. Mama pun dapat langsung berkonsultasi dengan dokter spesialis anak atau psikolog anak untuk mengetahui lebih lanjut.
Penyebab ADHD
Sebenarnya apa yang menyebabkan anak ADHD? Sejumlah penelitian mengatakan ADHD sebagian besar disebabkan aspek genetik atau keturunan.
Berikut adalah beberapa penyebab ADHD:
Kelainan anatomi otak. Anak yang didiagnosis ADHD memiliki perbedaan dalam fungsi otak dibandingkan dengan anak-anak yang tidak didiagnosa ADHD. Pada otak terdapat bahan kimia bernama neurotransmitter yang berperan dalam proses interaksi sel-sel yang ada di otak. Pada penderita ADHD, neurotransmitter tidak berfungsi sehingga mengakibatkan konsekuensi yang tidak diinginkan seperti impulsif, kurang konsentrasi dan hiperaktif. Diketahui, anak yang menderita ADHD juga cenderung memiliki volume otak lebih kecil dibanding anak usianya.
Genetik. Penderita ADHD dipercaya karena diwariskan orangtua yang mengalami kelainan serupa. Menurut penelitian, satu dari empat anak penderita ADHD memiliki kerabat dengan gangguan serupa. ADHD juga lebih sering ditemukan pada anak kembar identik.
Faktor ibu. Ibu hamil yang memiliki kebiasaan merokok serta mengkonsumsi alkohol atau obat-obatan lain selama periode kehamilan, mempertinggi resiko memiliki anak dengan ADHD. Ibu hamil yang terpapar racun kimia seperti polychlorinated biphenyls juga berpotensi memiliki anak ADHD. Selain itu, orang tua yang selalu mengkritik dan menghukum anak untuk kesalahan-kesalahan kecil juga bisa memicu munculnya perilaku ADHD.
Faktor lingkungan. Paparan racun pada anak dari lingkungan sekitar seperti polychlorinated biphenyls dikhawatirkan akan memicu ADHD. Serta faktor lingkungan yang memicu ADHD pada anak diantara lain, polusi, pewarna makanan, dan paparan sinar neon.
Mencegah Anak ADHD
Tahukah Mama penderita ADHD dapat dicegah sejak dini ketika masa kehamilan, sehingga terlahir anak yang sehat.
Di bawah ini, beberapa cara untuk mencegah anak ADHD:
- Makan makanan yang sehat. Mencegah anak ADHD bisa dilakukan dengan makan makanan yang sehat seperti sayuran, buah dan kebutuhan nutrisi lainnya selama periode kehamilan, sehingga menghindari masalah pada pembentukan otak yang menyebabkan anak ADHD nantinya
- Hindari rokok dan alkohol, karena dapat menyebabkan masalah kesehatan pada bayi yang ada di dalam kandungan
- Hindari penggunaan obat tanpa anjuran oleh dokter kandungan, karena dapat membahayakan kesehatan bayi dalam kandungan
- Menjaga kandungan dengan baik, dengan rajin cek kesehatan atau kontrol secara teratur ke bidan atau dokter kandungan agar mengetahui kondisi dan perkembangan bayi di dalam kandungan
Terapi untuk Anak ADHD
Menurut kidshealth.org, ADHD pada anak tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat ditangani jika anak mendapatkan perawatan yang tepat. Ada beberapa terapi yang bisa dilakukan untuk menyembuhkan atau paling tidak mengurangi gejala ADHD.
Cara itu adalah:
Terapi keluarga. Terkadang terapi keluarga juga disebut pelatihan orangtua. Cara ini adalah salah satu cara terbaik untuk menangani penderita ADHD. Hal ini akan membantu orangtua belajar bagaimana menangani perilaku anak. Cara ini juga mengajarkan orangtua secara konsisten dan positif untuk menyesuaikan harapan. Orangtua sangat penting untuk berpartisipasi aktif dalam rencana pengobatan Si Anak, karena pendidikan orangtua juga merupakan bagian penting dari manajemen ADHD.
Terapi perilaku. Dalam terapi ini, orangtua serta perawat penderita ADHD akan dilatih untuk menyusun strategi guna membantu anak dalam berperilaku sehari-hari dan mengatasi situasi yang sulit, misalnya dengan menerapkan sistem pujian untuk menyemangati anak.
Obat-obatan. Dalam kebanyakan kasus, cara terbaik untuk mengobati ADHD adalah dengan terapi perilaku dan kombinasi obat-obatan. Namun, obat-obatan diperlukan jika ADHD yang dialami oleh anak cukup menganggu dan menghambat aktivitasnya.
Biasanya, dokter dan psikiater akan merancang terapi yang menyeluruh. Terapi menyeluruh adalah gabungan dari semua jenis terapi sehingga masalah si Anak lebih cepat tertangani.
Semoga informasi di atas dapat menambah pengetahuan Mama mengenai ADHD. Sebaiknya Mama harus lebih memperhatikan jika si Anak terlalu hiperaktif, jika terbukti ADHD penderita agar cepat mendapatkan penanganan.
Baca juga:
- Lakukan 5 Kegiatan Seru Ini untuk Melatih Konsentrasi Anak ADHD
- 5 Tanda Anak Mengalami ADHD yang Sulit Terdeteksi
- 5 Daftar Makanan yang Membuat Gejala Anak ADHD Semakin Memburuk