Apa Itu Imlek, Budaya yang Dapat Diwariskan ke Anak
Disebut sebagai ritual pengusiran monster, benar nggak ya?
24 Januari 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Menyambut pergantian tahun, selain identik dengan pesat tahun baru yang meriah, juga menjadi penanda akan datangnya tahun baru Tiongkok atau lebih sering disebut sebagai Hari Raya Imlek.
Selain menjadi ciri khas bagi masyarakat keturunan Tionghoa, tahukah Mama mengapa perayaan ini dirayakan setiap tahunnya? Ternyata, di balik itu semua terdapat cerita dari mitos dan legenda yang bisa diwariskan kepada anak-anak, Ma.
Menjadi budaya yang diwariskan secara turun menurun sejak Dinasti Xia, berikut Popmama.com akan rangkum beberapa cerita dan apa itu Imlek, budaya yang bisa diajarkan kepada anak.
1. Apa itu Hari Raya Imlek?
Imlek adalah Tahun Baru China yang jatuh pada tanggal satu bulan pertama di awal tahun, berkaitan erat dengan pesta menyambut musim semi.
Merujuk pada Surat Keputusan Bersama yang ditetapkan pemerintah terkait libur nasional pada tahun 2022, perayaan Imlek pada tahun ini jatuh pada tanggal 1 Februari 2022 dan berakhir dengan Cap Go Meh tepatnya tanggal ke-15 pada saat bulan purnama.
Di beberapa negara, perayaan Imlek memiliki nama yang beragam. Meski begitu, pada dasarnya perayaan ini hampir sama. DI mana nantinya seluruh anggota keluarga besar akan berkumpul di rumah orangtua atau kakek dan nenek.
Melihat dari budaya Tionghoa sendiri, bahwasanya mereka yang lebih tua harus datang mengunjungi rumah keluarga mereka yang lebih tua, kemudian kumpul untuk melakukan acara makan bersama.Ada pun makanan khas Hari Raya Imlek yang begitu populer adalah ikan bandeng.
Editors' Pick
2. Tujuan Hari Raya Imlek
Tak sekadar perayaan tahun baru pada penanggalan Tionghoa, Imlek sendiri menjadi tradisi tertua dan juga penting bagi kehidupan komunitas Tionghoa. Ada pun tujuan dari perayaan tersebut di antaranya adalah:
- Sebagai rasa syukur menyambut musim semi
Sesuai dengan penanggalan Tionghoa, perayaan Imlek dilakukan pada saat musim semi tiba. Perayaan ini dilakukan sebagai bentuk syukur masyarakat Tionghoa dalam melakukan cocok tanam di musim semi sebagai pemenuh kebutuhan hidup mereka.
Itulah mengapa mereka menyambut musim semi dengan penuh syukur, karena mereka dapat melakukan cocok tanam dan menghasilkan keuangan yang baik. Sehingga masyarakat Tionghoa akan mengucapkan kata "Sin Chun Kiong Hi" atau selamat datang musim semi kepada satu sama lain.
- Dipercaya sebagai perayaan untuk melawan monster
Mengutip artikel chinahighlights.com, Hari Raya Imlek dalam bahasa Tiongkok yakni Guo Nian (过年). Di mana artinya yakni “merayakan tahun baru” atau “mengalahkan Nian.”
Nian sendiri digambarkan sebagai monster berkepala panjang, yang juga disertai dengan tanduk yang tajam. Disebutkan bahwa monster tersebut akan muncul pada perayaan Imlek untuk memakan orang dan ternak sekitar.
Cerita lebih lanjut menyebutkan bahwa Nian ini takut akan warna merah. Mengetahui legenda tersebut, masyarakat pun akhirnya menempelkan kertas merah pada pintu, serta mengenakan baju merah yang menjadi ciri khas Imlek.
Itulah mengapa perayaan Imlek dilakukan sebagai bentuk kegiatan dalam melawan makhkluk buas Nian atau monster sebagaimana legenda menceritakan.
- Harapan baru untuk keberuntungan
Sama seperti kepercayaan lainnya yang juga melakukan ibadah pada perayaan tertentu sebagai bentuk syukur. Pada perayaan ini, masyarakat akan melakukan sembahyang sebagai rasa syukur dan terima kasih mereka.
Melalui perayaan Imlek, mereka berharap dan berdoa agar di tahun baru ini menjadi orang yang beruntung dan lebih baik lagi, juga berdoa untuk kelenacaran rezeki dan hubungan yang lebih baik antar sesama.
3. Sudah dirayakan sejak ribuan tahun lalu
Perayaan setiap tahun masyarakat Tionghoa ini rupanya sudah terjadi sejak ribuan tahun lalu. Meski tidak diketahui pasti kapan mulainya perayaan Imlek, namun diketahui perayaan ini sudah ada sejak 3.500 tahun yang lalu.
Kebenaran tersebut ditemukan dalam prasasti sejarah Tiongkok. Informasi lain yang memudahkan pengetahuan tentang Imlek adalah telah dilewatinya lima era dari Dinasti berbeda, yakni Dinasti Shang (1600-1046 sebelum masehi), Dinasti Zhou (1046-256 sebelum masehi), Dinasti Han (202 sebelum masehi–220), Dinasti Wei-Qing (220–1911) dan zaman modern (1980–sekarang).
Ada pun di setiap eranya terdapat perubahan ritual dan perayaan yang berbeda. Kendati demikian, tujuan dari perayaan ini tetaplah sama dan mengharapkan datangnya kebaikan kepada semua yang merayakan.
4. Anak-anak menjadi orang yang paling bahagia saat perayaan Imlek
Selain identik dengan warna serba merah, perayaan tahun baru masyarakat Tionghoa ini juga identik dengan pemberian angpao. Itulah mengapa anak-anak menjadi orang yang paling bahagia saat perayaan Imlek tiba.
Anak-anak menjadi kelompok usia yang banyak mendapatkan angpao dari para anggota keluarga yang sudah dewasa, khususnya mereka yang sudah menikah. Legenda mengatakan, bahwa orang dewasa yang sudah menikah wajib memberikan angpao di hari Imlek kepada orangtua dan sanak keluarga yang belum menikah, termasuk anak-anak.
Sebagian besar masyarakat keturunan Tionghoa percaya bahwa rezeki akan datang kembali jika mereka memberi. Itulah mengapa saat memberikan angpao, banyak orang yang akan berkata bahwa, "Meski isinya tak seberapa, namun yang terpenting adalah doa untuk rezeki terus bertambah."
Sehingga momen kebersamaan seperti inilah yang begitu dinantikan dan begitu indah bagi masyarakat keturunan Tionghoa yang merayakannya.
Itulah serba serbi seputar budaya Imlek yang bisa Mama wariskan kepada anak-anak. Sudah siapkah Mama dan keluarga dalam menyambut perayaan Imlek tahun ini?
Baca juga:
- 40 Ucapan Imlek 2022 dalam Bahasa Indonesia, Mandarin/Kanton & Inggris
- 8 Tradisi Perayaan Imlek yang Penuh Makna
- Ikan Bandeng, Makanan yang Sering Disajikan saat Imlek