10 Pahlawan Perempuan Indonesia yang Bisa Menjadi Panutan
Tak hanya laki-laki, peran perempuan juga tak kalah pentingnya
26 Agustus 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Hari Pahlawan diperingati setiap 10 November. Di hari Pahlawan biasanya kita kembali mengenang sejarah perjuangan para pendahulu.
Tak lengkap rasanya jika tak menyebut deretan nama para Pahlawan yang berjuang untuk memerdekakan Indonesia dari para penjajah.
Jika bukan karena jasa mereka, mungkin sampai saat ini Indonesia masih belum bisa merasakan kemerdekaan. Itulah mengapa pentingnya sekolah dan orangtua memberikan edukasi mengenai sejarah perjuangan Pahlawan Indonesia.
Tak hanya laki-laki saja, Ma. Ada banyak pula Pahlawan perempuan yang turut serta dalam memperjuangkan Republik Indonesia dari tangan para penjajah. Para Pahlawan perempuan yang gigih dan berani ini datang dari penjuru Tanah Air.
Kerja keras mereka dalam keikutsertaan memerdekakan Indonesia bisa menjadi panutan dan pembelajaran bagi anak-anak kita, Ma. Penasaran, siapa saja mereka?
Berikut ini Popmama.com telah merangkum beberapa Pahlawan perempuan Indonesia di antaranya yang perlu anak tahu.
1. Cut Nyak Dhien
Cut Nyak Dhien tentu sudah tak asing bagi anak-anak, sebab namanya paling sering muncul dalam buku sejarah yang ia pelajari. Pahlawan perempuan Indonesia asal Aceh ini bertekad sampai akhir hayatnya dalam melawan Belanda.
Hal ini lantaran kematian sang suami Ibrahim Lamnga pada 29 Juni 1878 dalam pertempuran dengan penjajah. Lalu di tahun 1880, Cut Nyak Dhien kembali menikah dengan Teuku Umar dan mereka bertempur bersama melawan Belanda.
Namun naas, 11 Februari 1899, Teuku Umar gugur dan membuat Cut Nyak Dhien berjuang sendirian di pedalaman Meulaboh dengan pasukan kecilnya. Keberadaan perempuan kelahiran 1848 ini memberikan pengaruh kuat terhadap rakyat Aceh sehingga membuatnya diasingkan ke Sumedang dan meninggal di sana pada tanggal 6 November 1908.
2. Raden Ajeng Kartini
Pahlawan perempuan Indonesia asal Jepara ini juga begitu terkenal di Indonesia. Raden Ajeng Kartini dikenal sebagai sosok perempuan yang gigih dalam memperjuangkan emansipasi wanita.
Hari kelahirnya pada 21 April 1879 diperingati sebagai Hari Kartin sebagi bentuk penghormatan jasa-jasanya pada bangsa Indonesia. Di masa perjuangannya, Kartini merasa ada banyak diskriminasi antara laki-laki dan perempuan, terutama perihal pendidikan.
Inilah yang akhirnya membuat Kartini tertarik dalam membangun sekolah untuk memajukan perempuan pribumi. Bukan tanpa alasa, Kartini membentuk sekolah lantaran ia tertarik dengan kemajuan dan pola pikir perempuan Eropa setelah banyak membaca buku-buku, koran, dan majalah Eropa.
4 hari setelah melahirkan anak pertamanya, Kartini harus mengakhiri perjuangannya sebagai pelopor emansipasi wanita. Temannya asal Belanda, Abendanon mengumpulkan semua surat-surat yang dulu pernah dikirimkan Kartini ke teman-temannya di Eropa untuk dijadikan buku dengan judul Door Duisternis tot Licht yang artinya “Dari Kegelapan Menuju Cahaya”, terbit pada tahun 1911 dalam bahasa Belanda.
Kemudian di tahun 1992, Balai Pustaka menerbitkan versi translasi buku dari Abendon ini dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang: Buah Pikiran” dengan bahaya Melayu.
3. Martha Christina Tiahahu
Selanjutnya ada Martha Christina Tiahahu, Pahlawan perempuan Indonesia asal Desa Abubu, Pulau Nusa Laut yang lahir pada tanggal 4 Januari 1800.
Saat itu, di usianya yang baru berusia 17 tahun, Martha sudah berani mengangkat senjata melawan penjajah Belanda. Martha juga diketahui tak pernah absen dalam memberi semangat pada kaum perempuan untuk membantu laki-laki di medan pertempuran.
