4 Sifat Wajib Rasul & Sifat Mustahil yang Harus Diyakini dan Dicontoh
Sifat wajib pada Rasul ini bisa dijadikan contoh baik untuk anak
13 Januari 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pada hakikatnya, Allah SWT telah memerintahkan Rasulnya untuk menyampaikan wahyu. Para Nabi dan Rasul Allah ini kemudian memiliki sifat-sifat mulai yang disebut sebagai sifat wajib.
Sifat wajib bagi para Rasul sendiri merupakan sifat mulai yang Allah SWT karuniai kepada para Nabi dan Rasul agar dapat menjadi tauladan bagi seluruh umat manusia.
Terdapat empat sifat wajib yang mencerminkan bahwa Nabi dan Rasul adalah manusia pilihan Allah SWT yang maksum. Artinya terjaga untuk senantiasa melakukan hal baik dan terhindari dari hal tidak baik.
Dari keempat sifat wajib Rasul, Mama bisa mengajarkannya pada anak untuk diyakini dan dicontoh dalam kehidupan harian mereka. Berikut empat sifat wajib Rasul yang bisa Mama ajarkan pada anak. Disimak yuk rangkuman Popmama.com berikut ini, Ma!
Sifat Wajib Rasul
Sifat wajib Rasul adalah sifat yang sudah pasti dimiliki oleh Rasulullah dan bisa dilihat dalam kisah sehari-hari emreka yang telah dituliskan dalam berbagai ayat Al-Qur'an maupun hadist.
Berikut ini adalah 4 sifat wajib Rasul yang perlu ditanamkan pada anak untuk diyakini dan dicontoh, yatu:
1. As-Siddiq
Sifat wajib rasul pertama yang wajib dimiliki ialah As-Siddiq yang berarti selalu benar atau jujur. Sifat ini berarti seorang Rasul sudah pasti jujur dan tak pernah berbohong kepada Allah SWT dan juga kepada orang lain.
Hal ini seperti yang disebutkan Nabi Ibrahim A.S kepada ayahnya bahwa menyembah berhala termasuk perbuatan yang salah. Peristiwa tersebut dijelaskan dalam Q.S. Maryam 19 : 41 yang berbunyi:
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِبْرَاهِيمَ ۚ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا
Artinya :
Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Ibrahim di dalam kitab (al-Qur’an), sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat membenarkan seorang nabi. (QS. Maryam: 41)
Berikut adalah salah satu kisah Rasul yang memperlihatkan sifat kejujurannya atau As-Siddiq:
Imam Tirmizi meriwayatkan dari Abdullah bin Hamsa bahwa ia pernah bertransaksi jual beli dengan Rasulullah sebelum beliau diutus sebagai Rasul. Abdullah membawa piutang beliau dan berjanji akan membayarnya di tempat yang sama, namun ia lupa. Setelah tiga hari, ia ingat, datang ke tempat yang dijanjikan, dan Rasulullah sudah menunggu selama tiga hari.
Rasulullah bersabda, "Wahai anak muda, engkau telah menyusahkan aku, aku di sini sejak tiga hari yang lalu untuk menunggumu."
Kejujuran dalam tiap-tiap perkataannya bahkan telah dicontohkan jauh sebelum Nabi Muhammad SAW lahir, yaitu di masa Nabi Ismail AS sebagaimana dikisahkan dalam surat Maryam: 54 yang berbunyi:
وَاذۡكُرۡ فِى الۡـكِتٰبِ اِسۡمٰعِيۡلَ ۚاِنَّهٗ كَانَ صَادِقَ الۡوَعۡدِ وَكَانَ رَسُوۡلًا نَّبِيًّا
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.”
2. Al-Amanah
Sifat kedua ialah Al-Amanah yang berarti dapat dipercaya. Sifat ini memiliki arti bahwa Rasul sudah pasti dapat dipercaya, hal ini seperti yang dijelaskan dalam Q.S Asy-Syu’ara ayat 106-107 yang berbunyi:
إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ نُوحٌ أَلَا تَتَّقُونَ . إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ
Artinya :
Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku ini seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu. (QS. asy-Syu’ara: 106- 107)
Dijelaskan bahwa kaum Nabi Nuh A.S mendustakan apa yang telah dibawa oleh Nabi Nuh. Kemudian Allah SWT menegaskan bahwa Nabi Nuh termasuk orang yang amanah atau dapat dipercaya.
Berikut adalah salah satu kisah Rasul yang memperlihatkan sifat dapat dipercaya atau Al-Amanah:
Dalam Perang Khaibar, pasukan Muslim dan Rasulullah SAW menghadapi kesulitan besar hingga harus mengonsumsi daging yang dianggap makruh. Seorang Yahudi yang bekerja sebagai gembala datang kepada Rasulullah. Ia ingin memahami hakikat Islam dan setelah diajarkan oleh Rasulullah, kemudian ia memeluk Islam.
