7 Cara Menghadapi Anak yang Suka Ngambek
Coba cek, jangan-jangan si Anak pemarah karena Mama suka marah juga
16 Mei 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Marah adalah emosi alamiah dan ada pada setiap orang, biasanya perilaku ini akan timbul bila manakala keinginan tidak dapat terpenuhi karena terhambat suatu kendala. Umumnya, anak-anak meluapkan rasa kesal dengan cara mengamuk, menjadi galak, menjerit, atau menangis dramatis.
Jika anak-anak sering mengalami kondisi tersebut, Mama selalu coba untuk memahami bahwa perilaku ini merupakan salah satu proses belajar pada anak untuk memenuhi kebutuhannya.
Hindari balik memarahi, menghukum, bahkan hingga melakukan kekerasan fisik untuk sekadar membuat anak menjadi diam.
Berikut Popmama.com telah merangkum beberapa tips yang dapat dilakukan oleh para orangtua untuk meredakan emosi anak-anak yang sedang marah, sehingga dengan sendirinya mereka mampu mengendalikan amarahnya.
Simak yuk Ma, cara mengatasi anak yang suka ngambek.
1. Mencari tahu penyebab kemarahan anak
Hal pertama yang perlu dilakukan saat anak marah adalah Mama harus mencari tahu dulu penyebab kemarahannya, entah itu karena memiliki masalah di sekolah atau lingkungan mainnya.
Selain itu ada beberapa hal sederhana yang menyebabkan seorang anak mudah marah, misalnya karena lapar atau kondisi kesehatan anak yang sedang tidak begitu baik.
Itulah sebabnya, sebagai Mama harus mencari tahu dan memastikan penyebab kemarahan anak sehingga akan mudah mencari solusinya. Contohnya jika anak mudah marah karena keinginannya tidak terpenuhi, misal ingin mainan baru.
Ada baiknya orangtua untuk memenuhi kebutuhan anak tersebut, namun disesuaikan juga dengan kemampuannya. Biasanya anak jarang memiliki keinginan yang tinggi, jika tidak diajarkan terlebih dahulu.
3. Komunikasi dua arah
Sebagai orangtua, sangat penting untuk menjalin komunikasi yang baik dengan anak. Namun, terkadang komunikasi yang terjalin hanya komunikasi satu arah saja, dimana pihak orangtua yang lebih banyak mendominasi.
Sehingga ketika anak ingin menyampaikan pendapatnya pada orangtuanya, ia mengalami kesulitan yang menimbulkan sikap protes kepada orangtua dengan cara marah, ngambek, atau sampai merusak sesuatu.
Itu sebabnya, membangun komunikasi dua arah yang baik antara orangtua dan anak menjadi hal yang harus dilakukan. Ketika komunikasi yang terjadi terjalin dengan baik, maka anak-anak akan lebih mudah untuk menyampaikan segala bentuk aspirasinya.
Editors' Pick
2. Pahami perasaan anak
Umumnya seorang anak memiliki keingintahuan dan kemauan yang kuat untuk melakukan sesuatu, tapi seringkali kemampuannya tidak sekuat keinginannya.
Hal inilah yang biasanya membuat anak kesal dan melampiaskannya dengan marah-marah. Oleh karena itu, sebagai orangtua penting untuk memahami perasaan dan kebiasaan anak. Misal tahu seberapa besar kesukaan anak akan sesuatu, dan mengerti apa yang ingin atau tidak ingin mereka lakukan.
Upaya ini juga mampu mempermudah orangtua untuk menggali potensi yang dimiliki anak, dengan demikian anak melakukan kegiatan yang memang mereka senangi tanpa ada paksaan.
4. Berikan batasan
Ketika anak marah beri anak waktu untuk mengekspresikan emosinya. Tapi, tetap tegas untuk tidak melanggar kesepakatan bersama yang sudah dibuat sebelumnya antara orangtua dan anak.
Bila anak melanggar kesepakatan, beri ia tanggapan sebab akibat misal, “Kalau marah, nangis tak apa, tapi jangan melempar barang ya sayang.” Tujuannya, supaya anak tahu bahwa saat kesal tidak boleh mengamuk, melempar barang, serta sebagainya.
Oleh karena itu, Mama wajib memberikan alasan yang logis kepada anak mengapa kita melarangnya apalagi menimbulkan risiko yang tidak diinginkan.
5. Kontak Fisik
Saat anak sudah mulai tenang dari rasa marahnya, Mama bisa melakukan kontak fisik misal dengan cara memberinya pelukan. Kadang kemarahan seorang anak bisa diakibatkan juga kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orangtua.
Penelitian juga membuktikan bahwa memberikan pelukan terhadap anak yang pemarah dapat menghentikan kemarahannya.
Hal ini terjadi karena saat marah ada senyawa dopamin yang dilepaskan otak, sehingga memberikan rasa tenang, aman, nyaman dan membuat pikiran jadi rileks pada anak.
Namun, bila anak menolak untuk dipeluk, mendeklah secara fisik saja. Tidak perlu memaksa anak.
6. Tenang dan bijaksana
Memang tidak selalu mudah untuk bersikap tetap tenang dan tidak ikut terbawa emosi saat menghadapi anak pemarah.
Namun, orangtua perlu memberikan teladan kepada anak-anaknya bagaimana cara yang benar mengatasi rasa emosi.
Orang tua yang dalam kesehariannya tidak dapat menahan emosinya dengan baik dan benar, maka anak-anak akan meniru kebiasaan tersebut.
Oleh sebab itu, bila menginginkan anak-anak kita dapat mengendalikan emosi mereka, maka kita juga sebagai orang tua berusaha menahan diri ketika akan marah untuk tidak dihadapan anak secara langsung
7. Resolusi konflik
Ketika rasa marah anak mulai mereda, lakukan langkah menyelesaikan konflik bersama anak. Setelah situasi mulai tenang, disaat itulah waktu yang tepat untuk Mama mengajak anak untuk bicara empat mata.
Cari solusi bersama untuk mengatasi masalah tersebut, berikan kesempatan juga pada anak untuk mengatakan solusi apa yang ia inginkan.
Dengan duduk dan mencari jalan keluar bersama, tujuannya agar anak belajar untuk mengatasi rasa kesalnya saat marah.
Itulah beberapa cara yang dapat Mama terapkan untuk membantu mengatasi anak pemarah. Langkah antisipasi yang tepat juga dapat membawa dampak positif bagi tumbuh kembang anak lho, Ma!
Baca juga:
- Si Kecil Baru Belajar Puasa? 5 Hal Ini Bisa Bikin Dia Semangat Lho
- Belajar Masak dengan Game Online GirlsGoGames untuk Anak Perempuan
- 6 Cara Mengajarkan Anak Bersosialisasi dengan Baik pada Tetangga