Dibalik perjuangannya selama remaja, Martha harus ditinggal sang Papa yaitu Kapitan Paulus Tiahahu yang dijatuhi hukuman mati oleh Belanda. Martha pun mulai mengalami kesehatan fisik dan mental, sampai akhirnya tertangkap bersama 39 orang lainnya dan dibawa ke Pulau Jawa dengan kapal Eversten untuk dipekerjakan paksa di perkebunan kopi.
Melemahnya kondisi Martha semakin memburuk selama di atas kapal. Hal ini diketahui lantaran dirinya yang tak ingin makan dan diobati. Sampai pada akhirnya di tanggal 2 Januari 1818, Martha menghembuskan napas terakhirnya dan disemayamkan dengan penghormatan militer ke Laut Banda.
4. Malahayati
Satu lagi Pahlawan perempuan Indonesia asal Aceh, Keumalahayati. Malahayati merupakan perempuan kelahiran Aceh Besar pada tahun 1550. Dengan ketangguhan dan keberaniannya, Malahayati memimpin 2.000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah syahid).
Dengan keteguhan hatinya, Malahayati bersama pasukannya berperang melawan kapal dan benteng Belanda sekaligus membunuh Cornelis de Houtman yang terjadi pada tanggal 11 September 1599. Berkat keberaniannya tersebut, Malahayati kemudian mendapat gelar Laksamana.
Namun sayangnya, pada 1615 Malahayati harus gugur ketika sedang dalam misinya melindungi Teluk Krueng Raya dari serangan Portugis yang dipimpin oleh Laksamana Alfonso De Castro. Keberaniannya dapat dijadikan contoh bagi anak-anak nih, Ma!
Editors' Pick
5. Cut Nyak Meutia
Aceh dikenal banyak melahirkan perempuan tangguh, karena tak hanya dua pahlawan yang sudah disebutkan sebelumnya, Cut Nyak Meutia juga merupakan Pahlawan perempuan Indonesia yang berasal dari Aceh.
Perempuan kelahiran 1870 ini awalnya turut bersama sang suami, Teuku Muhammad dalam melakukan perlawanan terhadap Belanda. Namun naas, sang suamin berhasil ditangkap Belanda dan dihukum mati pada tahun 1905.
Kemudian Cuy Nyak Meutia kembali menikah dengan Pang Nanggroe dan keduanya bertempur bersamamelawan Korps Marechausée. Namun di tahun 1910, Cut Nyak Meutia harus kembali kehilangan sang suami.
Pang Nanggroe gugur pada 26 September 1910, tetapi Cut Nyak Meutia berhasil lolos dan terus melakukan perlawanan bersama dengan pasukannya yang tersisa. Hingga akhirnya takdir berkata lain, Cut Nyak Meutia gugur pada 24 Oktober 1910.
6. Nyi Ageng Serang
Salah satu Pahlawan perempuan Indonesia yang merupakan keturunan Sunan Kalijaga adalah Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi, atau dikenal dengan Nyi Ageng Serang.
Perempuan kelahiran 1752 ini merupakan anak dari Pangeran Natapraja dan melawan penjajah bersama Papa dan kakaknya, Kyai Ageng Serang. Bersama keluarganya, ia terus mengobarkan semnagat dalam membela rakyat yang dipicu oleh kematian kakaknya karena membela Pangeran Mangkubumi melawan Paku Buwono I yang dibantu Belanda.
Meski sang Papa, kakak, serta sang suami gugur lebih dulu dalam perjuangannya, Nyi Ageng Serang dengan berani tetao memimpin pasukan yang tersisi di usia 73 tahun.
Keberanian dan kehebatan Nyi Ageng Serang juga mendapat pengakuan dari Pangeran Diponegoro karena berhasil menyusun strategi hingga dipercaya menjadi salah satu penasihatnya. Namun, sebelum perang Dipenoegoro berakhir, Nyi Ageng Serang harus menghembuskan napas terahirnya di usia 76 tahun akibat wabah penyakit malaria yang dideritanya.
7. Raden Dewi Sartika
Tak hanya Kartini, Raden Dewi Sartika juga menjadi Pahlawan perempuan Indonesia yang memiliki kepedulian dengan pendidikan kaum perempuan. Dewi Sartika telah berhasil mendirikan sekolah bernama Sekolah Isteri di Pendopo pada 16 Januari 1904.