“Wahai Rasulullah! Aku adalah seorang Yahudi dan mengembala adalah pekerjaanku. Aku sedang membawa domba-domba orang Yahudi yang ingin aku kembalikan lagi kepada pemiliknya. Sekarang, aku ingin engkau menjelaskan kepadaku tentang hakikat Islam. Sehingga aku bisa bangga menjadi seorang Muslim,” ujar seoranh Yahudi tersebut pada Rasulullah.
Rasulullah pun memandangnya dengan penuh rasa welas asih. Lalu, beliau mengajarkan agama Islam hingga dua kalimat syahadat kepadanya.
Setelah menjadi Muslim, lelaki tersebut kembali dengan membawa domba-domba milik orang Yahudi yang sedang berperang dengan pasukan Muslim. Meskipun pasukan Muslim mengalami kesulitan, Rasulullah menegaskan bahwa khianat dalam amanah adalah dosa besar. Ia menasihati lelaki tersebut untuk kembali ke Khaibar dan mengembalikan domba-domba tersebut kepada pemiliknya.
“Wahai Fulan! Khianat dalam amanah merupakan sebuah dosa besar dalam agama Islam. Sekarang kamu adalah seorang Muslim maka kamu harus menjalankan ajaran Islam dan menjaga amanah adalah sesuatu yang wajib. Maka pergilah engkau ke Benteng Khaibar dan kembalikanlah domba-domba ini kepada pemiliknya!”
3. At-Tabligh
Selanjutnya At-Tabligh yang berarti menyampaikan wahyu. Sebagai utusan Allah SWT, sudah pasti setiap Rasul akan menyampaikan wahyu dan tak ada satupun wahyu yang disembunyikan.
Seperti halnya Nabi Muhammad S.A.W yang menyampaikan semua ayat-ayat Al-Quran kepada umatnya dan tidak ada satupun yang disembunyikan. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits bahwasanya sayyidina Ali berkata :
“Demi Zat yang membelah biji dan melepas napas, tiada yang disembunyikan kecuali pemahaman seseorang terhadap al-Qur’an.“
Serta tertulis dalam surah Q.S. Al-Maidah ayat 67 yang berbunyi:
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ ۖ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ ۚ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Artinya:
Wahai rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir. (QS. al-Maidah: 67)
Berikut adalah salah satu kisah Rasul yang memperlihatkan sifat menyampaikan wahyu atau At-Tabligh:
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Aisyah RA menceritakan bahwa awal wahyu kepada Rasulullah SAW dimulai dengan mimpi yang benar, yang menampilkan cahaya shubuh. Setelah itu, Rasulullah pergi ke Gua Hira untuk beribadah selama beberapa hari, hingga pada 17 Ramadhan, malaikat Jibril datang dan menyuruhnya membaca.
Meskipun awalnya kesulitan, setelah tiga kali, Rasulullah berhasil membaca surat Al-Alaq ayat 1-5 yang berbunyi:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ. خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ. اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ. الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ. عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Artinya:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam (pena). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Setelah hal tersebur, Rasulullah pulang dengan gelisah dan menggigil. Khadijah membantu dan memberikan dukungan, meyakinkan Rasulullah bahwa Allah tidak akan menghinakannya, mengingat semua kebaikan yang telah dilakukan oleh Rasulullah dalam mendukung persaudaraan, menolong yang kesusahan, menghormati tamu, dan membantu yang membela kebenaran.
Dari peristiwa tersebut Nabi Muhammad SAW kemudian langsung diutus oleh Allah SWT sebagai Rasul. Dengan ini, beliau menerima perintah untuk menyampaikan dan mendakwahkan agama Islam bagi seluruh umat manusia.
Editors' Pick
4. Al-Fatanah
Terakhir adalah Al-Fatanah, sifat ini berarti Rasul memiliki kecerdasan yang tinggi agar mampu memerangi kaum yang masih belum berada dijalan Allah SWT dan mengajak mereka untuk berada dijalan yang di ridhoi Allah SWT.
Dalam menyampaikan wahyu Allah SWT kepada umat manusia, dibutuhkan kemampuan, diplomasi, dan strategi khusus agar wahyu yang tersimpan di dalam hukum-hukum Allah dapat disampaikan dan diterima dengan baik oleh umat manusia.
Hal ini sebagaimana firman Allah SWT yang berbunyi: “Dan itulah hujah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya.” (QS. al-An’am, 83).
