Sama seperti orang dewasa, anak-anak pun memiliki ragam perasaan atau emosi, Ma. Tak hanya itu, setiap anak juga memiliki karakteristik sendiri yang menjadi pembeda antara ia dengan teman seusianya.
Sebagai orangtua, kita perlu mengenali emosi anak dan perkembangannya guna melatih anak meruglasi emosi sejak sedini mungkin.
Sebab di usia sekolah, tak hanya kecerdasan akademis saja yang anak butuhkan, tetapi ada pula kecerdasan emosional yang bisa mengekspresikan dan mengelola perasaan dengan tepat, serta menghargai perasaan orang lain.
Lantas, bagaimana cara melatih regulasi emosi anak sesuai perkembangannya? Dilansir dari ragam sumber, berikut Popmama.com telah merangkum informasi selengkapnya.
1. Cara anak mengekspresikan perasaannya
Freepik/Drobotdean
Kemampuan emosional seseorang sudah terbentuk sejak lahir seperti menangis, tersenyum, frustasi. Dalam Desmita, 2006:19 disebutkan bahwa beberapa minggu setelah lahir, bayi sudah dapat memperlihatkan ragam ekspresi.
Mulai dari emosi dasar seperti kebahagiaan, perhatian, keheranan, ketakutan, kemarahan, kesedihan, dan kebosanan sesuai dengan situasinya. Itulah mengapa penting mengenali emosi anak sejak dini, Ma.
Sebab, anak-anak umumnya belum mampu mengemukakan perasaan mereka, sehingga emosi-emosi yang beragamlah yang menjadi komunikasi mereka untuk mengungkapkan perasaan tersebut.
Bahkan, untuk mengekspresikan perasaannya, anak-anak akan mengungkapkannya melalui perilaku yang tidak tepat dan menimbulkan masalah.
Editors' Pick
2. Usia sekolah, emosi anak mulai berkembang
Freepik/pch-vector
Setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, anak usia 2-6 tahun mulai dapat merasakan perasaan kasih sayang serta empati. Saat sudah memasuki usia sekolah yakni 6-12 tahun, kemampuan kognitif dalam mengekspresikan emosinya pun semakin berkembang.
Di usia ini, umumnya anak mulai mengetahui kapan mereka harus mengontrol ekspresi emosi. Sehingga anak mulai bisa menguasai keptrampilan regulasi perilaku yang memungkinkannya untuk menyembunyikan emosin dengan cara yang sesuai aturan sosial.
3. Melatih anak meregulasi emosi
Freepik/Racool_studio
Memiliki anak yang cerdas secara kognitif maupun emosional memang memerlukan waktu dan pembelajaran yang tidak instan. Langkah pertama yang bisa Mama lakukan adalah dengan melatih meregulasi emosinya.
Dilansir dari RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, dr. Anggia Hapsari, Sp.KJ (K), Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Konsultan Psikiatri Anak & Remaja menyebutkan beberapa langkah dalam membantu anak memiliki regulasi emosi. Antara lain:
Kenali emosi/perasaan diri (name the feeling)
Kenali emosi/perasaan orang lain
Hadir dan dengarkan perasaan anak
Menanggapi dengan tepat apa yang menjadi kebutuhan anak
Tidak bereaksi negatif saat anak rewel atau marah
Jadi role model atau panutan untuk anak
Senang bermain dengan anak dan tertarik dengan aktivitas anak
Meski sudah dilatih untuk dapat merugalasi emosinya, namun tak jarang anak-anak juga alami emosi negatif yang menjadi ledakan emosi.
Meski hal seperti ini dianggap wajar, namun dr. Anggia menjelaskan beberapa ledakan emosi anak yang perlu Mama waspadai. Antara lain jika anak mengalami kondisi sebagai berikut:
Tantrum dan ledakan (outbursts)terjadi pada tahapan usia perkembangan di mana seharusnya sudah tidak terjadi, yaitu di atas usia 7-8 tahun
Tantrum dan perilaku anak telah membuat distress atau kesulitan dalam keseharian keluarga
Perilaku anak sudah membahayakan dirinya atau orang lain
Perilaku anak menimbulkan masalah serius di sekolah
Perilaku anak memengaruhi kemampuannya bersosialisasi dengan teman, sehingga anak dikucilkan atau diabaikan oleh teman-temannya
Saat anak merasa tidak mampu mengendalikan emosi marahnya dan merasa dirinya “buruk”
5. Faktor penyebab ledakan emosi anak
Freepik
Bukan tanpa sebab anak alami emosi negatif yang akhirnya menimbulkan ledakan emosi. Terdapat beberapa faktor penyebab masalah emosinya yang terjadi pada anak, antara lain:
Sedikit mendapat kasih sayang dari keluarga maupun teman
Terlalu terikat dengan satu figur yang dominan
Guna menghindarinya, kepercayaan serta panutan yang anak amati terhadap orangtua dan keluarga sangatlah berperan penting untuk membentuk rasa percaya diri anak.
Dengan terbentuknya rasa percaya diri, maka akan membantu anak meregulasi emosi, mendorong anak menjadi mandiri, serta berani mengambil risiko. Ketika anak mama memiliki karakteristik tersebut, bukan tidak mungkin anak dapat berperilaku dengan baik dan terhindar dari masalah penyesuaian diri dalam hidupnya.
Itulah serba-serbi seputar emosi pada anak, serta tahap perkembangannya pada usia sekolah. Semoga bermanfaat dan dapat menjadi pembelajaran bagi Mama dan Papa guna melatih regulasi emosi anak agar tetap terkendali dengan baik.