12 Siswa SD di Cianjur Tertular HIV/AIDS dari Orangtuanya
Ketahui gejala HIV/AIDS pada anak sebelum terlambat
1 September 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Hingga saat ini, HIV/AIDS masih menjadi salah satu isu kesehatan utama di dunia. Menurut laporan UNAIDS pada tahun 2021, terhitung sudah ada 38,4 juta orang di seluruh dunia yang hidup dengan HIV. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1,7 juta dari mereka adalah anak-anak dengan rentang usia 0-14 tahun.
Jumlah tersebut juga bertambah pada anak Indonesia, di mana baru-baru ini dilaporkan sebanyak 12 siswa Sekolah Dasar (SD) di Cianjur positif tertular HIV/AIDS dari orangtua mereka.
Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Cianjur, belasan anak yang dinyatakan terinfeksi HIV/AIDS sudah terpapar sejak mereka lahir dari orangtuanya.
Melansir dari berbagai sumber, berikut Popmama.com rangkum informasi terkait belasan siswa SD di Cianjur yang tertular HIV/AIDS, serta apa saja gejala pada anak yang perlu orangtua ketahui.
1. Terpapar sejak lahir
Berdasarkan hasil pemeriksaan, setidaknya sebanyak 12 siswa yang tersebar di sejumlah SD di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, dinyatakan positif HIV/AIDS. Menurut KPA, masing-masing dari mereka positif HIV sejak lahir karena terpapar dari orangtuanya.
Menurut KPA Kabupaten Cianjur sendiri, kasus IRT (ibu rumah tangga) yang positif HIV di Cianjur memang terbilang tinggi. Kebanyakan dari mereka tertular dari suami masing-masing, yang kemudian berdampak pada kesehatan anak-anak mereka.
Editors' Pick
2. Kondisi terkini siswa yang terpapar HIV/AIDS
Lebih lanjut KPA menjelaskan bahwa sejumlah siswa SD di Cianjur yang tertular HIV diketahui usai pemeriksaan VCT. Hingga kini, kondisi para siswa yang terpapar dinyatakan cukup sehat meski mereka belum mengetahui bahwa dirinya adalah ODHA (Orang dengan HIV/AIDS).
Rata-rata dari mereka berusia 10 hingga 12 tahun, atau setara kelas 5 dan 6 SD. Sebagian besar berasal dari keluarga dengan tingkatan finansial rendah, serta merupakan anak yatim piatu karena orangtuanya telah meninggal dunia akibat HIV/AIDS yang diderita.
Guna melanjutkan kehidupan sehari-hari mereka, KPA Cianjur juga menambahkan bahwa selain membuka donasi untuk membantu memenuhi kebutuhan sekolah dan sehari-hari, pihaknya juga akan menjamin pasokan obat untuk dikonsumsi rutin oleh anak-anak tersebut
3. Penyebab HIV/AIDS pada anak
Dari informasi terkait kasus siswa SD di Cianjur terpapar HIV/AIDS, para orangtua pun kembali dihimbau untuk selalu waspada dan mengetahui apa saja gejala yang bisa terjadi pada anak mereka.
Penyebab dari penyakit ini diketahui karena adanya infeksi human immunodeficiency virus. Virus tersebut yang kemudian menghancurkan sel CD4 (sel T), jenis sel darah putih dalam bagian sistem imun yang khusus bertugas melawan infeksi.
Tak hanya melalui hubungan seks bebas yang dilakukan orang dewasa, hal ini juga bisa berdampak pada calon anak mereka kelak nanti. Sebab kebanyakan kasus HIV pada anak biasanya terjadi karena tertular dari orangtua mereka.
Menurut yayasan nonprofit Pediatric AIDS Foundation, lebih dari 90% kasus penularan HIV pada anak kecil dan bayi terjadi saat masa kehamilan. Sehingga calon ibu yang positif HIV bisa saja menularkannya pada calon buah hati mereka saat melahirkan.
Selain penularan yang terjadi di masa kehamilan, adanya penggunaan jarum suntik bekas secara bergantian juga menjadi penyebab lain anak bisa tertular HIV, Ma. Sebab virus HIV dapat bertahan hidup di dalam jarum suntik selama kurang lebih 42 hari, setelah kontak pertama kali dengan pemakai pertamanya yang dinyatakan positif.
Seperti diketahui, HIV rentan ditularkan melalui hubungan seks bebas yang tidak aman. Hal ini juga menjadi salah satu permasalahan yang dialami banyak anak muda di Indonesia yang melakukan hubungan seks sembarangan. Selain itu, maraknya perkawinan anak di bawah umur dengan orang yang berisiko memiliki HIV juga membuatnya lebih rentan terinfeksi.
4. Gejala HIV/AIDS pada anak
Selain mengetahui penyebabnya, orangtua juga perlu memerhatikan gejala apa saja yang mungkin terjadi pada anak dengan penyakit HIV/AIDS. Gejala berikut terbagi menjadi tiga kategori untuk anak-anak usia lebih dari dua tahun. Berikut di antaranya:
Gejala HIV ringan pada anak usia sekolah:
- Adanya pembengkakan kelenjar getah bening.
- Pembengkakan perut karena membengkaknya hati dan limpa anak.
- Kelenjar parotis (kelenjar ludah yang terletak di dekat telinga) juga membengkak.
- Sering alami infeksi sinus dan telinga.
- Gatal dan adanya ruam pada kulit.
- Gejala HIV taraf sedang pada anak usia sekolah
Gejala HIV ringan pada anak usia sekolah:
- Diare
- Demam tinggi yang tidak kunjung sembuh lebih dari satu bulan.
- Sariawan yang berlangsung lebih dari dua bulan.
- Pneumonitis, pembengkakan dan peradangan jaringan paru-paru
- Hepatitis atau peradangan organ hati.
- Cacar air dengan komplikasi.
- Gangguan atau penyakit ginjal.
Gejala HIV parah pada anak usia sekolah
- Adanya tumor atau lesi ganas.
- Peradangan otak atau ensefalitis.
- Infeksi jamur pada saluran pencernaan dan paru-paru.
- Pneumocytis jiroveci, jenis pneumonia yang paling sering terjadi pada penderita HIV.
- Menderita dua infeksi bakteri yang serius dalam dua tahun belakangan, seperti meningitis atau sepsis.
Demikianlah informasi terkait 12 siswa SD di Cianjur tertular HIV/AIDS, serta penyebab dan gejala HIV pada anak yang perlu orangtua ketahui.
Perlu diingat juga bahwa gejala HIV pada anak juga bisa saja sama dengan masalah medis lainnya, sehingga pastikan untuk selalu konsultasikan terlebih dahulu jika Mama dan Papa melihat adanya gejala awal pada anak.
Semoga informasinya bermanfaat dan bisa membuat kita sebagai orangtua agar lebih waspada ya, Ma, Pa.
Baca juga:
- Berkat Teknologi, Vaksin mRNA HIV akan Segera Hadir
- Sebanyak 12 Ibu Hamil di Cianjur Positif HIV/AIDS
- Seorang Anak 4 Tahun di NTB Dinyatakan Tertular HIV dari ASI