Berikut adalah salah satu kisah Rasul yang memperlihatkan sifat cerdas atau Al-Fatanah:
Dalam riwayat yang disampaikan oleh Ali bin Abu Thalib, saat pasukan Islam bersiap untuk pertempuran di Badar, Rasulullah mencari informasi tentang pasukan suku Qurais dari dua pemuda penyedia air untuk pasukan Qurais. Mereka memberikan informasi tentang lokasi dan sedikit ragu ketika ditanya tentang jumlah pasukan.
Rasulullah kemudian mengganti pertanyaannya menjadi, “Berapakah jumlah unta dan kambing yang mereka sembelih setiap harinya?”
Dengan informasi bahwa pasukan suku Qurais menyembelih sekitar 10 ekor kambing setiap harinya, Rasulullah dapat memprediksi jumlah pasukan musuh sekitar seribu orang, dengan asumsi bahwa setiap ekor kambing diberikan untuk seratus pasukan.
Ini adalah contoh kecerdasan dan pemahaman strategis Rasulullah dalam mengumpulkan dan menganalisis data untuk memahami kekuatan musuhnya, sehingga dirinya memiliki sifat Al-Fatanah yang berarti cerdas.
Sifat Mustahil Rasul
Selain sifat wajib Rasul, anak juga perlu diberikan ajaran bahwa ada pula yang namanya sifat mustahil Rasul. Maksudnya adalah sifat yang tidak mungkin ada di dalam diri Rasulullah.
Hal ini karena Rasul adalah manusia terpilih yang diberikan tugas oleh Allah SWT untuk menyampaikan seluruh risalahNya dalam mengajak umat manusia beriman kepadaNya.Berikut 4 sifat mustahil Rasul yang perlu untuk diketahui:
1. Al-Kidzib
Al-Kidzib memiliki arti berdusta. Sifat seperti ini sangat mustahil dimiliki oleh Rasul karena mereka tidak mungkin melakukan hal bohong atau dusat.
Semua perkataan dan perbuatan para Rasulullah adalah jujur dan benar, tidak pernah palsu atau dibuat-buat. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam surat An-Najm: 2-4 yang berbunyi:
مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَىٰ . وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ . إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ
Artinya:
“Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak (pula) keliru, dan tidaklah yang diucapkan itu (al-Qur’ān) menurut keinginannya tidak lain (al-Qur’an) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. an-Najm: 2-4)
2. Khianah
Sifat mustahil Rasul berikutnya adalah Khianah, yang artinya adalah berkhianat. Hal ini karena semua yang diamanatkan oleh Allah SWT pasti akan ia laksanakan sebagaimana mestinya.
Penjelasan sifat mustahil Rasul yang satu ini juga telah dijelaskan dalam surat Al-An’am ayat 106 yang berbunyi:
اتَّبِعْ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ
Artinya:
“Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad), tidak ada Tuhan selain Dia, dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.” (QS. al-An’am: 106).
3. Kitman
Kitman menjadi sifat mustahil Rasul berikutnya yang memiliki arti mustahil Rasul menyembunyikan kebenaran. Hal ini sebagaimana disebutkan para umatnya dan sudah tertuang jelas dalam surat al-An’am ayat 50:
قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ ۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ ۚ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ
Artinya:
“Katakanlah (Muhammad), Aku tidak mengatakan kepadamu bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan aku tidak mengetahui yang gaib dan aku tidak (pula) mengatakan kepadamu bahwa aku malaikat. Aku hanya mengikuti apa yang di wahyukan kepadaku. Katakanlah, Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat? Apakah kamu tidak memikirkan(nya).” (QS. al-An’am: 50)
4. Baladah
Terakhir, sifat mustahil bagi Rasul yang juga tidak mungkin adalah bodoh. Rasulullah memang hanya umat manusia ummi (tak bisa membaca dan menulis), tetapi Allah SWT menganugerahkan kecerdasan luar biasa padanya sehingga diberikan kepercayaan untuk yang diutus langsung dalam mengajarkan agama pada umatNya.
Itulah keempat sifat wajib Rasul dan sifat mustahil Rasul yang bisa Mama ajarkan pada anak untuk diyakini dan dicontoh agar kelak anak dapat merasakan kebaikan di kehidupannya. Sebab tak ada yang lebih berharga dari hidup yang selalu mendapat ridho Allah SWT, bukan?
Semoga informasinya bermanfaat ya, Ma!
Baca juga:
- Mengajarkan Perbedaan Nabi dan Rasul pada Anak
- 5 Rasul Ulul Azmi Beserta Mukjizatnya yang Perlu Anak Ketahui
- 25 Nama Nabi dan Rasul yang Harus Dihafal Anak dalam Agama Islam