5 Risiko Jika Orangtua Memaksa Anak untuk Unggul di Semua Bidang Studi
Bisa membuat anak lebih mudah depresi, Ma!
15 Maret 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap orangtua tentu menginginkan yang terbaik buat buah hatinya, tak jarang banyak orangtua menaruh mimpi besar agar bisa diwujudkan di masa depannya kelak.
Bermimpi memiliki anak yang cerdas dalam berbagai hal tentu saja keinginan banyak orangtua, tetapi ini bukan berarti menjadikan anak sebagai subjek yang harus lihai menguasai berbagai bidang ilmu yang ada.
Tanpa sadar, kita sebagai orangtua sering kali membesarkan ego dan gengsi dengan memaksa anak untuk bisa menjadi pribadi yang cemerlang dan unggul, misalnya di sekolah. Ketika sudah begini, anak pun menjadi korban dan ujungnya malah tertekan dalam menjalani hidup diusia yang masih terlalu dini.
Agar Mama dan Papa tak salah mengambil langkah dalam mendidik anak, yuk ketahui yang Popmama.com rangkum mengenai 5 risiko yang akan terjadi pada anak jika terlalu memaksanya menjadi unggul disegala bidang. Jangan salah ya, Ma!
1. Mudah depresi dan memilih mengurung diri
Meski bermaksud untuk kebaikan anak di masa depan, tetapi Mama perlu mempertimbangkan perasaan dan kemampuan sang buah hati. Sebab mereka bukanlah robot yang bisa diminta ini itu dengan mudah.
Jika dipaksakan untuk unggul di sekolah, anak akan lebih mudah depresi dan memilih mengurung diri, bersembunyi dari keramaian orang. Padahal, anak membutuhkan orang dewasa yang dapat membimbingnya menjadi pribadi yang lebih baik, bukan dengan menuntut terlalu keras.
Mama dan Papa perlu ingat bahwa setiap anak tidaklah sama, sehingga perlu mempertimbangkan dalam mendidik anak agar tidak salah pola asuh yang justru membuat anak lebih mudah depresi.
Editors' Pick
2. Mempunyai ketakutan yang berlebih ketika gagal
Ketika orangtua menerapkan sikap otoriter agar anak menjadi pribadi yang unggul di sekolah, ini bisa membuatnya merasa ketakutan. Terlebih ketika anak mendapat kegagalan, misalnya ia gagal dalam sebuah tes di sekolah.
Ketika anak gagal dalam tes, ia akan lebih takut dan terus berpikir ia akan mendapat celaan dari orangtuanya karena tidak berhasil melampaui nilai yang diperoleh teman-temannya di kelas.
Jika anak alami ketakutan karena hal ini, maka akan sulit baginya untuk menjadi pribadi yang pemberani. Bahkan saat ia dewasa kelas, ia akan kesulitan dalam memecahkan masalah lantaran besarnya perasaat takut yang ada pada dirinya.