Dewi Sartika ingin tak hanya laki-laki saja yang memiliki pendidikan, perempuan pun juga harus setara agar bisa memperjuangkan dirinya sendiri. Kemudian di tahun1910, sekolah ini berganti nama menjadi Sekolah Kaoetamaan Isteri di tahun 1910 dan berubah lagi menjadi Sekolah Raden Dewi pada September 1929.
Karena jasanya dalam memperjuangan pendidikan bagi kaum perempuan pribumi, Dewi Sartika dianugerahi gelar Orde van Oranje-Nassau. Tak hanya itu, Dewi Sartika juga diakui sebagai Pahlawan Nasional pada 1 Desember 1966 sebelum menghembuskan napas terakhirnya pada 11 September 1947.
8. Maria Walanda Maramis
Jika Kartini dan Dewi Sartika merupakan Pahlawan perempuan Indonesia dari Jawa Barat, ada pula pejuang emansipasi kaum perempuan dari Minahasa yaitu Maria Walanda Maramis. Perempuan kelahiran 1 Desember 1872 ini juga berupaya membebaskan perempuan dari keterbelakangan pendidikan.
Setelah sempat bersekolah di Sekolah Melayu di Maumbi, Minahasa Utara, selama tiga tahun dan tak bisa melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, Maria akhirnya mendirikan organisasi bernama Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT) untuk memajukan pendidikan kaum perempuan.
Melalui PIKAT, kaum permpuan pribumi dibekali berbagai ilmu untuk berumah tangga seperti memasak, menjahit, merawat bayi, dan lainnya. Selama hidupnya, Maria terus aktif di PIKAT hingga kematiannya pada 22 April 1924.
9. Rasuna Said
Pahlawan perempuan Indonesiakelahiran Jakarta bernama Hajjah Rangkayo Rasuna Said atau lebih dikenal dengan nama Rasuna Said juga menjadi Pahlawan perempuan yang memperjuangkan persamaan hak antara perempuan dan laki-laki.
Menurut Rasuna Said, kaum perempuan tak hanya didapat dari hasil mendirikan sekolah, tetapi juga bisa berjuang dalam politik. Rasuna Said pun terus menjalankan perjuangannya dengan berbagai pidato politik dalam membela negara.
Namun berkat pidatonya yang mengecam pemerintahan Belanda, ia terkena hukum Speek Delict, yakni hukum kolonial Belanda untuk orang yang berbicara menentang Belanda. Rasuna Said tertangkap bersama temannya, Rasimah Ismail, dan dipenjara di Semarang pada tahun 1932.
Setelah Indonesia berhasil merdeka pada 1945, Rasuna Said kemudian aktif menjadi Dewan Perwakilan Sumatra mewakili Sumatra Barat dan sempat diangkat menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat (DPR RIS).
Rasuna Said juga sempat menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung hingga akhir hayatnya yaitu pada 2 November 1965 akibat penyakit kanker darah yang dideritanya.
10. Andi Depu
Terakhir ada Andi Depu, Pahlawan perempuan Indonesia dengan nama lengkap Andi Depu Maraddia Balanipa yang merupakan pejuang asal Tinambung, Polewali Mandar, Sulawesi Barat.
Berkat kekuatan dan kegigihannya, Andi Depu berhasil mempertahankan wilayahnya dari penaklukan Belanda. Tak hanya itu, Andi Depu juga dengan berani mengibarkan bendera Merah Putih saat pasukan Jepang datang di Mandar pada tahun 1942.
Keberanian Andi Depu yang dapat dicontoh ini kemudian dianugerahi Bintang Mahaputra Tingkat IV dari Presiden Soekarno.
Selain itu, Presiden Joko Widodo juga menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional pada Andi Depu dan 5 tokoh bangsa lainnya yang tertulis pada Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123/TK/Tahun 2018 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.
Nah, itu dia 10 pahlawan perempuan Indonesia yang jasa dan perjuangannya bisa dijadikan panutan serta pembelajaran bagi anak-anak. Semoga anak kita dapat memiliki jiwa seperti apra pejuang Indonesia ya, Ma.
Baca juga:
- 5 Daftar Sekolah yang Didirikan Oleh Pahlawan Nasional
- 4 Pahlawan Asing yang Berperan dalam Kemerdekaan Indonesia
- Ucapan yang Bisa Dibagikan Anak saat Memperingati Hari Pahlawan